JK Harapkan Bunga Bank Turun untuk Tingkatkan Investasi

Wakil Presiden Jusuf Kalla di Jakarta.
Sumber :
  • VIVAnews/ Reza Fajri

VIVA – 

Mencapai Kebebasan Finansial Lebih Cepat dengan Prinsip FIRE (Financial Independence, Retire Early)

Wakil Presdien, Jusuf Kala meminta perbankan untuk cepat menyesuaikan penurunan suku bunga acuan yang telah dilakukan Bank Indonesia. Tujuannya, supaya pertumbuhan ekonomi bisa berjalan lebih cepat dan arus investasi bisa deras masuk ke Indonesia.

Dia menargetkan, bunga pinjaman atau kredit harus bisa di turunkan secara bertahap hingga tujuh persen, dengan adanya penurunan suku bunga acuan BI yang saat ini bertengger di posisi 5,75 persen.

Susun Roadmap, Bahlil Sebut Kebutuhan Investasi Hilirisasi Capai US$618 Miliar hingga 2040

Saat ini, rata-rata bunga pinjaman bank berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) di kisaran 8-10 persen.

"Kita minta turunkan secara bertahap bunga, apakah itu bunga depostio, bank sentral, dan juga bunga pinjaman. Target kita tujuh persen bunga pinjaman," kata dia di Ritz Carlton, Jakarta, Rabu 7 Agustus 2019.

Pengamat Apresiasi Prabowo, 2 Pekan di Luar Negeri Mampu Bawa Investasi USD 18,5 Miliar

Selain itu, menurut dia, laju inflasi saat ini juga terbilang stabil di kisaran bawah target inflasi pemerintah, yakni 3,5 persen. Karena itu, dia tak memungkiri bahwa bunga pinjaman bisa di kisaran tujuh persen dan bunga deposto atau simpanan bisa dikisaran lima persen.

"Sekarang inflasi sudah 3,5 persen, mestinya juga bunga pinjaman itu atau juga bunga deposito tidak lebih dari lima persen. Kalau lima persen bunga depostio, maka bunga pinjamannya jangan lebih daripada tujuh persen atau delapan persen," tutur pria yang akrab di sapa JK itu.

Dia menganggap, bila dengan rendahnya suku bunga acuan dan terjaganya inflasi di tingkat yang rendah tidak diimbangi oleh bunga perbankan yang rendah, dipastikannya perekonomian Indonesia tidak akan mampu berjalan lebih baik lagi dari yang saat ini hanya mampu tumbuh stagnan di kisaran lima persen.

"Lebih daripada itu, tentu ekonomi kita enggak jalan. Karena, bank itu tidak hidup dari besarnya bunga, tetapi hidup dari tingginya pertumbuhan ekonomi, supaya mendapat fee base. Kalau hanya mendapatkan fee dari depostio tinggi, bayar juga ongkosnya mahal juga, karena itulah kita harus sama-sama bikin negara yang tingkat bunganya bukan ini (tinggi)," tegas dia.

Krisis 98

Sementara itu, JK menyebut, bank tidak hidup dari besarnya bunga, tetapi hidup dari tingginya pertumbuhan ekonomi. Dia pun menilai, ada kesalahan mengaitkan inflasi dengan bunga.

"Salah satu kesalahan utama yang terjadi kenapa kita krisis tahun 98, karena kita mengaitkan inflasi dengan bunga. Begitu inflasi 60 persen, maka bunga pinjaman 75 persen. Akhirnya, bangkrut negeri ini dan semua kebangkrutan itu dibayar oleh negara," terangnya.

JK menjelaskan, negara ini hanya bisa tumbuh apabila dibangun gabungan antara investasi pemerintah dan investasi swasta. Dia menyebut, peran investasi pemerintah hanya 18 persen.

"82 persen tergantung pada investasi swasta. Jadi, ekonomi nasional tergantung kita semua di sini, Anda semua di sini, karena Anda lah yang kasih kerja orang, Anda lah yang invest," ungkap Wapres.

Ia menegaskan, pemerintah terus mengharapkan investasi, lapangan kerja, dan pengurangan kemiskinan. Menurut dia, segala teori apa pun pada ujungnya adalah meningkatkan investasi dan menaikkan ekspor.

"Jadi, teori sederhana ekonomi, kalau bunga rendah, investasi tinggi. Jadi, kalau bunga tinggi, bagaimana orang mau investasi. Jadi, ujung dari pertumbuhan ekonomi adalah investasi," tambah dia.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya