Penghargaan Nobel Alternatif Untuk Greta Thunberg
- dw
Bersatu untuk melindungi suku asli Amazon
Di Brasil, hutan hujan tropis telah terbakar. Dunia khawatir tentang dampaknya terhadap iklim. Namun dampak yang paling utama akan paling dirasakan masyarakat setempat. Inilah yang menarik perhatian panitia Hadiah Nobel Alternatif tahun ini. Mereka memberikan penghargaan kepada Davi Kopenawa, salah satu juru bicara masyarakat adat Brasil yang paling dihormati.
Kopenawa berasal dari suku Yanomami, yang terdiri dari sekitar 35.000 orang. Ini adalah salah satu suku asli dengan warga terbanyak di Brasil. Bersama dengan suku Yanomami yang mendiami wilayah di Venezuela, mereka membentuk area hutan hujan terbesar di dunia yang dihuni oleh suku ini. Luas area tersebut bahkan lebih besar daripada negara Yunani.
Yanomami terkenal berkomitmen melindungi hak-hak, budaya dan masyarakat adat Amazon. Meningkatnya penggunaan hutan hujan untuk pertanian tidak hanya mengancam alam, tetapi juga keberadaan masyarakat adat. Pada periode 1980-an dan 1990-an penambang emas telah menghancurkan desa, menembak orang, dan menularkan penyakit. Saat ini, serangan semacam itu terjadi lagi.
Pada tahun 1992 Kopenawa berperan penting dalam menyatakan situs sebesar 96.000 kilometer persegi di Brasil sebagai tempat perlindungan bagi suku Yanomami. Ia juga memainkan peran penting dalam menyatukan berbagai komunitas adat untuk melindungi diri dari eksploitasi. Ia mendirikan Asosiasi Hutukara yang mewakili beragam komunitas Yanomami.
"Mengingat cepatnya penurunan keanekaragaman hayati dan meningkatnya dampak perubahan iklim, pengetahuan Yanomami tentang bagaimana mempertahankan dan mempertahankan tanah mereka untuk kepentingan semua menjadi sangat berarti bagi kepentingan global," kata penyelenggara Penghargaan Hadiah Nobel Alternatif.
Pemicu pergerakan di seluruh dunia
Penerima penghargaan yang paling dikenal tentunya adalah aktivis iklim Swedia Greta Thunberg. Pada Agustus 2018, hanya beberapa minggu sebelum pemilihan parlemen di Swedia, Thunberg yang saat itu berusia 15 tahun memulai mogok sekolah di depan gedung parlemen di Stockholm.