Perang Dagang Tak Pengaruhi Jumlah Investasi Asing Masuk RI
- VIVA.co.id/Fikri Halim
VIVA – Dinamika perang dagang yang masih berlangsung antara Amerika Serikat dan China, turut membawa dampak perekonomian ke sejumlah negara.
Bahkan, Direktur pelaksana IMF, Christine Lagarde mengatakan, hal itu bisa memangkas pertumbuhan ekonomi dunia pada 2020 mendatang.
Meski demikian, Ekonom senior dari Institute for Development of Economics and Finance atau INDEF, Faisal Basri memastikan, selain dampak di beberapa aspek perekonomian nasional, nyatanya ada sejumlah hal lain yang seakan tak terpengaruh dengan dinamika perang dagang tersebut.
Salah satunya adalah fakta bahwa hingga saat ini, Indonesia masih dianggap sebagai salah satu negara yang paling diminati oleh para investor untuk menanamkan modalnya.
"Dibanding negara-negara ASEAN lain, level kita itu masih yang tertinggi soal jumlah investasi," kata Faisal di kawasan Utan Kayu, Rawamangun, Jakarta Timur, Rabu 14 Agustus 2019.
"Kita cuma kalah dari China, yang jika dibandingkan dengan siapapun dia memang masih yang tertinggi. Tapi intinya, Indonesia juga masih keren lah soal investasi asing," ujarnya.
Karenanya, Faisal pun menyayangkan sikap Presiden Jokowi, yang masih menganggap bahwa investasi asing di Indonesia masih teramat kurang, sehingga menyebabkan melambatnya perekonomian nasional.Â
Padahal, Indonesia merupakan negara nomor tiga paling atraktif di Asia, dalam upayanya menarik minat investasi asing, agar mau masuk ke dalam negeri.
"Dari hasil riset, 48,1 persen investor masih mau menempatkan investasinya di Indonesia. Sementara, ada 31 persen yang akan tetap di Indonesia, tapi tidak menambah investasi," kata Faisal.
Faisal pun menegaskan bahwa hal yang mestinya diperhatikan oleh Presiden Jokowi, adalah kenyataan bahwa dari sedemikian banyak investasi yang masuk ke Indonesia, hal itu masih belum mampu memberikan pendapatan yang setimpal bagi negara.
Sehingga, alih-alih terus berkeluh kesah tentang minimnya investasi asing yang masuk ke Indonesia sementara data justru menunjukkan hal sebaliknya, pemerintah seharusnya mencari akar penyebab dan solusi, agar bagaimana investasi asing yang masuk ke dalam negeri bisa memberikan pendapatan yang sesuai bagi negara.
"China itu walaupun investasinya di Indonesia kecil, karena dia paling banyak berinvestasi ke Singapura dan AS, tapi jumlahnya memang meningkat luar biasa. Jadi, China juga datang ke kita (buat investasi)," kata Faisal.
"Jadi sebenarnya, masalahnya itu apa sih? Masalahnya adalah investasi yang banyak itu, justru hasilnya masih sedikit untuk dianggap sebagai pemasukan negara," ujarnya. (asp)