Krisis Sektor Pertanian Ilhami Lahirnya Startup Hara
- VIVA/Mohammad Yudha Prasetya
VIVA – Masih terbatasnya akses para petani kepada para pemangku kepentingan membuat kesejahteraan petani rendah dan tidak berkembangnya sektor pertanian. Masalah tersebut pun melatarbelakangi lahirnya startup penyedia data pertanian bernama 'Hara'.
Startup lokal di sektor pertanian ini ingin menjadi jembatan yang mampu menghubungkan petani dengan para pihak yang bisa memberikan bantuan, seperti pendanaan, di sektor pertanian.
Chief Technical Officer Hara, Imron Zuhri, menjelaskan, melalui platform Hara pihaknya berusaha mempertemukan petani dengan para stakeholder. Imron menjabarkan, aplikasi Hara ini merupakan platform di mana pihak-pihak yang punya potensi untuk membantu masalah pertanian, bisa memanfaatkannya untuk terkoneksi dengan para petani.
"Di mana, kita merasa saat ini hal tersebut sangat sulit dilakukan karena petani ini sekarang enggak kelihatan, enggak ada datanya, dan invisible," kata Imron kepada VIVAnews di kawasan Senayan, Jakarta Pusat, Rabu 21 Agustus 2019.
Hara mampu membantu mengumpulkan data-data sektor pertanian dan pangan dengan semua stakeholder yang membutuhkan. "Jadi apa yang kita lakukan adalah membantu para petani ini agar data-datanya bisa terlihat dan terverifikasi," ujarnya.
Imron mengungkapkan para petani kerap kesulitan mendapatkan pembiayaan, akibat kurang jelasnya detail pertanian yang mereka miliki. Hara bisa membantu mendata dan menjembatani petani dengan pemilik modal.
"Misalnya karena mereka tak mengetahui secara pasti mengenai berapa luas lahannya, di mana peta lokasinya, dan hal-hal teknis terkait lainnya," ujar Imron.
Imron lalu menceritakan awal mula platform Hara ini dibuat, dan hal apa yang memicu pengembangan ide tersebut. Imron membeberkan bahwa langkah pihaknya membangun platform ini dimulai sejak tahun 2015.
Saat itu, pihaknya mulai menyadari bahwa kondisi pangan nasional sebenarnya berada dalam keadaan kritis, terutama karena konversi lahan.
"Secara nasional (lahan pertanian) angkanya itu 4 persen, bahkan di beberapa tempat di Jawa itu 8 persen. Artinya dalam 10-15 tahun ke depan, bisa jadi di banyak tempat, di Jawa sudah enggak punya sawah," kata Imron.
Kondisi memprihatinkan itu membutuhkan campur tangan dari semua pihak, termasuk pemerintah dan swasta, untuk membantu mengatasi masalah tersebut. Karenanya Imron dan timnya berinisiatif membangun platform Hara. Awal membangun platform ini Imron bahkan harus merogoh kocek pribadi.
"Karena kita ini sebenarnya perusahaan swasta yang punya pendapatan sendiri. Jadi di awalnya ini merupakan investasi kita sendiri, dari uang yang kita punya di bisnis lain di bidang kita yang sebenarnya, yakni big data analytics," ujar Imron.
Setelah pendanaan awal secara mandiri itu dilakukan, Imron dan tim akhirnya menjadikan Hara sebagai platform yang terinkubasi, dengan riset dan pengembangan yang makin serius hingga saat ini. Hingga akhirnya, saat ini Imron mengakui bahwa pihaknya sudah mendapatkan bantuan pendanaan dari luar guna mengembangkan platform Hara tersebut.
Imron mengaku bahwa saat ini pihaknya tengah berusaha menjalin kerja sama dengan lebih banyak mitra perusahaan, khususnya perbankan. Yakni dalam aspek pendanaan guna memberikan bantuan pembiayaan bagi para petani.
"Lalu dalam waktu dekat kita juga akan bekerja sama dengan pihak asuransi, supaya para petani nantinya bisa punya asuransi apabila terjadi gagal panen," kata Imron.
"Kemudian kita juga tengah membangun jaringan toko tani, sehingga bisa dilihat lebih jelas, dan petani punya akses tidak hanya terhadap input pertanian, tapi juga alat-alat pertanian yang bisa mereka sewa untuk mengurangi ongkos produksi," ujarnya.