Ekonomi Kreatif Mampukan Indonesia Tahan Resesi Ekonomi
- VIVA/Tasya Paramitha
VIVA – Kepala Badan Ekonomi Kreatif atau Bekraf, Triawan Munaf, mengklaim ekonomi kreatif telah mampu membuat ekonomi Indonesia tahan resesi. Dia menyebutkan, hal itu bisa terjadi karena sektor tersebut bersifat inklusif atau bisa dikerjakan oleh siapa pun dengan hasil produksi yang beragam.
Dia mencontohkan, akibat tekanan ekonomi global saat ini membuat beberapa negara kesulitan memperoleh pertumbuhan ekonomi. Seperti Singapura yang telah memperkirakan ekonominya hanya akan tumbuh 0-0,1 persen sepanjang 2019.
Sementara itu, ekonomi Indonesia saat ini dikatakannya cenderung masih mengalami pertumbuhan yang positif yakni konsisten di atas lima persen. Meskipun pada 2019, pemerintah memperkirakan pertumbuhan ekonomi hanya akan mencapai 5,08 persen. Jadi jauh di bawah target sebelumnya 5,3 persen.
"Ekonomi kreatif ini inklusif sifatnya, untuk setiap orang bisa sehingga kita lebih tahan resesi. Singapura saja sudah deklarasi pertumbuhan ekonominya nol persen, kita masih lima persen," kata Triawan di kawasan Menteng, Jakarta, Jumat, 27 September 2018.
Selain itu, Triawan juga mengatakan, pengembangan ekonomi kreatif mampu membuat Indonesia tahan gempuran barang-barang impor. Misalnya untuk produk fesyen Indonesia, dikatakannya telah mampu diterima secara luas oleh konsumen domestik karena semakin beragam dan produknya sudah berkualitas.
"Karena, sekarang produk-produk fesyen Indonesia sudah diakui oleh konsumen Indonesia sendiri, kuliner juga sudah diakui, craft apalagi, jadi enggak ada lagi sebetulnya keraguan bahwa kita bisa jadi tuan rumah di negeri sendiri supaya mengurangi defisit anggaran berjalan," kata dia.
Di samping itu lanjut dia, kontribusi ekonomi kreatif terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) dari tahun ke tahunnya secara konsisten mengalami peningkatan Rp100 triliun. Hal itu menandakan bahwa ekonomi kreatif di Indonesia terus berkembang dan mampu menjaga daya tahan industri di Indonesia.
"Kita ingin lebih tinggi dari lima persen. Bagaimana caranya? Kita seimbangkan neraca perdagangan kita, ekspor kita dan juga daya tahan industri kita supaya kita bisa lebih sedikit impor barang-barang dari luar negeri," tutur Triawan.