Bisnis Kehutanan Mulai Pudar, Ekonomi Kalbar Bergeser ke Sawit
- ANTARA FOTO/Wahdi Septiawan
VIVA – Industri kelapa sawit terbukti sebagai investasi padat modal dan penopang ekonomi Kalimantan Barat. Sawit berperan besar dalam penciptaan lapangan kerja, terutama tenaga kerja berpendidikan rendah dalam jumlah besar.
Anggota Komisi XI DPR, Michael Jeno, mengatakan peran besar sawit sebagai penopang ekonomi masyarakat di Kalimantan terjadi usai masa keemasan industri kayu pudar beberapa tahun silam.
“Jadi setelah masa keemasan kayu di Kalbar diganti sawit. Sebenarnya masih ada karet, tapi kan harganya tidak sebagus sawit. Walaupun saat ini harga TBS (tandan buah segar) juga anjlog,” kata Michael dalam keterangannya, Kamis 5 September 2019.
Michael menceritakan, perekonomian Kalbar dahulu sangat bergantung pada kayu atau sektor kehutanan. Era 1970-1980 industri pengolahan kayu di Kalbar sangat maju.
Namun, industri kayu ini nyaris didominasi oleh korporasi besar. Hal ini beda dengan sawit di mana masyarakat juga turut menikmati keuntungan dari kebun sawit yang dimilikinya.
Sedangkan, Dekan Fakultas Kehutanan Universitas Tanjungpura, Gusti Hardiansyah menuturkan pada 1970-1980 an Kalbar merupakan penghasil kayu. Sehingga industri hasil hutan ini sangat dominan membentuk Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kalbar.
Namun, seiring dengan menyusutnya pasokan kayu usai ditebangi, kata Hardiansyah, perekonomian di Kalbar beralih dari sektor kehutanan ke budidaya perkebunan, terutama sawit.
Saat ini, lanjut dia, dari 14 juta hektare luas daratan Kalbar, sekitar 1,5 juta hektare merupakan kebun sawit.
Di mana sekitar 55 persen dikelola perusahaan besar nasional (PBN). Sisanya dikelola BUMN yakni PTPN XIII dan rakyat. (ren)