Indonesia Serukan Gerakan Non-Blok Perkuat Kerja Sama Selatan-Selatan
- KBRI Baku
VIVA – Indonesia meminta Gerakan Non-Blok (GNB) terus perkuat Kerja Sama Selatan-Selatan untuk menjawab tantangan pembangunan global. Selain itu GNB - yang didirikan setelah munculnya Dasa Sila Bandung pada Konferensi Asia Afrika 1955 di tengah era Perang Dingin - diharapkan tetap memperjuangkan terwujudnya perdamaian dunia, termasuk membela hak-hak Palestina di Timur Tengah.
Demikian seruan delegasi Indonesia pada KTT ke-18 GNB di Ibu Kota Baku, Azerbaijan, selama 25-26 Oktober 2019 waktu setempat. Pertemuan itu dihadiri 21 kepala negara dan kepala pemerintahan, serta 49 pejabat pada tingkat menteri dan kepala parlemen serta delegasi lebih dari 121 negara anggota, pengamat GNB dan negara tamu, demikian ungkap Kedutaan Besar Republik Indonesia di Baku.
Isu-isu pokok yang dibahas oleh negara anggota dalam sesi debat umum KTT GNB Ke-18 antara lain mengenai relevansi dan penghormatan terhadap Dasasila Bandung, solidaritas anggota GNB terhadap permasalahan Palestina, pengentasan kemiskinan, perubahan iklim, keamanan siber, pemberantasan terorisme dan upaya menentang unilateralisme.
“Kerja sama GNB saat ini harus diarahkan bagi hal-hal yang membawa dampak konkret bagi rakyat,” ujar Ketua Delegasi Indonesia, Duta Besar RI untuk Republik Azerbaijan, Prof. Dr. H. Husnan Bey Fananie, MA. Delegasi RI juga tekankan pentingnya penguatan Kerja Sama Selatan-Selatan dan Triangular antar negara-negara GNB guna menjawab berbagai tantangan global. “GNB memiliki kekuatan jumlah anggota yang besar dan dapat menghasilkan dampak positif bagi pembangunan yang luas”, lanjut Dubes Husnan, seperti yang disiarkan KBRI Baku.
Direktur Sosial Budaya dan Organisasi Internasional Negara Berkembang dari Kementerian Luar Negeri RI, Kamapradipta Isnomo, menyatakan bahwa kerja sama pembangunan dan ekonomi berpotensi menjadi isu yang bisa perkuat tali ikatan dan solidaritas GNB dalam menyikapi berbagai tantangan global. “Indonesia memiliki NAM Centre for South South Technical Cooperation (NAM CSSTC) di Jakarta dan menawarkan program kepada negara anggota di bidang kesehatan, micro financing, ketahanan pangan, dan penyelenggaraan pemerintahan yang baik,” ungkap Kamapradipta yang juga menjadi anggota Delegasi RI di KTT GNB.
Delegasi RI juga tekankan bahwa isu kemerdekaan Palestina telah menjadi prioritas selama masa jabatan Indonesia sebagai anggota tidak tetap Dewan Keamanan PBB. “Penting bagi negara anggota GNB untuk mendukung peran Palestina dalam berbagai organisasi internasional termasuk kepemimpinan Palestina di G77 tahun ini”, sebut Duta Besar RI.
KTT GNB kali ini mengambil tema ”Upholding the Bandung Principles to ensure concerted and adequate response to the challenges of contporary world” dan membahas upaya Gerakan dalam merespon isu-isu global dengan dilandasi Dasasila Bandung. Pertemuan itu menyepakati sejumlah dokumen keluaran utama yaitu NAM Final Document, Baku Declaration, dan Deklarasi Politik GNB untuk isu Palestina. Pertemuan KTT juga melaksanakan minutes of silence untuk mengenang para pemimpin negara anggota GNB yang telah berpulang, termasuk Presiden Republik Indonesia Ke-3, almarhum B.J. Habibie.
Pada sesi pembukaan, Presiden Venezuela, Nicolas Maduro Moros, melakukan serah terima keketuaan GNB kepada Presiden Azerbaijan, Ilham Aliyev. Dalam sambutan pembukanya, Presiden Aliyev tekankan pentingnya penghormatan terhadap norma-norma hukum internasional, kedaulatan, integritas territorial dan kerja sama antara negara anggota GNB.
Lebih lanjut, ia menghimbau agar GNB solid dalam menjalankan kepentingan negara berkembang di berbagai bidang termasuk ekonomi dan politik. Presiden Majelis Umum PBB, Tijjani Muhammad Bande, hadir dalam sesi pembukaan dan sampaikan pentingnya penyelesaian sengketa secara damai, serta penghormatan terhadap Piagam PBB dan HAM.
GNB adalah organisasi internasional yang terdiri dari 120 negara dan bertujuan untuk menjamin perdamaian internasional serta kemerdekaan, kedaulatan dan integritas territorial negara anggotanya. Indonesia merupakan salah satu pendiri GNB dan menjadi tuan rumah pelaksanaan Konferensi Asia Afrika pada tahun 1955 yang melahirkan Dasasila Bandung sebagai cikal bakal berdirinya GNB pada tahun 1961.