Ketua Umum Asperindo Mohamad Feriadi

Kini Eranya Kolaborasi Asing dan Lokal

Ketua Umum Asosiasi Perusahaan Jasa Pengiriman Ekspres, Pos dan Logistik Indonesia (Asperindo), Mohamad Feriadi.
Sumber :
  • VIVA/Muhamad Solihin

VIVA – Industri jasa pengiriman ekspres pos dan logistik di Indonesia semakin tumbuh dengan tren dan booming e-commerce. Namun bukan itu saja yang membuat industri pengiriman ekspres makin seksi.

Momen Ramadan dan lebaran menjadi saat-saat industri ini memanen hasil. Sebab pada momen tersebut menjadi momentum bagi masyarakat untuk mengirimkan sesuatu untuk orang tersayang.

Namun tren distrupsi yang akhir-akhir ini melanda berbagai sektor industri menjadi warna tantangan lain bagi industri pengiriman ekspres. Memang dalam waktu dekat ini, disrupsi belum sampai menggerus industri ekspres yang sudah bermain di pasar Indonesia. Pemain industri ini mengharapkan pemerintah menunjukkan keberpihakannya agar iklim bisnis ini bisa berjalan dengan baik.

Ketua Umum Asosiasi Perusahaan Jasa Pengiriman Ekspres, Pos dan Logistik Indonesia (Asperindo), Mohamad Feriadi membeberkan panjang lebar bagaimana wajah industri ekspres Indonesia pada masa kini dan masa depan.

Keterbukaan teknologi menurutnya sudah menjadi sebuah keniscayaan, tanpa memuat kualitas layanan menjadi berkurang. Dalam konteks ini, Feriadi meminta kepada masyarakat untuk lebih mempercayakan pengiriman ekspres kepada penyedia layanan yang telah berizin. Sebab dengan mempercayakan kepada penyedia yang berizin, maka masyarakat akan merasakan pelayanan yang prima dan nyaman.

Berikut petikan lengkap wawancara kami bersama dengan Ketua Umum Asperindo, Mohamad Feriadi yang juga menjabat sebagai Presiden Direktur JNE, pada pertengahan bulan puasa di kantornya di kawasan Jakarta Barat:

Beberapa saat lagi mendekati Lebaran. Sebetulnya di industri logistik kalau Lebaran itu dinamikanya bagaimana?

Industri jasa pengiriman biasanya memang mengalami peak pada saat bulan-bulan Ramadan, saya yakin kebanyakan perusahaan jasa pengiriman mengalami peningkatan. Pemicunya tentu banyak, tapi saya tidak akan jabarkan satu persatu. Salah satu pemicunya adalah mungkin karena banyaknya masyarakat yang tinggal di Jakarta, tidak berkesempatan untuk pulang atau mudik ke kampung.

Sehingga mereka akhirnya kirim sesuatu untuk sanak saudaranya yang ada di kampung, atau sebaliknya, mungkin ada keluarganya yang di daerah-daerah  tahu kalau saudaranya tidak bisa pulang, akhirnya yang dari kampung kirim sesuatu, akhirnya baik yang ada di daerah maupun Jakarta, dua-duanya.

Itu yang kita lihat. Yang lain karena juga seiring dengan tumbuhnya e-commerce barang-barang yang kebanyakan dipergunakan masyarakat, fesyen misalnya baju, dan lain-lain. Itu menjadi tambahan untuk jasa pengiriman. Kalau tadinya cuma makanan, sekarang fesyen sudah banyak. JNE salah satunya banyak menangani kiriman e-commerce, kebanyakan barang-barang yang ada di e-commerce isinya memang fesyen semua. Ditambah lagi dengan momen lebaran, akhirnya ini membuat volume pengiriman kita menjadi meningkat. Jadi wajar.

Dulu memang orang mengira peak season itu terjadi hanya pada Ramadan, tapi sekarang justru dengan adanya e-commerce ada bulan-bulan lain yang membuat kiriman kita cukup tinggi.

Peningkatannya bisa lebih tinggi dari Ramadan, itu biasanya terjadi pada program Hari Belanja Online Nasional (Harbolnas). Mereka buat Harbolnas itu cukup unik, ada yang mulai dari Oktober, jadi 10-10, ada juga yang 11-11, dan ini membuat transaksi meningkat dan pada akhirnya ekspedisi jasa pengiriman jadi ramai

E-commerce mendorong tumbuhnya pengiriman, perbandingan sebelum booming e-commerce, dinamika industri pengiriman bagaimana?

Memang ada barang yang sifatnya sementara, contohnya seperti batu akik, itu ramai. Itu juga jadi pemicu daerah-daerah tertentu, ini menjadi komoditas yang banyak dikirimkan.

Terus pada saat batu akik mulai berkurang, tumbuhlah e-commerce. Next setelah ini tuh apa, kita enggak tahu. Tapi kalau kita melihat di tahun 2017 aja banyak pelaku e-commerce itu bilang penetrasinya pada saat itu masih kecil, sebagian besar mengatakan kurang dari 3 persen, bahkan artinya di tahun 2018 dan seterusnya ke depan kemungkinan pertumbuhan ini akan lebih bisa dirasakan lagi.

Buat jasa pengiriman, PR-nya adalah bagaimana kita melakukan persiapan supaya mereka yang sekarang ini kapasitasnya kecil, kapabilitasnya rendah, jadi bisa ditingkatkan, supaya pada saat e-commerce tumbuh mereka punya peluang untuk mendapat opportunity lebih banyak.

Kaitannya dengan Ramadan hampir sama. Jadi begini, menjelang Ramadan, perusahaan tentu harus sudah melakukan persiapan, kami di JNE sudah lakukan itu, tiap kali kita memasuki bulan Ramadan biasanya kita ada video conference dengan daerah-daerah, mengingatkan kepada teman-teman di daerah pentingnya untuk kita mempersiapkan segala sesuatu. Mulai dari SDM,  kendaraan, atau pun peralatan-peralatan yang dibutuhkan.

Kenapa? Karena kita memang menginginkan pada saat peak season ini kita bisa maksimal, maksudnya kita tentu nanti akan menjadi penentu kita di tahun berikutnya. Kalau tahun ini perfomance kita dinilai jeblok, tentu kepercayaan dari pelanggan juga akan turun, dan yang kita khawatirkan tentu di tahun-tahun mendatang, kepercayaan tersebut tidak seheboh tahun ini dan itu sebabnya kita bilang kepada teman-teman tolong persiapan bisa dilakukan secara maksimal, dan kita lakukan pengawasan itu. Kita lakukan apel, istilahnya, supaya teman-teman di daerah tahu betul apa yang dilakukan.

Termasuk kita melakukan kunjungan, bersafari ke daerah-daerah, jadi direksi turun ke daerah, selain bersilaturahmi, kita juga mengingatkan kepada teman-teman di daerah, bahwa menjelang peak season ini kita harus membuat persiapan yang baik, karena gagalnya kita tentu ini akan membawa dampak kepada perusahaan di tahun berikutnya, sebaliknya keberhasilan kita tahun ini akan menjadi penentu kita di tahun-tahun yang akan datang.

Kalau tadi kan dalam hal persiapan Ramadan, peningkatan kuota, kapasitas dan sebagainya.

Bagaimana kita bisa booking space lebih banyak, bagaimana kemudian kita bisa mengukur bahwa kendaraan kita cukup atau tidak. Kalau tidak berarti kita harus memikirkan apakah kita sewa, atau beli, atau kerja sama dengan pihak rental. Karena customer tentu tidak menginginkan kiriman yang dititipkan melalui JNE ternyata mengalami kendala akibat dari kelalaian perusahaan.

Jadi kita lakukan persiapan ini jauh sebelum kita masuk ke bulan Ramadan, termasuk di bulan Ramadan-nya sendiri tadi kita melakukan safari ke daerah-daerah, untuk melihat langsung bagaimana kesiapan teman-teman yang ada di daerah. Bagaimana kemudian kita bisa berdialog dengan karyawan, oh ternyata mereka butuh ini, oh ternyata mereka butuh itu, dan kita coba memenuhi keinginan mereka. Ini kita belum mencapai puncaknya, ini masih ada beberapa hari. Pengalaman kita biasanya sampai H-5 kiriman masih akan tumbuh.

Dan pertumbuhan ini akan kita rasakan sejak akhir bulan Mei lalu ini sudah kita rasakan, dan hari ini pun saya mendapatkan data bahwa pertumbuhan industri itu variatif. Kalau JNE boleh dibilang mungkin 30 persen, kalau industri di bawah, kalau normal industri itu kita bilang ada di sekitar 14 sampai 15 persen.

Touring ke daerah-daerah, apa pendekatan yang dilakukan?

Biasanya dalam banyak kesempatan ke daerah saya pasti sempatkan ketemu dengan karyawan atau minimal kepala cabang. Ngobrol-ngobrol.

President Director JNE Express, Mohamad Feriadi

Pemerintah kan sudah bangun beberapa jalan darat, sampai tol laut. Dengan adanya gagasan tol laut sebetulnya cukup membantu enggak bagi industri pengiriman?

Ya, infrastruktur buat jasa pengiriman, apakah itu Asperindo atau yang lain, saya rasa itu akan sangat membantu. Kenapa, kalau sekarang kita melihat bisa terjadi perbedaan harga yang sangat signifikan antara kota besar dengan kota-kota yang jauh, di pelosok, ibu kota. Itu biasanya karena faktor infrastruktur, karena terbatas sehingga moda transportasi yang bisa ngangkut kiriman ke sana pun jadi terbatas juga. Akibatnya tentu menjadikan harga berbeda.

Asosiasi punya program Asperindo Logistic Integration Solution (ALIS) untuk menciptakan ekosistem industri ini. Sebenarnya apa benefit sistem ini?

Mengungkap Peluang Supply Chain Financing untuk Industri Logistik RI

Melalui ALIS mereka bisa tahu siapa-siapa saja perusahaan anggota Asperindo yang ada di daerah tujuan yang bisa diajak kerja sama, mereka bisa lihat profilnya, mereka bisa lihat tarifnya, dan mereka bisa lihat berapa lama kiriman ini akan disampaikan. Dan itu akan semakin menarik karena nanti setiap perusahaan diharapkan dengan adanya ALIS ini mereka sudah bergabung menjadi anggota Asperindo. Bisnisnya bukan hanya lagi ngurusin infrastruktur, cukup luas punya cabang, punya agen di mana-mana, sehingga nanti ini bisa menjadi penolong bagi teman-teman di daerah atau di mana pun yang mempunyai keterbatasan.

Artinya ALIS bisa menyasar ke UKM kecil?

Uji Operasi, Tol Cibitung-Cimanggis Bakal Lancarkan Arus Logistik

ALIS ini sebenarnya bisa menjadi angkutan, kendaraan di mana teman-teman  di daerah bisa mengambil potensi yang ada di sana. Sekarang untuk mengangkat potensi di luar kalau tidak didukung oleh infrastruktur, tidak ada connectivity, tentu ini tidak akan gampang. Tapi pada saat diangkat perusahaan anggota Asperindo di suatu lokasi, diteruskan ke lokasi lain, tentu ini akan menjadi satu proses yang berkelanjutan.

Nah, adanya ALIS tentu diharapkan bisa mengangkut potensi-potensi yang ada di UKM-UKM seluruh Indonesia. Jadi bukan hanya yang ada di kota besar, tetapi bahkan yang ada di daerah ke kota-kota besar. Sebenarnya kalau ini jalan, nanti harapannya adalah UKM-UKM ini bisa meningkatkan produktivitasnya.

Kemenhub Susun Strategi Pulihkan Transportasi Logistik Selama Pandemi

Kalau mereka dulu, contoh misalnya produksi makanan, makanan hanya dikonsumsi oleh penduduk daerah tersebut, tentu nanti jumlah produksinya akan disesuaikan dengan market mereka yang ada. Tapi pada saat marketnya diperluas, ternyata orang yang di Jawa, orang yang di Kalimantan, di Sulawesi juga bisa makan. Otomatis produsen akan bertambah produktivitasnya. Sehingga ini nantinya dapat diharapkan membuat UKM kita dapat berkembang di masa yang akan datang.

Apa bedanya kalau mungkin adanya ALIS dengan saya, misalnya UKM bikin tim mebel tapi tanpa melalui ALIS saya ke JNE. Kan JNE mungkin sudah sampai ke pelosok-pelosok. Ya kan ibaratnya,

Benefitnya apa kalau kita langsung ke JNE atau gabung ke ALIS tadi?

ALIS itu platform yang akan dipergunakan oleh perusahaan anggota Asperindo. JNE karena memang sekarang infrastrukturnya sudah terbentuk, sistemnya sudah terbangun gitu, ya JNE mungkin hanya dalam hal ini bisa menjadi support bagi ALIS itu sendiri ya. Tapi buat mereka-mereka yang tidak mempunyai jaringan, tidak mempunyai infrastruktur, mereka perlu nih jaringan, ke mana mereka nanti bisa mendapatkan hubungan.

Tentu ALIS ini yang akan sangat membantu di dalam mereka menentukan, saya mau kirim ke Jakarta, kalau sekarang saya berada di Jambi, misalnya, siapa perusahaan-perusahaan yang ada di Jakarta, JNE mungkin ada di situ, tapi temen yang lain pun juga ada di sana. Ini menjadi satu alternatif, ini menjadi salah satu solusi.

Jadi dengan adanya ALIS kita berharap sekali lagi potensi-potensi UKM yang ada di daerah ini tentunya suatu hari akan bisa diangkut keluar daerah. Jadi mau produksi mebel, produksi makanan, produksi fesyen atau apapun, kalau sekarang tidak didukung oleh infrastruktur, tentu potensi ini tidak dapat kita angkut keluar.

Kelebihannya kalau ALIS itu nanti kepada perusahaan dia punya pilihan, dia mau pakai apa, yang murah, yang cepat, atau dia mau pakai mungkin yang mahal, banyak pilihan.

Itu enggak merugikan JNE?

Tidak dong. Itu akan menjadi tambahan volume malah, kenapa merugikan?

Maksudnya kan mungkin ada yang milih lebih murah?

Enggak, saya enggak melihat itu sebagai ancaman. Saya justru melihat itu sebagai opportunity kita, penetrasi kita ke daerah-daerah.

Sekarang kan banyak pemain logistik dari luar negeri. Apakah itu ancaman atau bukan?

Sekarang katanya era di mana harusnya satu sama lain berkolaborasi. Saya yakin banyak perusahaan-perusahaan baru pun tentunya tidak mereka datang kemudian mereka sudah punya semuanya.

Pasti juga ada hal-hal yang mereka tidak miliki, sehingga mereka harus kerja sama dengan perusahaan lokal, dan dari Asperindo, kita mendorong, perusahaan kalau bisa saling membantu, supaya semuanya tentu bisa tumbuh dan bisa mempunyai daya saing walaupun mungkin tiap perusahaan mempunyai kebijakan yang sendiri-sendiri.

Tapi pada prinsipnya saya sangat yakin bahwa sinergitas atau kolaborasi ini terjadi dengan satu tujuan dengan perusahaan lain. Jadi tidak lagi menjadi hal yang tabu.

Mungkin saat ini kalau ada satu perusahaan, dia kirim melalui perusahaan yang mempunyai jaringan, nanti di daerah yang didistribusikan ternyata perusahaan tersebut, karena memang iklimnya sudah demikian.

Kalau soal disrupsi, di industri lain sudah mengalami. Kalau di industri ini kemungkinannya bagaimana?

Kalau drone suatu hari itu berlaku atau misalnya ada kendaraan yang tidak pakai sopir, itu bukan tidak sebagai ancaman, itu bisa menjadi ancaman. Tapi saya yakin tidak berlaku secepat mungkin. Karena secara peraturan tentunya pemerintah akan memikirkan. Dan jangan lupa, Indonesia merupakan negara yang populasinya padat.

Kalau itu berlaku dan pemerintah mewajibkan digunakan pada setiap perusahaan, yang kita khawatirkan justru akan populasi kita jadi pengangguran. Kita berharap teknologinya ada, tapi penyerapan tenaga kerjanya juga banyak. Bukan berarti karena kita melakukan perubahan, terus SDM-nya jadi nganggur, tidak terpakai, kan sayang.

Mungkin kita atau bahwa SDM bisa melakukan kesalahan dibanding robot, tapi kalau melakukan dengan baik, dengan pengawasan dan lain-lain, saya yakin tingkat kesalahan pasti bisa di-manage. Saya enggak bilang seberapa lama, tapi harusnya mulai kita waspadai dari sekarang.

Kalau yang Gojek itu kan dalam kota, iya ibaratnya kan enggak menggerus. Tapi kan kalau enggak tau juga nanti dia punya lisensi ke luar daerah, nanti bagaimana dengan hal itu?

Ya begini, keberadaan Gojek saat ini sebenarnya dengan yang dulu tidak terlalu berbeda ya. Dari dulu ojek-ojek gitu juga udah ada. Cuma sekarang ini mungkin dikasih aplikasi. Apakah Gojek saat ini bisa menjadi ancaman secara langsung, barangkali enggak juga.

Dalam arti begini, memang Gojek kalau kita lihat sekarang ini karakteristiknya sedikit berbeda lah dengan kita, dan orang-orang yang berada di jasa pengiriman yang ada di Asperindo. Kebanyakan kurir-kurir itu tentu orang yang mempunyai collaboration, apa kiriman yang boleh dikirim, apa kiriman yang tidak boleh dikirim.

Saya enggak tahu apakah di Gojek sekarang sudah memberikan peraturan seperti itu. Artinya kalau mau kirim saya tetap mendorong masyarakat kepada perusahaan-perusahaan berizin yang sudah menjadi anggota Asperindo. Kenapa? Karena jika terjadi suatu masalah, untuk pelacakan juga gampang.

Sering kan masalah, meskipun dalam kota, tapi sering? Kita lihat adanya pemberitaan-pemberitaan itu, apa peredaran narkoba, terorisme, saya takut. Kalau kita di Asperindo aware terhadap hal seperti ini, bagaimana dengan teman-teman yang ada di Gojek.

Apakah mereka tahu barang yang mereka terima dari customer barang yang tidak mudah meledak? Apakah barang-barang yang mereka terima barang-barang yang aman untuk dikonsumsi oleh masyarakat.

Sementara kalau kita biasanya, pengambilan barang itu jelas, dari perusahaan atau dari rumahnya, dari kantor atau dari rumah. Sementara kalau di ojek kan pengiriman bisa terjadi di mana saja, dan ini kan barangkali suatu PR dari pemerintah dan juga harusnya melihat harus ada peraturan yang clear, terus ada aturan yang jelas karena takutnya ini yang dirugikan siapa? Masyarakat tentunya.

Kalau tidak ada pengawasan, saya takut ini jadi bola liar gitu loh. Seperti saya bilang tadi, yang terjadi sopir Gojek-nya sendiri kadang juga dikerjain oleh konsumen.

Karena setiap dia dapat perintah untuk membeli sesuatu, mereka harus mengeluarkan kocek sendiri. Pada saat kemudian mereka bilang, yang saya baca ya, enggak tahu nanti enggak usah diekspos. Dia diminta untuk pick up kiriman, dia bilang kiriman ini berharga, nanti barang ini akan dibayar oleh penerima di sana. Jadi si rider Gojek ini bayar dulu. Pada saat barang ini diterima oleh si penerima, dibuka, ternyata penerimanya aja enggak ketemu, gitu loh, isinya pun ternyata barang yang tidak ada value-nya.

Kalau di tahun politik ini apakah bisnis logistik ini terpengaruh?

Pengaruhnya ada. Pengaruhnya itu biasanya kalau barang-barang atribut atau barang-barang misalnya, KPU itu biasanya ada, itu dikirimkan melalui jasa pengiriman, form, kotak suara dikirim, enggak jalan sendiri ke suatu daerah.

Di daerah dikirimin juga?

JNE beberapa kali menangani kiriman. Jangan lupa gitu ya kalau ini ada partai, partai itu mengirimkan atribut dan atribut ini biasanya jumlahnya masif, dikirim ke daerah-daerah untuk dipakai. Jadi itu biasa yang membuat volume bisa meningkat. Peningkatan bisa terjadi. Kalau waktu itu enggak ada hambatan ya, karena kampanye ada di mana-mana, sejauh ini enggak pernah ada hambatan.

President Director JNE Express, Mohamad Feriadi

Dari teman-teman Asperindo sikap mengenai Gojek bagaimana?

Kalau kita penyelenggara pos kita bayar pajak, mereka menjalankan kurir juga, mereka bagaimana? Jadi pertanyaan kita seperti itu.

Peraturan yang sama di kami, apakah juga berlaku di mereka? Artinya kita juga harus melihat itu. Kalau itu ada potensi untuk memasukkan, misalnya, karena kalau tidak kita khawatir mereka berbisnis tapi mereka tidak memberikan kontribusi apa-apa buat negara.

Nah itu kan ya, pola itu yang terjadi pada disrupsi-disrupsi di hotel, ini kayanya, mungkin tren ini ke mana-mana, ke berbagai sektor dengan teknologi.

Intinya saya hanya ingin menyampaikan agar pesan ini sampai ke masyarakat. Bagi masyarakat yang membutuhkan jasa pengiriman, saya sangat mendorong supaya menggunakan perusahaan berizin anggota Asperindo. Karena kalau terjadi apa-apa, asosiasi tentu juga akan melihat itu, akan menjadi perhatian dari kami. Karena saya tau pilihan pasti banyaklah untuk saat ini.

Tapi pada saat mereka berhubungan dengan perusahaan-perusahaan yang tidak berizin, apalagi belum menjadi anggota Asperindo. Enggak mungkin karena hanya mereka yang mempunyai izin yang bisa menjadi anggota Asperindo. Yang mengeluarkan izinnya itu Kemkominfo. Surat izin Penyelenggara Pos, dan itu menjadi satu prinsip, barangkali yang masyarakat itu harusnya memahami itu dari sekarang, karena kalau tidak, saya takut nanti kasihan masyarakat membayarkan sesuatu yang mereka tidak akan mendapatkan apa yang mereka bayarkan.

Dulu Asperindo menginduknya ke Kemenhub, sekarang ke Kemkominfo. Perubahan ini berdampak?

Kalau operasionalnya mungkin lebih banyak berurusan dengan Kementerian Perhubungan, izinnya memang dari Kemkominfo. Tapi buat kita sebenarnya bagaimana pemerintah ini seharusnya bisa melakukan koordinasi antar lembaga, antarkementerian. Karena kan enggak mungkin kita gitu loh yang harus melakukan koordinasi antardepartemen gitu ya. Buat kita tentunya yang kita harapkan adalah bagaimana iklim bisnis itu kondusif buat kami. Jadi jangan kami direpotkan oleh hal-hal yang barangkali tidak seharusnya menjadi porsi kami.

Banyak hal memang kita berhubungan dengan departemen lain. Di jalan raya misalnya dengan Perhubungan itu pasti ada terjadi, gitu. Jadi di sana itu memang ada 2 unsur. Ada masyarakat dari komunikasi, dan masyarakat perposan. Di mana hubungannya kalau saya melihatnya gini, komunikasi itu kan bukan hanya berarti komunikasi kita bicara. Orang berkirim surat pun sebenarnya itu bentuk komunikasi antara individu dengan individu, antara orang dengan orang. Dan ini membutuhkan wadah yang namanya perposan. Jadi irisannya ada.

Lagi tren Revolusi Industri 4.0. Dari asosiasi sudah buat persiapan apa?

Persiapan dalam hal teknologi. Barangkali ini menjadi satu konsen utama kita, bagaimana teknologi yang kita kembangkan bisa menjawab semua kebutuhan dari masyarakat. Khususnya pengguna layanan jasa pengiriman. Kita sudah membuat aplikasi, kita sudah membuat website. Yang bisa interaktif itu adalah keseriusan-keseriusan di mana kita untuk mendukung Revolusi Industri 4.0.

Kalau kemungkinan industri logistik lokal ini menguasai pasar Indonesia dibandingkan asing, ini ada kemungkinan enggak?

Mungkin potret itu justru saya lihat sudah terjadi hari ini. PT Pos makin mendominasi, JNE sekarang masih boleh dikatakan menjadi yang terbaik di masyarakat. Sehingga bagi user sekarang ini kalau mau menggunakan jasa pengiriman JNE.

Jadi memang saat ini, bahkan sudah terealisasi?

Iya, artinya kita sudah melihat bahwa sekarang ini perusahaan lokal yang bisa menjadi pemain di sini itu sudah kelihatan. Jadi belum tentu asing itu kemudian bisa menguasai sini. Karena kan yang mengetahui kultur kita, yang mengetahui geografi kita itu adalah perusahaan lokal.

Keberadaan asing di Indonesia sudah berapa persen?

Di industri jagat pengiriman sekitar 41 sampai 49 persen. Sehingga mereka itu masih harus bekerja sama dengan lokal. Belum 100 persen perusahaan asing, kurir beroperasi di Indonesia. Mereka masih harus bekerja sama dengan lokal. (ren)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya