Harga Hilir Kemurahan, Investasi Infrastruktur Gas Bumi Sulit Terwujud
- VIVA.co.id/Yandi Deslatama
VIVA – Target pemerintah menaikkan bauran energi gas bumi hingga 22 persen pada 2025 dinilai sulit terwujud. Hal itu karena pembangunan infrastruktur gas tidak dilakukan secara masif, dengan mengoptimalkan sentra industri baru yang bermunculan di berbagai daerah.
Pengamat Ekonomi Energi Universitas Gajah Mada Fahmy Radhi mengatakan, tantangan pembangunan infrastruktur gas bumi juga bukan perkara mudah. Di tengah ketidakpastian pasokan gas di pasar, biaya investasi pembangunan infrastruktur gas sangat besar dan kembalinya biaya investasi dalam jangka panjang dan risiko bisnisnya juga tinggi.Â
Inilah, kata Fahmy, yang membuat hanya badan usaha yang memiliki komitmen kuat dalam mengembangkan gas bumi yang berani mengambil risiko membangun infrastruktur.
"Dengan beban biaya dan risiko yang besar, akan sulit bagi badan usaha manapun membangun berbagai infrastruktur gas yang mampu menjangkau banyak daerah. Bisnis infrastruktur gas tidak seperti jalan tol yang tarifnya bisa dievaluasi secara periodik," ujar Fahmy dalam keterangannya, Rabu 25 September 2019.
Ia menuturkan, selama ini struktur harga gas bumi sebanyak 70 persen untuk biaya hulu. Karena itu jika harga gas terlalu rendah akan sulit bagi siapapun untuk mengembangkan infrastruktur.Â
Fahmy mencontohkan menurunnya investasi di sektor infrastruktur gas bumi akibat tata kelola gas yang kurang baik. Data investasi infrastruktur gas tertinggi terjadi pada 2015 yaitu sebesar US$258,142 juta. Sementara tahun lalu nilai investasi di infrastruktur gas hanya US$58,885 juta.
Sementara itu, lanjut Fahmy dengan melihat neraca migas yang defisit seharusnya optimalisasi gas bumi di Indonesia dalam kebijakan bauran energi sangat tepat.Â
Jumlah cadangan terbukti gas bumi saat ini mencapai 108,1 trillion cubic feet (Tcf), terbesar nomor 14 di dunia. Dari sisi lingkungan, gas bumi adalah energi yang lebih bersih dibanding minyak bumi dan batu bara.
Dari data SKK realisasi pemanfaatan gas bumi dibandingkan kontrak per April 2019, sektor industri dari kontrak sebesar 1.900 Billion British Thermal Unit per Day (BBTUD), realisasi pemanfaatannya hanya 1.500 BBTUD.Â
Begitu juga di sektor kelistrikan dari kontrak 1200 BBTUD hanya 755 BBTUD yang terealisasi. Salah satunya karena kurangnya infrastruktur yang belum optimal menjangkau pasar termasuk industri.
Â