Penyerapan CPO Dalam Negeri Naik Terdongkrak Program Biodiesel
- R Jihad Akbar/VIVAnews.
VIVA – Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia atau disingkat Gapki, percaya diri program mandatori penerapan Biodisel 30 persen atau B30 yang ditargetkan pemerintah berlaku pada 2020. Kebijakan tersebut pun bisa semakin mendorong penyerapan produksi minyak sawit dalam negeri.
Direktur Eksekutif Gapki Mukti Sardjono, menjelaskan, optimisme tersebut muncul lantaran realisasi penyerapan minyak sawit untuk kebutuhan biodiesel sepanjang Semester I 2019 telah mencapai 3,29 juta ton. Jumlah tersebut naik 144 persen dibandingkan periode yang sama pada 2018 yang hanya mampu menyerap 1,35 juta ton.
Capaian tersebut, menunjukkan program mandatori B20 yang telah ditetapkan pemerintah pada September 2018 untuk mendorong penyerapan produksi sawit dalam negeri berjalan dengan baik. Pemerintah tetap diharapkan untuk mengakselerasi mandatori B30 yang saat ini uji coba jalan masih berlangsung.
"Pemerintah juga didorong untuk memperluas penggunaan minyak sawit langsung untuk pembangkit PLN. Jika semua program penyerapan dalam negeri dapat berjalan dengan baik maka, ketergantungan Indonesia pada pasar global akan dapat dikurangi," kata dia saat dihubungi VIVAnews, Senin, 12 Agustus 2019.
Dia mengatakan, berbagai dukungan kebijakan pemerintah supaya produksi sawit dalam negeri bisa terserap optimal itu sangat diharapkan oleh para pengusaha kelapa sawit. Karena, ekspor minyak sawit ke berbagai negara tujuan ekspor utama sepanjang Semester I 2019 menunjukkan kinerja yang tidak optimal, atau cenderung turun.
Misalnya, ekspor Indonesia khusus minyak mentah kelapa sawit atau crude palm oil (CPO) dan turunannya, tidak termasuk biodisel dan oleochemical pada semester I 2019 ke Uni Eropa mengalami stagnasi dengan kenaikan yang hanya mampu mencapai 0,7 persen. Yakni, dari yang sebanyak 2,39 juta ton pada semester I 2018, naik tipis menjadi 2,41 juta ton periode yang sama pada 2019.
Di lain sisi, volume ekspor Indonesia khusus CPO dan turunannya pada semester I 2019 ke India turun 17 persen atau dari 2,5 juta ton semester I 2018 menjadi 2,1 juta ton periode yang sama 2019. Penurunan ekspor juga diikuti ke Amerika Serikat yang mencapai 12 persen, Pakistan 10 persen dan Bangladesh 19 persen.
Meski demikian, kinerja ekspor CPO tersebut sepanjang semester I 2019 juga diungkapkannya terjadi peningkatan ke China. Negara tersebut membukukan impor CPO dan turunannya sebesar 39 persen atau dari 1,82 juta ton pada semester I 2017 menjadi 2,54 juta ton pada periode yang sama 2019.
"Meningkatnya permintaan dari China merupakan salah satu dampak dari perang dagangnya dengan AS di mana Negeri Tirai Bambu ini mengurangi pembelian kedelai secara signifikan dan menggantikan beberapa kebutuhan dengan minyak sawit," tutur dia. (ezr)