Pemerintah Kesulitan Salurkan KUR sektor Produktif
- VIVAnews/Fikri Halim
VIVA – Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution mengaku, penyaluran Kredit Usaha Rakyat atau KUR sektor produktif pada tahun ini akan sulit mencapai target yang dipatok, yakni 60 persen dari total. Adapun total target penyaluran KUR pada 2019 sebesar Rp140 triliun.
Darmin mengatakan, pada dasarnya, sejak diluncurkan pada 2015 lalu, program KUR selalu bisa mencapai target penyaluran. Misalnya, dari yang semula ditargetkan bisa tersalurkan 25-27 persen pada awal peluncuran, dinaikkan menjadi 40 persen dan tercapai pada 2017, kemudian dinaikkan menjadi 50 persen pada 2018 dan juga tercapai
"Tahun ini sebenarnya produksi itu 60 persen tapi saya melihat mulai enggak tercapai 60 persennya. Berarti kita sudah harus makin perluas sektor kegiatannya," kata dia di Gedung Semesco, Jakarta, Rabu, 16 Oktober 2019.
Dia mengungkapkan, alasan utama sulitnya mencapai target tersebut karena sudah semakin sempitnya cakupan pembiayaan sektor produktif, karena sektor pertanian, peternakan dan kerajinan telah terpenuhi di tahun-tahun sebelumnya. Karena itu, ditegaskannya sudah menjadi kewajiban pemerintah untuk mencari sektor produktif baru.
"Kita perlu masuk makin dalam ke produksi di sektor jasa dan busana barang kali yang paling besar adalah kegiatan yang paling besar peranannya di dalam industri dan ekspor kita. Tentu masih banyak yang lain," tegasnya.
Di samping itu, lanjut dia, beratnya mengejar target pada 2019 lebih disebabkan perbankan sudah mulai selektif dalam menyalurkan pembiayaan KUR. Perbankan tidak lagi mau menyalurkan pembiayaan terhadap individu secara langsung, melainkan lebih kepada komunitas.
"Kalau sendiri-sendiri banknya biasanya tidak terlalu semangat dibandingkan dia mengurusin 1 kelompok 100 orang yang menerima KUR itu, buat dia lebih semangat dia mengurusnya," tegas dia.
Karena itu, ke depannya Darmin menegaskan bahwa penyaluran KUR nantinya akan difokuskan melalui skema kluster atau kelompok. Dengan cara itu, diharapkan juga kredit macet tidak lagi tercipta sebagaimana di tahun-tahun sebelumnya yang mencapai 4,2 persen pada periode awal 2015.
"Selama ini kredit KUR kita dijalankan ujungnya NPL (Non Performing Loan) nya banyak. Ternyata ada hal lain yang perlu dilakukan pertama selalu kita upayakan pemberian KUR kepada kelompok, klaster, komunitas apalah namanya selalu kita minta persyaratan itu agar mereka saling kontrak satu sama lain paling tidak dia malu sama temannya," tegas dia.