Suka-Duka Kerja jadi Penerjemah Bahasa Indonesia di Australia
- abc
Foto: supplied
"Dukanya, bayarannya sering tidak memuaskan. Saya rasa ini terjadi di profesi sebagai pekerja lepas mana pun. Perlu waktu untuk membangun reputasi diri kita dan kepercayaan klien," katanya.
"Belum lagi pasar yang semakin kompetitif dan klien yang mencari-cari harga yang semakin murah. Para juru bahasa dan penerjemah semakin terdesak dan terpaksa menurunkan harga."
Namun ia berharap pada serikat pekerja penerjemah di Australia, yang menurutnya saat ini sedang giat melakukan kegiatan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat soal industri layanan bahasa.
Generasi muda kurang minat?
Sementara Tomik merasa prihatin melihat minat generasi masa kini terhadap profesi penerjemah, yang menurutnya menurun dibandingkan dulu.
"Sayangnya saya terpaksa mengatakan, tidak banyak harapan bagi penerjemah profesional muda," kata Tomik, lulusan Teknik Mesin dari University of Adelaide di tahun 1962.
"Saya tidak melihat adanya banyak minat, apalagi bakat antara golongan muda."