Kredit Baru Properti Melambat, REI: Permintaan Tersumbat

Ilustrasi rumah
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Mohamad Hamzah

VIVA – Pelaku usaha pengembang properti mengakui, permintaan kredit baru untuk sektor real estat dan sektor konstruksi mengalami perlambatan pada kuartal III 2019. Hal itu yang menjadi salah satu pemicu melambatnya kredit baru perbankan secara keseluruhan pada periode tersebut.

Anies Janji Permudah Pekerja Informal dan Freelancer Dapat Akses KPR

Sekretaris Jenderal Real Estat Indonesia (REI), Paulus Totok Lusida mengatakan, pemicu utama lemahnya pertumbuhan kredit di sektor tersebut, karena permintaan untuk sektor properti masyarakat mengalami perlambatan di tengah lesunya perekonomian global.

"Ada yang tersumbat aliran end user atau pembeli yang beli properti," kata dia, saat dihubungi, Kamis 17 Oktober 2019.

Jokowi Tawarkan 34 Ribu Hektare Lahan IKN ke Pengusaha Real Estate: Gak Ada Gratisan!

Berdasarkan Survei Perbankan Bank Indonesia, pada kuartal III 2019 sektor real estate, usaha persewaan, dan jasa perusahaan, serta sektor konstruksi memang mengalami pertumbuhan, dari yang kuartal sebelumnya sebesar 47,2 persen menjadi 43,4 persen.

Dia mengatakan, Bank Indonesia memang telah mengeluarkan berbagai relaksasi kebijakan makroprudensial hingga penurunan suku bunga acuan demi mendorong pertumbuhan kredit sektor tersebut, seperti relaksasi Loan to Value (LTV). Namun, hal itu tidak memiliki dampak berarti untuk mendorong minat kredit kepemilikan hunian.

Joko Suranto, Crazy Rich Grobogan Jadi Calon Tunggal Ketua Umum REI

"Jadi, harus didukung institusi lain, perpajakan, regulasi. Ya itu tadi, karena dukungan-dukungan yang ada belum seperti gayung bersambut," tegasnya.

Sementara itu, Chief Economis BCA, David Sumual membenarkan bahwa kebijakan rileksasi makroprudensial yang dikeluarkan BI untuk mendorong kredit sektor properti tidak efektif, jika melalui pelonggaran LTV. Harus ada kebijakan yang lebih berani untuk mendorong sektor tersebut di tengah melambatnya ekomomi global.

"LTV dan lain-lain masih kurang pas mendorong, lebih tepat untuk mengerem, kebijakannya lebih efektif saat mengerem. Kecuali GWM (Giro Wajib Minimum) sekunder lebih efektif, likuiditas lebih longgar itu biasanya ada pengaruh yang relatif cukup efektif ke pertumbuhan kredit," tuturnya.

Namun, dia menilai bahwa perlambatan ekonomi global saat ini memang memberikan beban yang berat bagi kinerja ekonomi domestik sehingga membuat gairah konsumsi masyarakat dan investasi lesu dan berdampak terhadap rendahnya ekspansi bisnis pelaku industri.

"Tapi memang, kalau dilihat dari sisi disbursement kredit yang dilakukan pelaku usaha memang mengecil, permintaan kreditnya juga melemah. Jadi, lebih dari sisi bisnisnya memang mereka mulai ngurangi," ungkap dia. (asp)

[dok. Direktur Utama PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk alias BTN, Nixon LP Napitupulu, di acara peluncuran pilot project Rumah Rendah Emisi di Perumahan Mutiara Gading City, Bekasi, Kamis, 29 Agustus 2024]

Tumbuh 14,4 Persen, BTN Pastikan Tren Suku Bunga Tinggi Tak Pengaruhi Serapan KPR

BTN mengklaim serapan kredit pemilikan rumah (KPR) tumbuh 14,4 persen hingga semester I-2024 di BTN

img_title
VIVA.co.id
29 Agustus 2024