Terinspirasi Kuli Panggul, Tiga Pemuda di Depok Jadi Pengusaha Sukses

Pendiri kopi Closrismen, Raja Prima Ganda, Ahmad Priatna, dan Akbar Alatas
Sumber :
  • VIVA/Zahrul Darmawan

VIVA – Pertumbuhan belanja online di Indonesia kian berkembang dari waktu ke waktu. Tingginya tingkat literasi internet, penggunaan smartphone yang marak, serta luasnya jaringan pick-up point jasa kiriman paket ekspres membuat bisnis tersebut makin menjamur.

10 Cara Menemukan Inspirasi Bisnis yang Potensial dan Kreatif!

Tak hanya digandrungi oleh warga di kota besar, tapi juga oleh mereka yang tinggal di kota kecil, bahkan hingga ke pelosok desa. Di Depok, Jawa Barat, tiga pemuda bahkan sukses meraup omzet hingga Rp1,5 miliar per bulan dari bisnis online.

Namun tentu saja, untuk mencapai posisi itu bukanlah perkara mudah. Raja Prima Ganda (31 tahun), Ahmad Priatna (31), dan Muhammad Akbar Alatas (31) bahkan harus melaluinya dengan cara yang cukup berliku dan nyaris putus asa.

Kisah Sukses Petani Jamur Bali: Inovasi dan Kontribusi untuk Masyarakat

Kisah sukses ketiga pengusaha produk kosmetik dan kopi berlabel Closrismen itu bermula dari silaturahmi. Maka tak heran jika ungkapan silaturahmi membuka rezeki dan memperpanjang umur adalah benar adanya.

Raja Prima Ganda, salah satu pemilik produk tersebut mengungkapkan, sebelum menapaki kesuksesan seperti saat ini, ia dan kedua rekannya sempat mengalami pasang surutnya dunia usaha di bisnis konvensional.

Bangun Bisnis di Usia 15, Putri Tanjung Ungkap 6 Rahasia Suksesnya!

“Saya dari kuliah sudah usaha. Jadi sampai sekarang ijazah belum terpakai. Dulu saya dan Ahmad pernah ternak lele, jualan kardus dan sempat bisnis suplai sayuran ke beberapa supermarket, dan rumah makan siap saji. Semua sudah kita coba,” katanya saat mengawali perbincangan dengan awak media pada Kamis 29 Agustus 2019.

Dari sejumlah usaha itu, Raja sempat menekuni bisnis suplai sayuran. Namun, usaha yang dirintisnya selama beberapa tahun itu akhirnya kandas di tengah jalan lantaran biaya yang dikeluarkan dengan pemasukan yang didapat tak sebanding.

“Komoditi sayuran itu kan harganya fluktuatif dan kita pada vendor harganya kontrak, enggak bisa diubah. Kurang lebih jalan empat tahun bisnis sayuran mau tutup. Akhirnya mulai enggak benar secara keuangan,” ujarnya.

Di tengah kegelisahan itu, Raja pun berpikir keras agar dirinya mampu tetap bertahan meski dalam perjalanannya banyak sayuran yang akhirnya gagal terjual atau retur. Dari situ, Raja kemudian mencoba mencari peluang agar sayuran sisa tak terjual tadi dapat menghasilkan rupiah dengan cara diolah menjadi bahan baku makanan atau minuman kemasan.  

Kala itu ia mencoba peruntungannya setelah berdiskusi dengan seorang kenalan pengusaha asal Medan. “Akhirnya kami diajak ke sebuah pabrik di kawasan Bogor. Nah pas datang ke situ ternyata itu pabrik kosmetik, jadi tidak nyambung. Saya akhirnya sempat bingung juga mau ngapain,” tuturnya.

Saat pulang ke rumah, tiba-tiba Raja teringat dengan Akbar, seorang kawan yang tinggal di Bogor. Akbar mengaku, dirinya berhasil meraup omzet yang lumayan dari berjualan lewat internet (online shop).

“Pas saya lihat salah satu produknya ternyata yang memproduksi di tempat yang barusan saya datangi, di Bogor. Terus saya ajakin (Ahmad) kerja sama. Singkat cerita kita bikin produk baru, merek baru. Kita buat kosmetik,” tuturnya.

Hanya berjalan tak lebih dari satu bulan, Raja dan kedua rekannya berhasil meraup omzet sebesar Rp200 juta. Merasa yakin dengan usaha barunya itu, mereka pun akhirnya melepas bisnis suplai sayuran.

“Bisnis sayuran saya sudah hancur-hancuran. Utang di pasar induk Rp 200 jutaan, sementara sisa uang saya Rp30 juta. Saya bilang Ahmad, berani enggak sisa duit buat investasi di kosmetik. Kita coba aja. Kita buat brand bareng, kita patungan masing-masing Rp16 juta untuk urus izin dan yang lain,” kata dia.

Dan ternyata usaha mereka pun tak sia-sia. “Tadi niatnya ingin silaturahmi ternyata Allah ngasih jalan lain. Akhirnya keluar produk yang mau kita bikin, jalan deh semua Alhamdulillah. Nah sayur-sayur saya take over ke pasar induk untuk nutupin utang Rp200 juta. Jadi semua utang lunas,” katanya.

Terinspirasi Kuli Panggul

Salah satu produk keluaran Clorismen yang paling laris, kata Raja adalah sabun batang pembersih wajah khusus kaum pria. Keluarnya produk ini, diakui Raja terinspirasi dari seorang kuli panggul di Pasar Induk, Jakarta Timur.

“Saya lihat ada kuli panggul ngeluarin pembersih wajah dari kantongnya. Saya pikir wah sekelas dia peduli dengan pembersih wajah. Nah ini jadi penguat kami. Ada peluang di situ. Akhirnya saya bikin produk buat cowok,” ujarnya.

Raja mengaku, produk itu kian laris lantaran dijual secara masif di online shop. Bahkan, ia mengklaim, produk yang dihasilkan Clorismen masuk dalam 10 besar penjualan terbaik versi salah satu online shop terkemuka.

Online ini kan sifatnya privat. Nah buat para cowok jadi enggak malu buat beli produk perawatan wajah. Selain sabun pembersih wajah untuk pria, kami juga punya body lotion dan kopi. Semua bahannya charcoal arang. Alhamdulillah omzet kami sebulan Rp1,5 miliar,” tutur dia.

Raja, Akbar, dan Ahmad mengaku, dengan perkembangan digital sekarang ini sangat membantu para pengusaha pemula. Per tahunnya bisnis mereka tembus di angka Rp14 miliar dan telah mempekerjakan lebih dari 40 karyawan.

“Kita sebenarnya diuntungkan dengan majunya dunia digital. Media promosi yang dulu problem sekarang teratasi dengan digital. Sekarang saja kita berhasil menyentuh penjualan ke seluruh Indonesia,” ucapnya.

Dunia internet juga memudahkan mereka mempromosikan produk mereka ke seluruh Indonesia. “Kalau tidak promosi kan gak mungkin dikenal orang. Dengan dunia internet kita lebih mudah untuk promosi,” tuturnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya