Beberapa Fakta Tentang Uji Beban Tol Layang Terpanjang di RI
- VIVAnews/Dusep Malik
VIVA – Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat bersama Komisi Keamanan Jembatan dan Terowongan Jalan atau KKJTJ telah memulai uji beban Jalan Tol Layang Jakarta-Cikampek atau Japek II pada Senin malam, 23 September 2019.
Pengujian beban dilakukan pada ruas KM 39, yang memiliki bentang jembatan sepanjang 75 meter, dengan menggunakan 16 truk berbobot masing-masing 40 ton dan terdiri dari uji statis serta dinamis.
Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Basuki Hadimuljono pun secara langsung melihat proses uji beban jalan tol layang terpanjang di Indonesia ini. Ia berharap, jalan ini bisa segera beroperasi pada November 2019.
Menurut dia, dalam uji beban ini pihaknya ingin mengetahui hasil dari segi lendutan di tengah bentang, apakah lebih kaku dibandingkan perhitungan. Dan, secara umum untuk ruas ini sudah baik dan aman.
"Uji beban akan dilanjutkan pada titik-titik yang memiliki karakteristik khusus, mulai dari panjang bentang, tipe girder, hingga ketinggian. Total ada delapan titik dengan tipe berbeda. Mudah-mudahan akhir Oktober 2019, akan selesai seluruh uji beban," jelas Basuki dalam keterangannya dikutip Rabu 25 September 2019.
Truk dengan berat mencapai 40 ton melakukan uji dinamis dan statis di tol layang Jakarta-Cikampek.
Ia mengungkapkan, pembangunan Jalan Tol Layang Jakarta-Cikampek menggunakan struktur baja yang menurutnya memiliki karakter lebih fleksibel dari struktur beton.
"Baja itu karakternya, jika ada kesalahan sedikit dalam konstruksi masih bisa diperbaiki, misalnya tingkat lendutannya kurang kaku, masih bisa ditingkatkan. Alhamdulillah, hasil pengujian malam ini sudah bagus. Harapannya di titik lain hasilnya lebih baik," tutur Basuki.
Selain itu, uji statis sendiri dilakukan dengan cara kendaraan berat ini berhenti di tengah-tengah jalan tol untuk menguji seberapa statisnya girder dari konstruksi layang tersebut.
Uji statis dilakukan untuk mengetahui besar lendutan di tengah bentang jembatan. Jika hasil uji menunjukkan angka yang lebih kecil dari hasil perhitungan awal, berarti lendutannya lebih kaku sehingga lebih baik untuk kekuatan jembatan. Pengujian beban dilakukan lebih dari satu kali untuk mendapatkan hasil yang konsisten.
Sementara itu, uji dinamis dilakukan dengan cara kendaraan berat dijalankan pada jalan tol dengan kecepatan lambat. Uji dinamis bertujuan untuk mencari respons dinamik dengan mengukur frekuensi natural, yang hasilnya kemudian dibandingkan dengan frekuensi alami berdasarkan hasil perhitungan.
Dari hasil uji dinamis juga akan diketahui faktor redaman jembatan dan Dynamic Amplification Factor (DAF), yakni perbandingan antara amplitudo akibat beban dinamis dengan amplitudo akibat beban statis yang akan menunjukkan karakteristik dari jembatan tersebut.
Basuki mengatakan, meski dari aspek struktur Jalan Tol Layang Cikampek mampu untuk menahan kendaraan bertonase besar (Golongan IV dan V), namun akan dilakukan pembatasan kendaraan di mana yang boleh melintas hanya Golongan I dan II yang bertonase ringan.
"Hal ini terkait manajemen lalu lintas, karena saat masuk jalan tol yang menanjak, kendaraan besar akan melambat dan menimbulkan antrean, sehingga terjadi kemacetan," ujarnya. (asp)