Jerman Kewalahan Tanggulangi Pernikahan Anak
- dw
Michell mengatakan sulit menyelidiki masalah pernikahan anak lantaran jarang ada korban yang bersedia muncul ke permukaan. "Mereka sering melihat model pernikahan seperti itu sebagai bukan pemaksaan, karena mereka tidak mengenal model pernikahan lain."
"Kebanyakan perempuan yang menjadi korban pemaksaan lahir dan besar di dalam situasi di mana hal seperti ini merupakan sesuatu yang lumrah, atau mereka justru melihat pernikahan anak dibuat untuk melindungi mereka," kata Michell.
Dia mengkhawatirkan konsekuensi pernikahan anak yang bisa berakibat buruk pada korban. "Kemungkinan kehamilan dini jadi sangat besar. Dan para korban berisiko meninggalkan bangku sekolah yang bisa membunuh perspektif jangka panjang buat mereka," imbuhnya.
Michell mengakui pemerintah Jerman sudah menciptakan pondasi yang baik untuk mengentaskan fenomena pernikahan anak. Namun minimnya transparansi dan rumitnya birokrasi membuat tumpul UU Anti Pernikahan Anak yang baru.
"Kita tidak bisa kehilangan waktu. Mereka yang berada di bawah umur akan menjadi dewasa juga pada akhirnya," kata dia ihwal lambatnya proses pembatalan pernikahan anak.
Menurutnya kebebasan berpergian di Uni Eropa juga menjadi hambatan lain pembatalan pernikahan anak." Jika suami mendapatkan kerja di Jerman, dia berhak berpergian sesuka hati. Tapi jika pernikahannya dibatalkan, maka isterinya juga akan kehilangan izin tinggal lantaran tidak memiliki pendapatan tetap."
Dalam kasus tersebut pemerintah Jerman memberlakukan pengecualian dan mengizinkan pernikahan tetap berlanjut untuk melindungi pihak perempuan. (rzn/vlz)