Isi Percakapan Trump dan Presiden Ukraina yang Goyang Pemerintah AS
- Twitter.com/@realDonaldTrump
VIVA – Presiden Amerika Serikat Donald Trump mendesak Presiden Ukraina untuk bekerja sama dengan Jaksa Agung AS untuk menyelidiki saingan politiknya, Joe Biden. Atas hal itu,Trump terancam dimakzulkan oleh Dewan Perwakilan Rakyat AS.
Pihak Partai Demokrat mengatakan percakapan Trump dengan Volodymyr Zelenskiy yang dirinci dalam transkrip sebanyak lima halaman merupakan pengkhianatan besar terhadap negara dan pantas untuk diselidiki.
Dilansir dari The Guardian, pengungkapan percakapan telepon itu dikeluarkan sehari setelah Ketua DPR AS, Nancy Pelosi, mengumumkan penyelidikan resmi terhadap pemakzulan karena pelanggaran Trump. Pengaduan itu telah diserahkan kepada Kongres AS meski perinciannya masih dirahasiakan.
Sebelumnya, beberapa pengamat mengaku terkejut karena Gedung Putih menyetujui perilisan memo percakapan telepon antara Trump dan Zelenskiy pada 25 Juli 2019 yang lalu.
Meski bukan transkrip kata demi kata, namun dalam percakapan setelah diberi selamat atas kemenangannya dalam pemilu Ukraina, Zelenskiy berterima kasih kepada AS atas dukungan militernya dan mengatakan bahwa dia hampir siap untuk membeli lebih banyak senjata Amerika.
Trump menjawab, "Saya ingin Anda membantu kami." Kemudian dalam percakapan itu, Trump mengatakan kepada Zelenskiy harus bekerja dengan pengacara Trump, Rudy Giuliani, dan Jaksa Agung AS, William Barr.
Hal tersebut adalah untuk menyelidiki tuduhan yang tidak berdasar bahwa Biden, mantan Wakil Presiden AS, telah membantu mengeluarkan seorang jaksa penuntut Ukraina yang menyelidiki putranya Hunter yang berada di Dewan Perusahaan Gas Ukraina.
"Ada banyak pembicaraan tentang putra Biden, bahwa Biden menghentikan penuntutan dan banyak orang ingin mencari tahu tentang hal itu. Apa pun yang dapat Anda lakukan dengan jaksa agung, akan menjadi hebat," ujar Trump dalam percakapan tersebut.
Untuk diketahui, Joe Bidden merupakan salah satu kandidat dari Partai Demokrat yang kemungkinan besar akan menjadi pesaing Trump dalam Pemilu AS tahun 2020 mendatang.
Dalam konferensi persnya di New York, Rabu sore waktu setempat, Trump membantah skandalnya dengan Ukraina dan menyebutnya sebagai tipuan besar. Trump juga menegaskan bahwa ia tidak mengancam siapa pun.