Logo ABC

Banyak Warga Australia Khawatir Sewaktu-waktu Bisa jadi Pengangguran

Setelah mencoba melamar kerja selama berbulan-bulan, Pedro memilih mengirimkan pesanan makanan dengan sepedanya.
Setelah mencoba melamar kerja selama berbulan-bulan, Pedro memilih mengirimkan pesanan makanan dengan sepedanya.
Sumber :
  • abc

Setahun yang lalu, Pedro, bukan nama sebenarnya, memiliki pekerjaan dengan gaji yang tinggi sebagai seorang staff ahli untuk Presiden Ekuador. Sekarang di Australia, ia bekerja mengantarkan pesanan makanan dengan sepedanya setiap harinya.

Pedro dan Claudia, pindah ke Australia pada awalnya untuk belajar bahasa Inggris dan meningkatkan pengetahuan dan kemampuan di bidang mereka sebelumnya. Setelah memiliki karir yang sukses in sektor pelayanan umum di negaranya, tadinya Pedro berharap bisa mendapatkan pekerjaan yang sama di Australia.

Tapi setelah berbulan-bulan mencoba melamar, ia tak pernah mendapat panggilan, hingga akhirnya sadar bersepeda sambil mengirimkan makanan menjadi pilihan yang lebih masuk akal. Survei nasional "Australia Talks" menemukan 80 persen warga Australia mengalami masalah dengan pengangguran.

Data survei tersebut juga menunjukkan satu dari empat orang merasa sangat takut jika akan kehilangan pekerjaannya dalam 12 bulan ke depan.

Termasuk di kalangan warga yang memiliki latar belakang budaya lain, terutama pendatang yang baru tiba di Australia, yang 46 persen melihat kepastian pekerjaan menjadi sebuah masalah.

"Australia adalah untuk penduduk Australia," ujar Pedro.

Ia memegang visa pelajar dengan waktu bekerja yang dibatasi dan karenanya Pedro memilih untuk terjun ke industri "gig economy", seperti layanan Uber Eats, meski bayarannya tidak selalu pasti.

"Penghasilan saya sekitar AU$ 600 - 900 [kurang dari Rp 6 juta sampai 9 juta] per minggu," ujarnya.