Ewindo Hadirkan Lagi Panah Merah Innovation Award 2019

Ewindo kembali hadirkan Panah Merah Innovation Award 2019
Sumber :
  • Istimewa

VIVA – PT East West Seed Indonesia atau Ewindo, produsen benih sayuran kembali menghadirkan Panah Merah Innovation Award/PMIA 2019, yang diikuti sebanyak 110 karya inovasi dari 50 perguruan tinggi di Indonesia, dengan mengusung tema besar Creative Innovation Towards SDG's 2030.

Pengembangan Kawasan Lahan Kering Hortikultura oleh Kementerian Pertanian dan KOLTIVA

"Berbeda dengan PMIA 2018, kegiatan kali ini lebih memberikan keleluasaan kepada peserta untuk mengeksplorasi kemampuannya tidak hanya di bidang teknis pertanian saja, namun berbagai pendekatan keilmuan untuk mencapai pembangunan berkelanjutan dunia tahun 2030," kata penasihat kegiatan, Fransiska Fortuna, seperti dikutip dalam keterangannya, Rabu 25 September 2019.

Untuk itu, dalam PMIA 2019, terdapat tiga sub tema yang diusung, yakni bidang agrobisnis, analisa nutrisi sayuran, dan proyek komunitas sosial, terkait agenda Sustainable Development Goals (SDGs). “Tujuannya, untuk memberikan lebih banyak peminat dari berbagai bidang disiplin ilmu, jelas Fransiska.

Stabilkan Harga, Kementan Bersama Petani Champion Guyur Pasokan Cabai ke Pasaran

"Perkirakan kami benar, peserta tidak hanya di bidang eksak, namun berbagai bidang seperti program studi akuntansi dari Universitas Indonesia, yang menghadirkan karya asuransi mikro bagi petani atau program studi psikologi dan kedokteran dari Universitas Hasanuddin yang membahas soal pola pemahaman gizi terhadap masyarakat," tambah Fransiska.

Bahkan, Fransiska melihat karya yang dipaparkan peserta dari prodi non pertanian itu akan memberikan manfaat yang besar seperti tentang asuransi mikro dampaknya bakal luar biasa, karena dapat mengurangi risiko kerugian bagi petani kecil apabila mengalami gagal panen.

Mentan SYL Siap Kerjasama Pengembangan Green House Skala Industri dengan Spanyol

Sementara itu, Ketua Panitia PMIA 2019, Nur Fajrina menilai, tim juri telah memilih 10 karya terbaik dari PMIA 2019, untuk kemudian akan diseleksi lagi oleh tim panelis menjadi tiga karya pemenang, untuk nantinya selain mendapatkan penghargaan berupa uang, juga terbuka kesempatan karyanya digandeng oleh industri yang berminat, termasuk dari Ewindo.

Nur mengatakan, penjaringan PMIA 2019 bekerja sama dengan Universitas Indonesia, untuk perguruan tinggi negeri dan Kopertis untuk perguruan tinggi swasta, serta untuk pengumumannya menggunakan fasilitas media sosial.

"Kami menggunakan media sosial, karena ingin menjaring inovator dari kalangan milenial. Ternyata, upaya itu berhasil mayoritas karya masuk berasal dari anak-anak milenial yang perhatian terhadap SDG's 2030," jelas Nur.

Sedangkan Kepala Pusat Litbang Upaya Kesehatan Masyarakat Kementerian Kesehatan, Dodi Iswardi mengatakan, sangat menghargai apa yang dilakukan Ewindo, yang menghadirkan berbagai disiplin ilmu untuk mencapai SDGs 2030.

Program ini, jelas Dodi, patut mendapat apresiasi, karena sejalan dengan program mencapai SDGs yang tidak hanya tanggung jawab dari pemerintah saja, tetapi juga dari badan usaha dan masyarakat.

“Meskipun karya-karya mahasiswa ini masih perlu dilakukan pendalaman, agar sampai kepada penerapan sebagai contoh untuk pencegahan stunting (kerdil) erat kaitannya dengan pola asuh, karena ini faktor yang paling rawan di daerah-daerah untuk memberikan kesadaran kepada masyarakat mengenai pentingnya asupan gizi,” jelas Dodi.

Sedangkan panelis lainnya  Direktur Kesehatan dan Gizi Masyarakat Kementerian Badan Perencanaan Nasional/ Bappenas, Pungkas Bahjuri Ali melihat, paparan ilmiah yang disajikan memilikii kualitas yang baik bahkan dapat ditindaklanjuti untuk mengatasi persoalan gizi di masyarakat. "Saya kira, karya-karya inovasi mereka siap untuk diaplikasikan, tinggal di dorong saja," ujar dia.

Penampilan sebagian peserta menarik tidak monoton beberapa merupakan inovasi yang memang tidak dipikirkan seperti soal manfaat tanaman kecipir untuk mengatasi persoalan gizi menggantikan kedelai, jelas dia.

Sementara itu, dari kalangan peserta seperti Ikhwanuddin dari Universitas Sumatera Utara, Prodi Fisika dengan karya untuk memeninimalisasi penggunaan pestisida di kalangan petani, serta Belinda Azzahra dari Universitas Indonesia Prodi Akuntansi dengan karya asuransi mikro bagi petani kecil, mengungkapkan rasa senangnya mengikuti ajang ini hingga masuk tahap final.

"Saya memang telah mempersiapkan makalah ini sejak lama, ternyata ada ajang PMIA 2019 dari media sosial. Setelah disodorkan, ternyata mendapat sambutan positif," ujar Belinda yang karyanya masuk peringkat dua.

Sedangkan untuk peringkat pertama, dimenangkan dari Universitas Brawijaya, yang mengembangkan pemanfaatan lalat hitam untuk mengolah limbah organik, serta pemanfaatan limbah organik dan non organik untuk bahan bakar dari Institut Teknologi Bandung.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya