RI Tampung Dana dari Hong Kong, Emil Salim: Utamakan ke Pendidikan
- VIVAnews/Mohammad Yudha Prasetya
VIVA – Pemerintah disebut-sebut tengah bersiap menampung dana yang tersimpan di perbankan Hong Kong, dengan nilai mencapai sebesar US$680 miliar atau setara dengan Rp9.520 triliun (kurs Rp14.000 per dolar AS).
Menanggapi hal tersebut, ekonom senior dan mantan menteri era orde baru, Emil Salim berharap, apabila pemerintah benar-benar jadi menampung dana tersebut, maka hal itu sebaiknya bisa dimanfaatkan untuk kebutuhan jangka panjang bagi masyarakat.
Salah satunya adalah dengan mengalokasikan dana tersebut untuk pemanfaatan di bidang pendidikan, sehingga hal itu akan membawa dampak positif bagi perbaikan dan peningkatan mutu SDM bangsa ke depannya.
"Kalau saya lebih bagus utamakan pada sektor pendidikan. Karena itu lebih langgeng, lebih lama, dan lebih panjang," kata Emil di kawasan Kuningan, Jakarta Selatan, Kamis 17 Oktober 2019.
Secara jangka panjang, Emil mengaku optimis bahwa hal itu akan mampu meningkatkan produktivitas bagi manusia Indonesia, dan khususnya pada dunia bisnis nasional.
Namun, mengenai bagaimana mekanisme yang harus dilakukan pemerintah agar bisa terpilih sebagai pihak penampung dana sebesar US$680 miliar tersebut, Emil mengaku masih belum memiliki gambaran terkait hal itu.
Dia menyarankan, apabila pemerintah memang berminat menampung dana senilai ratusan buat triliun rupiah itu, maka harus dicari tahu terlebih dahulu asal dana itu dan untuk sektor apa saja dia bisa dimanfaatkan.
"Kalau mekanismenya saya belum paham memang bagaimana nanti hal itu akan dilakukan," kata Emil.
"Tapi setidaknya, memang harus dicari tahu dulu itu uang siapa, apakah uang dari private atau bagaimana," ujarnya.
Diketahui, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman, Luhut Binsar Panjaitan mengungkapkan, Indonesia saat ini sedang bersiap-siap menampung dana dari Hong Kong, yang saat ini masih tersimpan di perbankannya dengan nilai sebesar US$680 miliar.
Hal ini terungkap dari hasil pertemuan Luhut dengan pihak Hong Kong saat mendampingi Presiden Joko Widodo beberapa waktu lalu, di mana Luhut mengakui bahwa dana ini merupakan dana yang tersimpan di perbankan Hong Kong.
Maraknya aksi demonstrasi ricuh di Hong Kong belakangan ini, disebut-sebut sebagai faktor yang membuat situasi negara itu mengalami ketidakpastian, sehingga uang mereka butuh untuk disimpan di negara lain.