Kolonialisme dan Body Shaming, Apa Hubungannya?
Namun sejak 1850-an, stereotip citra diri di Prancis dan Inggris diwakili oleh pria dengan tubuh kurus dan berotot.
Pendangan umum masyarakat Eropa mengenai orang diri mereka sendiri adalah "paling rasional, paling mampu menahan diri, maka mereka makan tak terlalu banyak sehingga badan mereka langsing," kata Strings.
"Kemudian orang Afrika digambarkan rasnya lebih rendah. Mereka juga sensual, senang seks, gemar makan, maka mereka gendut".
` Dua gumpalan agar-agar `
"Pada masa perdagangan budak dan munculnya sains yang mendukung rasisme mulailah muncul anggapan bahwa secara sosial orang non-Barat berbeda dalam hal kelas sosial dan aspek-aspek fisik dan temperamen," kat Strings.
Bangsa Barat lalu mulai melihat ras lain sebagai bahan kajian, memandang mereka sebagai bahan hiburan - bahkan olok-olok.
Salah satu contoh paling terkenal adalah menghina tubuh ""ras Hottentot" - orang Khoikhoi dari bagian selatan Afrika - yang dikatakan memuja pantat kaum perempuan mereka.
Menurut salah satu catatan masa itu, "ketika kaum perempuan suku itu berjalan, penampilannya sangatlah konyol. Setiap gerakan diiringi dengan bergetarnya dua gumpalan agar-agar di bagian belakang tubuh mereka."
Sarah Baartman, yang dijuluki "Venus dari Hottentot", menjadi terkenal di akhir abad ke-18.
Ia ditipu dengan alasan palsu oleh seorang dokter Inggris agar mau dibawa ke Eropa dan ditampilkan dalam parade "pertunjukan aneh" ( freak show ) di London dan Paris.