Ekonomi Iran Merosot Tajam di Bawah Sanksi AS
- dw
Laporan IMF pada Oktober 2019 menunjukkan meroketnya inflasi di Iran hingga sebesar 35,7 persen. Ini berarti harga rata-rata barang-barang konsumsi selama setahun terakhir telah meningkat sebesar persentase tersebut. Bank Dunia mengatakan bahwa kenaikan ini "secara tidak proporsional mempengaruhi penduduk pedesaan" dan khususnya untuk bahan makanan.
Pusat Statistik Iran (SCI) mengeluarkan penilaian yang lebih pesimistis lagi dengan tingkat inflasi secara umum mencapai 47,2 persen dan inflasi bahan makanan dan bahan bakar sebesar 63,5 persen.
Para ahli tentang Iran mengatakan bahwa orang-orang paling terpengaruh dengan inflasi harga barang-barang kebutuhan pokok.
"Ketika orang-orang menghabiskan sebagian besar pendapatan mereka untuk membeli barang kebutuhan pokok, mereka tidak lagi memiliki banyak uang tersisa untuk hal lain," ujar Ehsan Soltani, seorang ekonom yang berbasis di Iran. Ia menambahkan bahwa orang tidak lagi akan memiliki uang lebih untuk berbelanja jenis barang lainnya yang kemudian akan mengarah pada stagnasi ekonomi yang parah.
Pada akhir Agustus 2019, SCI melaporkan tingkat inflasi sekitar 60 persen untuk makanan, minuman dan tembakau dibandingkan tahun sebelumnya. Menurut laporan yang sama, harga rata-rata harga perumahan per meter persegi naik 82 persen.
"Ketika tingkat inflasi ini ditempatkan bersamaan dengan proyeksi pertumbuhan ekonomi negatif, akan ada 'stagflasi,'" yang berarti stagnasi plus inflasi, kata Sara Bazoobandi, rekanan senior di Atlantic Council, sebuah lembaga kebijakan di Washington. Ia menambahkan ini adalah bencana sosial dan ekonomi.
SCI mengatakan tingkat pengangguran di Iran turun menjadi 10,5 persen pada bulan September. Namun tampaknya penurunan angka pengangguran ini lebih terkait pada pendefinisian kata 'bekerja' daripada betul-betul penciptaan lapangan kerja.
Definisi baru mengatakan bahwa orang Iran yang berusia 15 tahun ke atas dan bekerja setidaknya satu jam per minggu dihitung sebagai orang yang memiliki pekerjaan. Pengangguran di antara kaum muda telah mencapai 26 persen di negara berpenduduk 80 juta orang ini, di mana 40 persen penduduknya berusia di bawah 25 tahun.