Ambisi PGN Sambungkan Infrastruktur Gas Trans Jawa dan Sumatera
- VIVA/Dhana Kencana
VIVA – PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGN) telah resmi menjadi sub-holding gas di bawah PT Pertamina. Pembentukan Holding Migas ini terwujud pada 2018. PGN pun diberikan kewenangan untuk mengelola infrastruktur dan seluruh aset milik PT Pertamina Gas dalam menjalankan bisnisnya.
Tak pelak, perusahaan pelat merah ini memiliki ambisi. Salah satunya adalah menghubungkan infrastruktur gas Trans Jawa dan Sumatera. Hal itu tertuang dalam rencana kerja PGN sampai tahun 2019-2024.
Division Head Corporate Communication PGN Krisdyan Widagdo Adhi mengatakan, dengan menyatunya PGN dan Pertagas banyak infrastruktur yang sudah bisa dikoneksikan. Untuk Sumatera misalnya, infrastruktur Aceh-Medan sudah terkoneksi.
Praktis, hanya satu rute infrastruktur gas di Trans Sumatera yang belum terkoneksi yaitu jalur Medan-Dumai. Bahkan, jalur Dumai-Grissik, atau sampai Jawa Barat juga sudah terkoneksi.
"Cita-cita kami adalah mengintegrasikan dari Sumatera sampai ke Jawa Timur, dari beberapa titik itu akan disokong oleh beberapa Terminal LNG, untuk kehandalan infrastruktur transmisi," kata dia di Sidoarjo, Jawa Timur, Jumat 18 Oktober 2019.
Pertumbuhan kebutuhan ke depan diperkirakan tak akan berhenti. Untuk itu, PGN juga akan menggunakan moda transportasi baru non pipeline, seperti ISO Tank LNG, hingga Mobile Refueling Unit (MRU).
Sementara itu, terkoneksinya jaringan infrastruktur gas Trans Jawa praktis tinggal menyisakan pipa Cirebon-Semarang. Jika infrastruktur gas ini seluruhnya terhubung, diyakini kehandalan pasokan gas bumi kian meningkat.
Dalam rencana kerja PGN hingga 2024, perusahaan pelat merah ini akan membangun jaringan pipa transmisi dan distribusi masing-masing sepanjang 528 kilometer dan 500 kilometer. Lalu, Tujuh LNG filling station untuk truk atau kapal, lima Floating Storage and Regacificstion Unit (FSRU), 3,59 juta sambungan jaringan gas rumah tangga.
Tak hanya itu, juga akan dibangun 17 fasilitas LNG untuk mensuplai kebutuhan kelistrikan dan menjangkau wilayah geografis dengan karakteristik kepulauan di seluruh Indonesia.
“Pembangunan infrastruktur jaringan gas bumi adalah keniscayaan untuk mencapai target bauran energi seperti yang ditargetkan pemerintah,” kata Sekretaris Perusahaan PGN, Rachmat Hutama.
Diterangkannya, bila target bauran energi minimal 22 persen pada 2024 tercapai, negara bisa menghemat triliunan rupiah. Impor bahan bakar minyak dan elpiji pun diprediksi akan berkurang sehingga berpotensi menghemat dana hingga Rp62 triliun.
Lalu, subsidi untuk BBM dan elpiji juga bisa dipangkas hingga Rp13 triliun dan bauran energi juga diperkirakan memberi nilai tambah hingga Rp60 triliun.
“Tercapainya target bauran energi di sektor gas juga akan membantu pemerintah meningkatkan ketahanan energi nasional sesuai dengan potensi sumber daya negeri ini ke depan,” tutupnya.
Saat ini, PGN telah mengoperasikan dua kapal FSRU, satu Land Based Regasification Terminal, 64 stasiun pengisian bahan bakar gas (SPBG) dan 4 MRU.
Dihubungi terpisah, Pengamat Ekonomi Energi UGM Fahmy Radhi mengatakan, penggabungan bisnis Pertamina dan PGN ini tentunya akan menciptakan efisiensi dalam pembangunan pipa gas. Khususnya rencana pembangunan infrastruktur gas Trans Sumatera dan Trans Jawa akan terdongkrak.
"Dengan menghubungkan pipa Sumatera dan Jawa, efsiensi pipa gas akan dapat menurunkan harga gas di dalam negeri. Tidak perlu lagi persaingan antara Pertagas dan PGN," kata Fahmy kepada VIVAnews.
Adanya Holding Migas, menurutnya tidak tidak hanya mempercepat pembangunan pipa. "Tetapi juga dapat mencapai efisensi pipa yang berpotensi menurunkan harga gas," tutupnya. (ren)