Ketua Umum Partai Garuda Ahmad Ridha Sabhana

Partai Kami Lebih Advance dari Cambridge Analytica

Ketua Partai Garuda, Ahmad Ridha Sabana
Sumber :
  • VIVA/Dhana Kencana

VIVA –  Nama Partai Garuda, tak pernah terdengar oleh publik. Namun, ketika Komisi Pemilihan Umum menyampaikan pengumuman, nama partai ini langsung membuat publik menoleh. 

Pertimbangan MA Kabulkan Gugatan Batas Usia Cagub Jadi 30 Tahun

Kehadiran partai ini, lalu dikaitkan dengan Cendana dan Partai Gerindra. Sebab, Ahmad Ridha Sabana, ketua umum Partai Garuda adalah adik kandung Ahmad Riza Patria, salah seorang politisi senior Partai Gerindra.

Kaitan dengan keluarga Cendana, adalah karena Ahmad Ridha Sabhana pernah menjadi Direktur Utama di Televisi Pendidikan Indonesia (TPI).

PSI: Putusan MA tentang Batas Usia Calon Kepala Daerah Tak Ada Hubungannya dengan Kaesang 

Berhasil menarik perhatian publik, membuat Ketum Partai Garuda begitu percaya diri partainya akan berhasil mencuri kursi di Parlemen. Sebab, ia mengakui, menguasai teknologi dan informasi (IT).

Bahkan, ia dengan yakin mengatakan, tim IT Partai Garuda lebih advance dibanding tim IT "Cambridge Analytica" yang namanya mencuat, karena menggunakan data pengguna Facebook untuk memenangkan Trump dalam Pilpres AS.

KPU Belum Terima Berkas Putusan MA soal Pencabutan Batas Minimal Usia Calon Kepala Daerah

"Saya ingin mengubah Indonesia menjadi lebih baik. Dan itu hanya mungkin dilakukan melalui partai politik," ujarnya saat berbincang dengan VIVA pada pekan lalu.

Ia mengakui, menjalankan partai ini dengan banyak strategi khusus yang tak digunakan partai lain. Dengan itu, dia yakin akan berhasil meraih simpati generasi milenial dan mencuri kemenangan dalam kontestasi politik di hajatan besar yang akan segera digelar di negeri ini.

Apa saja strategi khusus yang akan dimainkan oleh Partai Garuda? Berikut, petikan lengkap wawancara VIVA dengan Ahmad Ridha Sabana, yang ditengah kesibukannya melakukan konsolidasi partai ke seluruh Indonesia, namun masih menyempatkan waktu untuk ngopi, makan siang, atau janjian di mal bersama anak dan istrinya. Selamat membaca.

Lolosnya Partai Garuda dalam verifikasi KPU mengagetkan publik. Apa saja yang sudah Anda lakukan, sehingga lolos verifikasi?

Pertama, harusnya masyarakat tidak perlu kaget, karena Partai Garuda melewati tahapan demi tahapan verifikasi sesuai dengan mekanisme yang ada. KPU adalah sebuah lembaga independent dan yang mempunyai kewenangan menetapkan siapa saja yang bisa menjadi peserta pemilu. Tentu, mereka sudah melakukan proses verifikasi dengan baik. Ada tiga tahapan verifikasi,  pertama itu pendaftaran, kedua verifikasi administrasi, dan ketiga verifikasi faktual. Semua tahapan itu kita lalui dengan baik.

Maksudnya baik seperti apa?

Saya katakan, kita lalui dengan baik. Pertama, saya akui, ketika melakukan pendaftaran administrasi, kami itu paling confident, dan paling rapi di antara partai baru lainnya. Sebab, kami itu IT Base. Kedua, pada saat verifikasi administrasi, kami itu 'firm' seluruh indonesia, semua data tersentral di DPP. Sehingga, DPD dan DPC tinggal membawa data, apa yang sudah kami persiapkan. Dan ketiga, pada saat verifikasi faktual kami pun demikian.

Anda sengaja memilih senyap?

Mungkin, karena kami tidak terpublikasi pada saat pembentukan partai. Kami memang tidak ingin terpublikasi  dengan media pada awal pembentukan, karena kami bukan tokoh besar, bukan yang punya media juga. Jadi, kami tidak punya kemampuan untuk mempublikasikan diri. Satu-satunya corong kami dalam mempublikasikan diri pada saat itu, ya pada saat mendaftarkan diri ke KPU. Kemudian, KPU mengumumkan bahwa kami partai baru yang lolos verifikasi, sehingga masyarakat seluruh indonesia menyaksikan melalui media. Itu saja publikasi kami.

Bagaimana dengan KPU?

Kalau KPU sebenarnya tidak kaget, mereka melakukan verifikasi dengan baik. Buktinya, adalah secara kepengurusan syaratnya kan harus memenuhi 100 persen tingkat provinsi, 75 persen di Kabupaten/Kota, dan 50 persen di tingkat kecamatan. Dan, kita  juara satu diantara empat partai baru yang lain. Jangan salah lho, kita itu juara satu. Mengapa bisa demikian? Cakupan kami di kepengurusan rata-rata di atas 95 persen. Bahkan, di beberapa daerah, lebih 50 persen. Untuk provinsi, 100 persen terbentuk kepengurusannya. Kalau sudah seperti itu, berarti kami benar-benar ada, dan itu bisa dikroscek di KPU. Faktanya memang seperti itu.

Saya ambil contoh paling ekstrem di Papua, Papua Barat, NTT, Maluku Utara. Itu kan daerah sulit untuk pembentukan (kepengurusan). Masalah utamanya adalah geografis. Tetapi, kami bisa selesaikan itu 100 persen. Kenapa bisa demikian, karena kami benar-benar fokus bekerja. Ikhtiar betul kami dengan ini. Bahkan, pernah juga di-publish oleh salah satu media mainstream, bahwa secara keanggotaan kita itu nomer dua di antara 15 partai yang ada. Nah, ini adalah angka-angka statistik yang apa adanya. Dan, itu bukan kami yang mem-publish, tapi itu sumbernya dari KPU.

Ketua Partai Garuda, Ahmad Ridha Sabana

Berapa jumlah anggota Partai Garuda yang tercatat di DPP?

Kalau yang tercatat itu totalnya 697 ribu anggota seluruh indonesia. Sementara itu, partai-partai lain itu kan sekitar 400 ribuan rata-rata. Itu angka yang tercatat ketika verifikasi KPU. Dan, sekarang saat mungkin bertambah, karena kita adalah partai baru yang sangat paham dengan teknologi. Kita ini jauh-jauh hari mempersiapkan, mulai dari pendaftaran. Kita gunakan sebuah sistem yang sedemikian rupa, sehingga kita bisa mengumpulkan masyarakat. Kalau kemarin sempat ada kasus di Pilpres AS soal Cambridge Analitica, itu contoh pemanfaatan yang salah. Nah, kita itu bisa jauh lebih advance dari itu. Itu sebabnya kita bisa menjangkau masyarakat.

Kapan Partai Garuda didirikan?

3 April 2018 itu persisnya kami tiga tahun, sejak kami melakukan kongres pertama. Tanggal 16 April 2015, kami ditetapkan sebagai partai politik oleh Kemenkumham.

Berikutnya, mengapa Anda mendirikan partai>>>

***

Mengapa Anda mendirikan partai ini?

Partai ini berawal dari diskusi dengan teman-teman. Salah satu partner diskusi adalah Sekjen saya sekarang. Juga ada beberapa pengurus DPP dan DPD lainnya. Diskusi kita waktu itu, bagaimana kita bisa berperan aktif di perpolitikan Indonesia. Karena saya tahu persis, di Indonesia demokrasinya itu harus berproses melalui partai politik. kalau ingin merebut “kekuasaan," jalannya melalui politik. Kalau ingin duduk di parlemen, itu juga harus melalui jalur politik, bukan menjadi pengusaha dan lain sebagainya. Dan, pintunya itu bukan melalui Ormas, tapi partai politik.

Kesimpulannya, untuk bergerak lebih leluasa dalam politik, kita sepakat untuk tidak membentuk Ormas, tapi kita membentuk partai politik sendiri. Itu awalnya. Banyak juga teman-teman yang awalnya saya ajak berdiskusi mereka tidak mau bergabung karena tidak yakin bisa membentuk partai politik dengan pola kerja yang saya dan Sekjen saya rencanakan dari awal. Jadi jangan salah, bukan hal mudah juga untuk meyakinkan teman-teman kita sendiri ketika itu. Banyak yang tidak mau gabung, banyak juga yang mempertanyakan. “Uangnya dari mana Dha? Ini membutuhkan uang yang tidak sedikit lho.” Saya Cuma bilang, itu hal lain lah nanti. Saya yakin dengan pola kerja kami, tidak membutuhkan uang besar. Dari yang saya ajak diskusi, akhirnya yang bertahan hanya 11 orang. Itu semua yang ada di DPP sekarang.

Di luar itu, memang banyak juga yang mendukung, yang membantu kita sebagai partner diskusi. Termasuk, abang-abang kita sebagai senior-senior kita juga banyak memberikan masukan kepada kita.

Tadi Anda katakan ada 11 orang yang bertahan. Siapa saja 11 orang itu?

Ya, sebagian besar yang sekarang ada di DPP. Terus terang yang paling intens adalah saya dan Sekjen. Juga ada beberapa Ketua DPP lain juga yang intens membentuk partai ini. Prosesnya tak mudah untuk mengajak dan meyakinkan teman-teman kita.  Pada saat kami datang ke daerah-daerah juga demikian. Misalnya, saya kan punya jaringan teman-teman daerah, Sekjen juga punya jaringan. Kadang-kadang jaringan kita di daerah juga resisten. Mereka menganggap engga mungkin.  Hal seperti itu pasti ada saja, selama tiga tahun ini. Dan, kita tetap saja tidak pernah berhenti juga tiga tahun ini, muter keliling daerah.

Anda terjun langsung ke daerah-daerah?

Iya, kami turun langsung. Dan, selama ini memang tidak jadi perhatian media karena memang kita bergerak senyap. Dan, ketika saya ke daerah, juga enggak mungkin saya bawa teman-teman media. Beda, kalau misalnya saya yang punya media.

Ketua Partai Garuda, Ahmad Ridha Sabana

Anda bilang, ingin memperjuangkan kepentingan rakyat. Bukankah semua partai politik juga memiliki cita-cita yang sama?

Jadi gini, kita ini harus pragmatis terhadap kekuasaan. Karena, memang berjuang di Indonesia itu harus duduk dalam kekuasaan, tidak bisa hanya menjadi kritikus. Seorang doktor atau profesor sekalipun tidak akan bisa hanya melakukan kritik di luar kekuasaan, siapapun yang hanya kritik akhirnya hanya menjadi begitu saja, seperti kafilah berlalu saja. Nah, kita melihat pintu untuk mengubah Indonesia ini paling tidak harus duduk di parlemen. Kami berpendapat, untuk masuk ke parlemen pintu pertamanya adalah partai politik, pintu keduanya adalah harus masuk ke dalam parlemen. Pintu ketiga, tentunya harus masuk ke dalam pemerintahan. Jadi, itu cita-cita kami untuk mengubah Indonesia menjadi lebih baik hanya bisa dilakukan dengan membuat partai politik.

Dari penjelasan itu, sepertinya Anda merasa aspirasi Anda selama ini diabaikan?

Saya kembalikan kepada Anda, kepada masyarakat luas, apakah selama ini aspirasi Anda atau masyarakat merasa dapat langsung diterima oleh wakil rakyat di DPR RI? Kan tidak.

Menurut saya, satu-satunya cara untuk menyampaikan suara rakyat, aspirasi rakyat, adalah mengajak rakyat bergabung dan masuk bersama-sama ke parlemen melalui Partai Garuda. Katakanlah, sebesar apapun tekanan rakyat kepada pemerintah, katakan gerakan 212 yang lalu, yang besar itu, itu juga tidak jadi apa-apa kan. Saya yakin, kalau setengah dari gerakan 212 itu masuk parlemen, saya yakin akan berubah bangsa ini. Jadi, saya ini memang sangat pragmatis dengan kekuasaan. Saya bilang, kalau kita tidak pragmatis terhadap itu, kita tidak akan mengejar. Tolong dicatat satu hal, senior-senior kita tidak pernah memberikan peluang kepada kita yang muda-muda ini. Tidak pernah ada bahasa, “Dik, dinda, tolong diteruskan bangsa ini,” tidak pernah ada bahasa itu. Jadi, harus kita rebut. Dan, saya merasa, kami ini generasi muda, punya energi lebih, kita bisa melakukan itu.

Kabarnya, partai Anda mendapat dukungan dari tokoh atau sesepuh Partai Gerindra?

Sesepuh itu siapa yang dimaksud? Jujur, di partai kami satu pun tidak ada orang partai lain. Tapi, kalau untuk teman berdiskusi, bertukar pikiran atau wawasan, tentu bukan hanya tokoh Partai Gerindra saja. Semua yang kami anggap senior, semua yang kami anggap bisa memberikan masukan kepada partai, kami ajak komunikasi. Jadi, banyak sebetulnya tokoh senior yang kami ajak bicara, kami ajak diskusi. Bukan hanya Partai Gerindra saja, hampir semua partai sebetulnya. Kebetulan saya ini teman di DPR RI juga banyak. Hampir semua fraksi ada, semua komisi ada, saya pastikan saya banyak kenal dengan semua anggota partai lainnya. Mereka itu semua jadi teman-teman diskusi kami.

Dulu Anda pernah jadi caleg dari Partai Gerindra. Kenapa memilih berpartai sendiri dan tidak meneruskan karir di Partai Gerindra?

Betul sekali itu. Dulu saya jadi caleg diminta oleh kakak kandung saya. Kebetulan, kakak saya salah satu ketua di DPP Gerindra. Waktu itu, kakak saya mau maju DPR RI di Jakarta Timur. Karena saya pernah jadi Ketua KNPI, jadi mungkin dianggap dapat membantu. Tetapi, saya kurang beruntung waktu itu. Perolehan suara saya kedua terbanyak, jadi tidak mendapat kursi. Kenapa saya tidak meneruskan di situ? Karena, waktu itu saya bukan sebagai pengurus Partai Gerindra, dan saya maju karena di minta kakak saya.

Jadi Anda bukan kader Partai Gerindra?

Tidak. Tapi pada waktu itu, yang menjadi caleg kan diharuskan punya KTA (Kartu Tanda Anggota). Jadi, KTA dibikin pada waktu saya ingin menjadi caleg saja. Ya, jujur saya diberikan privilege saat itu di Gerindra. Tapi kan, sisanya saya bekerja sendiri. Tapi saya buktikan, saya kerja praktis hanya satu bulan, tapi saya berhasil memperoleh suara nomor dua terbanyak saat itu. Hitungan saya sih, sebenarnya saya menang waktu itu, tapi entah mengapa hanya nomor dua saja.

Apakah mendirikan Partai Garuda adalah bentuk kekecewaan Anda dengan partai Gerindra?

Tidak, sama sekali tidak karena itu. Kalau saya tetap di Gerindra, saya mau ditaruh di mana. Partai itu sudah cukup mapan dengan kursi yang sangat cukup. Pikiran saya, kalau saya ingin mengambil peran lebih, mendingan saya membuat partai sendiri dari pada bergabung di partai yang ada. Dan, itu yang kami lakukan. Dengan membuat partai sendiri, ini akan memberikan keleluasaan buat kita juga.

Dengan membuat partai sendiri, Anda akan berkompetisi dengan kakak Anda. Bagaimana menghadapinya?

Masalahnya di mana? Saya tidak melihat ada permasalahan di situ. Jangankan adik-kakak, suami istri beda partai aja ada kan, Bapak dan anak beda partai juga ada, bahkan bapaknya ketua umum, anaknya partai lain juga ada kan. Keyakinan agama dalam satu keluarga juga banyak yang beda, apalagi cuma masalah partai. Jadi, tidak ada masalah saya kira.

Selanjutnya, anggota partai punya basis kader>>>

***

Biasanya, anggota partai punya basis kader dengan kecenderungan tertentu. Bagaimana dengan Partai Garuda?

Saya ini pernah menjadi Ketua KNPI, saya juga aktif di pengurus HIPMI. Percaya atau tidak, tidak satu pun pengurus KNPI, maupun pengurus HIPMI yang saya kenal bergabung di sini.

Lalu, jaringan yang digunakan di daerah itu jaringan apa?

Kita mensosialisasikan partai ini dan merekrut kader untuk partai ini, bukan hanya mengandalkan basis tertentu saja. Waktu di HIPMI, saya Ketua OKK DPP Hipmi, saya kan juga sering ke daerah-daerah. Selama di daerah, yang saya temui juga banyak sekali, bukan hanya anggota atau pengurus HIPMI saja. Di KNPI juga seperti itu, dua periode di Ketua DPP KNPI itu banyak sekali yang saya temui, dan itu bukan hanya jaringan KNPI saja, banyak juga jaringan lain. Kita makhluk sosial, ditempatkan di mana saja kita pasti akan mampu berkomunikasi.

Kedua, Sekjen saya ini juga Ketua Umum Ikatan Pedagang Pasar Tradisional Indonesia (IKAPPI). Banyak juga jaringan dia yang bergabung di Partai Garuda ini. Lalu, banyak juga masyarakat yang tergabung di kita, yang belum pernah berpartai, dan belum pernah kenal saya sebelumnya. Sekarang, semuanya sudah menjadi keluarga saya di Partai Garuda.

Apa yang Anda sampaikan pada mereka, sehingga mereka bersedia bergabung?

Pada saat saya datang menemui orang-orang yang merasa sudah sangat cerdas berpolitik, biasanya mereka sudah sulit menerima, biasanya begitu. Tapi pada saat kami bertemu dengan orang-orang baru, bahkan belum pernah berpolitik, mereka merasa ini tantangan baru buat mereka, ini barang baru buat mereka. Jadi, mereka senang, dan ingin bergabung.

Kalau ditanya apa yang kami sampaikan kepada mereka, sederhana saja. Sebuah partai politik kan ujung-ujungnya memperjuangkan suara rakyat, dan suara rakyat itu suara mereka. Paling penting, mereka itu benar-benar rakyat, bukan tokoh-tokoh yang mengatasnamakan dirinya rakyat. Mereka sering bertanya, apa yang saya harus kerjakan pak? Saya bilang, yang kamu rasakan itu apa? Itu yang harus kamu perjuangkan. Karena apa yang kamu rasakan, itu sama dengan apa yang dirasakan rakyat lain. Beda kalau yang kita datangi pejabat, atau tokoh pengusaha misalnya, ya pasti beda, wong yang dirasakan mereka itu sudah hidup enak kok. Dan hal itu ternyata bisa membentuk kita. Seperti yang tadi saya bilang, kalau Partai Garuda ini terbentuk dengan target asal lolos verifikasi dengan ambang batas minimum, itu biasa-biasa saja. tapi Partai Garuda ini juara satu, itu harus dicatat. Itu yang harus masyarakat lihat. Kita partai baru, tapi partai kita ini nomer satu jika dibandingkan tiga partai baru lainnya.

Sebagai partai baru, apakah Anda juga menjadikan generasi milenial sebagai target sasaran Anda?

Nah, kalau bicara sasaran, berdasarkan informasi atau data yang saya peroleh kaum milenial ini kan jumlahnya sampai angka 80 juta lebih. Betul bahwa generasi milenial itu menjadi sasaran kami di awal, kami garis bawahi, generasi milenial adalah sasaran kami di awal.

Apakah pemilihan nama Garuda juga terkait dengan sasaran generasi Milenial?

Ya, ini ada hubungannya mengapa kami mengambil nama Garuda sebagai nama partai. Pertama, siapa yang tidak kenal Garuda? Kalau partai lain mencoba membuat dan mencari nama partainya, setelah ketemu mereka mencoba memperkenalkan nama partainya ke seluruh kalangan agar dapat familiar di kuping masyarakat. Tapi kami, begitu membuat nama Partai Garuda, dan akan memperkenalkan nama partai, pasti langsung mudah diingat. Saya pastikan dua,tiga, bahkan lima tahun mendatang orang tidak akan lupa dengan nama partai kami. Karena nama Garuda sudah tidak asing.

Kedua, untuk generasi Milenial, jika diperkenalkan dengan nama-nama baru yang asing pasti sudah pusing duluan, makanya kita carikan nama untuk mereka yang mudah dan bisa masuk. Ketiga, logo atau lambang yang kami gunakan. Sebelum menggunakan logo tersebut, kami lakukan survei kecil-kecilan. Sederhana, tanya pada 10 orang apakah mereka senang dengan lambang ini, laku 11 orang menjawab senang. Maka lambang ini disukai.

Keempat, pada saat partai politik lain bicara salah satu sila dari pancasila, kita sudah berbicara lambang negara, Garuda Pancasila. Dan, itu yang kita perjuangkan, jadi yang kita perjuangkan tidak hanya satu sila saja, tapi lima sila dalam pancasila dengan lambang Garuda Pancasila.

Biasanya parpol memiliki tokoh yang menjadi figur sentralnya, namun itu tak terjadi di Garuda. Anda yakin tak butuh tokoh yang mampu memberi pengaruh untuk partai?

Pertama, kami lebih percaya pada sistem yang ada. Jauh sebelum verifikasi dilakukan kami sudah mempelajari semua persyaratan, semua tahapan dari undang-undang atau ketentuan yang ada. Bahwa memang kekuasaan ini harus direbut,tapi caranya kan tetap harus konstitusional. Caranya tiga itu tadi, pertama pendaftaran di KPU, verifikasi administrasi dan verifikasi faktual. Dan kami mempersiapkan sistem untuk mempersiapkan itu, kita terus terang paling advance lah kalau bicara teknologi. Mulai dari pendataan, KPU itu kan punya cara atau algoritmanya sendiri, sehingga mereka mengeluarkan yang namanya F2. F2-nya ini urutannya tidak selalu urutan nama sesuai abjad. Mereka punya cara tersendiri, dan kami benar-benar mempelajari itu sejak lama.

Ketua Partai Garuda, Ahmad Ridha Sabana

Artinya, Anda tidak merasa ketokohan seseorang bisa memengaruhi suara partai anda nanti?

Justru, saya ingin menjadikan kader-kader saya sebagai tokoh di daerahnya. Saya minta pada mereka agar berhasil mengambil kursi pimpinan di daerahnya masing-masing. Setiap saya datang ke daerah, saya mendorong mereka agar bisa mengambil kursi kepala daerahnya. Nah, bagaimana cara mengambil kursi kepala daerah? Saya minta kepada kader saya di daerah untuk memastikan Partai Garuda mendapat kursi yang cukup. Saya pastikan, saya tidak akan buang suara partai saya, saya tidak akan berikan rekomendasi kepala daerah kecuali kepada kader kami sendiri. Jadi, mereka juga percaya diri untuk menjadi bupati, wali kota, gubernur. Mereka percaya diri, dan itulah perjuangan kita.

Anda adalah seorang profesional, pernah menjadi Dirut TPI, artinya secara finansial sudah mencukupi. Mengapa masih tertarik terjun ke politik?

Saya ini biasa berorganisasi. Sejak SMP, saya sudah ketua remaja masjid di dekat rumah. SMA, saya masuk OSIS, Ketua ROHIS. Ketika kuliah, saya ketua senat. Kemudian, waktu saya S2 di Inggris, saya menjadi ketua Chairman Students Representative. Anggotanya itu orang bule semua, dan saya yang pimpin waktu itu. Di Inggris, saya juga menjabat Bendahara Umum di PPI. Berorganisasi, bersosialisasi, sudah menjadi kesukaan dan hobi saya. Karena, di organisasi ada hal-hal yang menjadikan kita bisa terus belajar, juga kesempatan memberikan sumbangsih pemikiran saya. Kalau egonya saya, mungkin saya mau banyak belajar di sini, saya juga senang ketemu banyak orang. Saya itu tidak pernah ada hambatan, siapapun komunikasi sama saya, saya ayo saja.

Buat saya, sebagai profesional yang bisa menikmati hasil pekerjaan saya hanya kantor, pegawai dan lingkungan keluarga saja. Tetapi, kalau bisa duduk di pemerintahan, di DPR, mungkin yang bisa menikmati akan lebih luas lagi, masyarakat luas akan menikmati apa yang saya kerjakan.

Banyak yang mengaitkan Partai Garuda sebagai kepanjangan Cendana, karena Anda pernah di TPI dan ada kaitan dengan Mbak Tutut?

Saya kira, pemikiran seperti itu sah-sah saja. Karena, memang sejarahnya saya pernah kerja sama dengan Ibu Tutut Soeharto. Dan, itu tidak bisa dihapus. Itu sama halnya dengan sejarah saya pernah maju menjadi caleg dari Partai Gerindra, jejak digital itu semua pasti ada. Tapi faktanya, kami tidak terkait sama sekali dengan keluarga Ibu Tutut. Jadi, sebenarnya saya juga kasihan  dengan keluarga Ibu Tutut, karena selalu dikait-kaitkan dengan saya.

Si 'Ibu' mau marah sama saya juga engga, bisa juga, karena saya tak pernah bilang iya kalau ada yang mengaitkan partai ini dengan Mbak Tutut. Tapi sekali lagi, saya pastikan tidak ada hubungannya sama sekali. Bagi saya, beliau sebagai orang tua, saya menghormati beliau. Sebagai orang yang pernah bekerja sama dengan beliau, tentunya saya banyak belajar dengan beliau, dan tentunya hubungan saya dengan beliau hanya sebatas profesional. Kalau masalah pilihan politik, saya kira beliau juga sudah punya pilihan politik masing-masing, dan terbukti sampai saat ini juga tidak muncul tokoh seperti Ibu Tutut di Partai Garuda ini kan. Jadi, kami pastikan bahwa kami tidak terafiliasi dengan keluarga Cendana.

Tapi ketika ingin mendirikan partai ini, apakah Anda juga sempat mendiskusikan partai ini dengan Mba Tutut?

Tidak sama sekali. Saya kira tidak tepat ya. Saya di-hire di situ sebagai profesional. Lalu, tiba-tiba saya berbicara politik, nanti dia bilang, you sebenarnya mau bekerja atau mau apa sih? Ntar, digituin kita hehehe.. Ini kan agenda pribadi saya.

Operasional sebuah partai pasti butuh dana besar. Bagaimana Anda membiayainya?

Kata siapa butuh dana besar? Itulah yang saya dobrak hari ini. Contohnya begini, beberapa waktu lalu ada anak-anak UI datang ke sini dan mempertanyakan hal yang sama, berapa banyak dana yang sudah dikeluarkan? Saya bilang, saya tidak bisa menjawab pertanyaan itu. karena apa yang menjadi tanggung jawab DPP adalah apa yang ada di Jakarta ini. Seperti kebutuhan sehari-hari, kesekretariatan di DPP ini. Sebenarnya, pengurusan di DPP ini tidak banyak. Mereka yang ada di sekretariatan ini kebanyakan relawan yang masih kuliah lho, jangan salah. Makanya secara kebutuhan juga tidak terlalu besar. Paling untuk makan mereka saja, kumpul-kumpul di sini, hampir sama lah dengan anak PKL itu. Begitu juga di daerah, tidak ada satupun DPD dan DPC yang kami berikan dana sepeserpun tidak ada satu pun, silakan dicek.

Itu untuk DPP, bagaimana dengan DPD dan DPC?

Saya selalu mengatakan bahwa partai ini adalah milik bersama. Bagaimana kita membangun partai ini bersama-sama, termasuk berbagi beban. Kalau misalnya beban ini harus saya yang biayai, misalnya satu DPC Rp100 juta, ini ada 514 DPC, berapa saya harus mengeluarkan biaya itu? Tetapi, kalau Rp100 juta itu dibebani oleh mereka masing-masing, mereka sendiri bisa mengaturnya. Kadang-kadang, mereka cuma mengeluarkan kebutuhan bulanan cuma Rp10 juta misalnya, jadi tidak terlalu besar juga akhirnya kan.

Kami juga tidak menuntut DPD dan DPC untuk bermewah-mewahan juga. Faktanya, kantor-kantor DPD dan DPC kami di seluruh indonesia itu banyak yang menggunakan aset-aset mereka pribadi. Ada yang menggunakan kantornya, ada juga toko, dan bahkan ada juga yang menggunakan rumahnya untuk kantor DPC. Termasuk di Jakarta saja, DPC kita itu di rukan. Kan, syaratnya KPU itu kan ada pengurus dengan SK, ada kantor dengan domisili yang jelas, dan anggota, ini kita penuhi semuanya. Toh, KPU tidak mengatakan harus ada kantor yang luasnya sekian meter, tidak ada juga syarat anggota harus sekian-sekian, tidak ada syarat jumlah pengurus sekian orang. Jadi, pengurus kami di DPP itu Cuma 11 orang, DPD sembilan orang, DPC tujuh orang, bahkan ada yang lima orang, dan ini memudahkan kita bekerja.

Banyak partai yang jumlah pengurusnya lebih banyak dari itu, tapi yang kerja juga segelintir orang. Kita 11 orang, tapi semuanya kerja. Dan, ini tidak menyulitkan kita pada proses verifikasi kemarin. Itu lah salah satu strategi kami yang kami punya. Mungkin partai lain itu jumlah pengurusnya banyak, bahkan pengurusnya digaji oleh ketua partainya, kami ini tidak, makanya jumlah operasional yang kami butuhkan itu tidak besar. Ini yang kami dobrak. Saya pastikan, mungkin lima tahun lagi akan banyak partai politik yang meniru cara kerja partai kami.

Apakah Partai Garuda punya strategi khusus untuk melakukan penggalangan dana?

Dari awal kita ini swadaya-an. Misalnya saya ke Bali konsolidasi, saya berangkat sama Sekjen, atau sama satu orang pengurus lainnya. Sekjen saya kan pengusaha juga, dia pekerja juga, pengurus lainnya juga pekerja juga, kita kadang biaya sendiri-sendiri kok ke daerah. Sampai di daerah kami tidak pernah membebani pengurus daerah. Kami cari mobil sendiri, kami cari hotel sendiri, pokoknya kami tinggal tanya, acaranya di mana, kami tinggal datang ke lokasi acara, seperti itu. Jadi kami tidak membebani.

Ketika selesai acara, kami sempatkan diri bertemu, komunikasi, berdiskusi dengan pengurus daerah, dengan masyarakat daerah. Apakah harus di hotel atau restoran mewah? Tidak. Bahkan kami itu lebih sering minta bertemu di rumah-rumah warga, rumah pengurus, karena kami yakin dengan begitu, dengan mendekatkan diri kepada mereka, kepada masyarakat, dari hati ke hati, mereka akan lebih nyaman dengan kami. Kalau perlu tidur bersama rakyat, kita tidur bersama rakyat. Itu yang kita lakukan. Dan, caleg-caleg kita juga harus bisa melakukan seperti itu. Makanya, pengurus kita itu banyak yang muda-muda. Seperti yang tadi saya bilang, kalau orang hanya mampu tiga hari turun, kita itu bisa 10 hari turun, karena stamina kita lebih panjang. Dan, itu lebih berarti untuk kita dibandingkan uang besar.

Dengan sasaran milenial, apakah Partai Garuda membatasi keanggotaan?

Saya tidak membatasi itu sebetulnya. Tetapi, faktanya seperti itu. Pengurus saya di DPP ini saja, ada yang usianya masih 22 tahun, 21 tahun saja ada. Ada yang 25 tahun, 26 tahun. Sekjen saya saja belum 40 tahun. Mungkin, saya yang paling tua sendiri. Tapi kita tidak ada kriteria khusus untuk itu, mungkin karena teman-teman kita kebanyakan seusia seperti itu, jadi kita ketemunya segitu itu.

Apa target untuk Pemilu 2019?

Seperti tadi kami bilang, kami ini pragmatis untuk kursi parlemen, untuk di daerah-daerah saya targetkan mereka harus punya satu fraksi di kabupaten/kota dan di provinsi. Bahkan, untuk di daerah-daerah potensial kami minta mereka ambil kursi pimpinan di daerah, kalau bisa pegang palu lah.

Kalau di DPR RI, tentu tantangannya lebih besar lagi. Parliamentary threshold, tentu harus kita lalui, itu target kita. Kemarin itu, setelah KPU mengumumkan nomor urut, selama tiga minggu Partai Garuda selalu menjadi trending topic di google. Sepengetahuan saya, belum pernah ada partai politik yang menjadi trending topic yang menyentuh angka 100. Coba dicek ada jejak digitalnya itu kok. Itu kami mencoba mengkonversi dari sana, saya punya kawan ahli statistik dan matematika dari Singapura. Menurut dia, kalau itu dikonversi, kita bisa mendapatkan suara sampai 7,5 persen lho. Dan, kami sudah memetakan di seluruh Indonesia, dapil mana berdasarkan dua pemilu yang lalu yang punya peluang untuk kita rebut. Saya kira, kalau 35-40 kursi DPR RI sepertinya kami bisa sampai target itu.

Jadi, strateginya hanya fokus di dapil-dapil potensial saja?

Ya, seperti tadi saya bilang. Dulu untuk DPR RI ini ada 77 dapil, sekarang ada 80 dapil. Dari 77 dapil yang ada saja, saya sudah memetakan dan saya merasa yakin 38 dapil itu saya bisa rebut, 39 dapil persisnya yang bisa saya rebut.

Dan, strategi lain kami adalah banyak bekerja dari pada bicara. Contoh, banyak orang tidak tahu Partai Garuda, setelah mendaftar di KPU kami tidak langsung muncul di media maupun di tengah masyarakat. Tapi kami terus bergerak, sampai kantor-kantor kami saja banyak orang tidak tahu. Saya bilang kepada seluruh anggota pengurus di daerah, jangan ada yang pasang plang kantor dulu. Tapi dua minggu sebelum verifikasi faktual, saya perintahkan untuk memasang. Kemudian, banyak yang bingung, kok ada Partai Garuda ini. Nah, itu adalah salah satu strategi kita juga yang  berhasil membuat nama Partai Garuda sempat booming di Google, setelah pengumuman verifikasi oleh KPU. Sampai KPU saja kaget kok.

Mengapa memilih sembunyi dulu?

Kenapa harus begitu? Sederhana kok jawabannya, kami tidak mau diganggu. Bayangkan, kalau kami muncul terlalu di awal, sudah heboh di awal, bisa saja isu PKI terhadap partai kami muncul lebih lama dari itu. Iya kan? Isu PKI baru dituduhkan kepada partai kami baru-baru ini saja kan, pascapengumuman KPU. Coba kalau jauh sebelum itu, enam bulan sebelum pengumuman KPU saja. Kalau kami sudah heboh, sudah habis kami. Wah, saya sudah kasih banyak strategi ke VIVA. Sebentar lagi, VIVA bikin partai. Hehehe..

Apalagi yang akan Anda lakukan untuk memenangkan Pemilu?

Seperti tadi yang saya sampaikan, pemetaan kami sudah lakukan, IT kami sudah sangat kuat, saya tidak katakan saya kuat, tapi saya katakan dan saya pastikan kami sangat kuat di IT. Saya bisa tahu apa yang diinginkan oleh masyarakat di daerah itu dengan detail. Cambridge Analytica itu sebenarnya sudah lama, tapi baru ramai sekarang-sekarang ini saja. Sebenarnya, kita sudah mampu membaca sudah lama, mulai dari media online, media sosial, kita bisa baca itu kecenderungan masyarakat seperti apa maunya, itu jelas kok.

Jadi, profiling terhadap masyarakat itu harus lengkap. Harapan mereka itu kalau kita datang itu cukup mendengar dan mencatat, tugas kita menyuarakan harapan mereka, itu strateginya. Jadi, saya katakan kepada teman-teman di daerah untuk datang ke masyarakat dan mencatat, tidak perlu banyak bicara. Itu salah satu strategi merebut hati masyarakat.

Kami sudah memetakan kantong-kantong masyarakat di dapil tertentu. Kami sudah memetakan, sampai pada tingkat "oh di daerah itu engga usah diotak-atik," itu sudah ada yang punya tokoh dan lain sebagainya. Itu yang kita lakukan. Jadi dengan kemampuan IT, dengan stamina yang kita punya, strategi itu yang akan kita lakukan ke bawah.

Partai Garuda punya tim ahli khusus?

Iya lah. Saya ini orang IT, kita punya tim khusus, orang kita semua yang pegang IT.

Menjelang Pilpres nama yang paling mencuat itu hanya Jokowi dan Prabowo. Kalau melihat kondisi masyarakat dan politik hari ini, siapa yang paling merepresentasikan partai Garuda?

Saat ini, kami masih terus memonitor. Kami belum bisa memutuskan, mungkin waktunya belum tepat juga ya. Saya kira sebagian besar masyarakat kalau diberi pilihan lebih banyak akan lebih senang. Sebagai idealisme politik dalam berdemokrasi, banyak pilihan akan lebih bagus, jadi kami masih menunggu. Mungkin, nanti ada tokoh ketiga, atau mungkin sampai tokoh keempat. Bahkan, kami sangat berharap presidential threshold itu dihilangkan. Menurut kami, masyarakat harus banyak diberikan kesempatan, karena memang kita ini kan one man one vote. Jadi, saya kira baiknya dilepas saja masyarakat ingin memilih siapa tanpa harus dibatasi dengan presidential threshold ini. Saya kira itu sih. Kalau kami ditanya kami ke arah mana, kami belum menentukan sikap sampai hari ini, tapi kami memonitor terus.

Sejumlah partai baru, saat ini sudah menentukan pilihan atau dukungan, misalnya PSI dan Perindo sudah memutuskan mendukung Jokowi di 2019. Mereka berharap, ada Jokowi Effect di Pileg 2019 nanti. Bagaimana Garuda melihat Jokowi Effect itu?

Gini, politik itu cair sekali. Hari ini memilih ini, besok bisa berubah. Kalau bicara Jokowi Effect, tentu itu adalah hal yang baik. Tapi anda harus ingat, pendukung Jokowi itu kan partainya juga bukan hanya satu partai, sudah banyak partai yang berharap Jokowi effect juga. Jadi, itu harus dibagi juga. Jangan salah, partai politik pendukung Prabowo juga sudah banyak, jadi effect yang diharapkan itu juga pastinya akan terbagi dengan partai-partai pendukung figur itu. Intinya adalah, Jokowi Effect atau Prabowo Effect itu memang betul itu ada, tapi itu belum tentu berpengaruh pada partai politik, belum tentu mempengaruhi suara partai politik dengan signifikan.

Menurut saya, kalau memang benar katakanlah Jokowi Effect itu ada dan besar, saya kira orang akan lebih memilih suara partai yang benar-benar mengusung Jokowi, bukan partai pendukung Jokowi. Partai pendukung apalagi, bukan pengusung lho, yang paling enak itu partai yang benar punya Jokowi.

Justru dengan pertimbangan pragmatis, siapa tahu dengan mendukung salah satu kandidat berpotensi mendapat jatah kursi di pemerintahan. Kenapa Anda tidak memilih mendukung salah satu kandidat yang kuat, Jokowi misalnya?

Tidak, kami pragmatis, tapi tidak sampai sejauh itu.  Pragmatis kami saat ini sampai di kursi DPR RI. Kami punya strategi untuk jangka panjang kok, bukan jangka pendek. Partai politik ini dibangun bukan hanya untuk mengikuti pesta demokrasi satu kali ini saja, kita harus terus menerus, jadi harus siap dalam jangka panjang.

Anda tidak mengejar target untuk eksekutif?

Tidak, untuk saat ini saya belum memikirkan ke arah situ.

Sudah ada partai politik yang membangun komunikasi ke Partai Garuda dengan mengajak bergabung dengan arus koalisi besar saat ini?

Sebagai partai politik sudah sewajarnya ada yang namanya komunikasi. Sejauh ini, kita komunikasi itu sebatas komunikasi sewajarnya saja, jadi saya pikir ini masih sangat cair sekali. Dan, saya tidak pernah juga membatasi komunikasi dengan siapa saja, yang penting kita tidak membangun komitmen yang tidak penting.

Tadi anda juga menyampaikan bahwa Partai Garuda menginginkan perubahan terjadi di Indonesia. Sebenarnya, perubahan yang seperti apa yang diharapkan ?

Begini, sebuah bangsa atau negara itu sangat dinamis. Dari masa ke masa, dari tahun ke tahun pasti terus mengalami perubahan. Perubahan ini pastinya harus perubahan yang lebih baik. Idealnya perubahan yang terjadi adalah perubahan yang seperti dicita-citakan oleh pendiri bangsa ini, perubahan idealnya seperti itu.

Di masa sekarang ini yang kami harapkan, perubahan yang kami inginkan di dalam parlemen kita ini adalah anak-anak muda. Kedua, kita inginkan parlemen kita ini adalah parlemen yang bersih. kenapa kami merasa bisa mengusung isu parlemen yang bersih? Karena kami tidak punya beban, pada saat membentuk partai politik ini, kami tidak punya hutang,kami tidak punya beban politik, kami juga tidak punya utang finansial. Sehingga, kami tidak punya beban untuk mengembalikan apapun.

Pada saat semua berbicara transparansi, saya sudah tidak bicara transparansi lagi, tapi saya sudah memangkas rute kolusi, dengan cara tidak punya beban hutang, sehingga nanti anggota parlemen kita yang terpilih itu tidak harus mengembalikan hutang. Kita tidak ada itu istilah beban mahar politik, dan lain sebagainya.

Kita tahu lah itu, seperti apa di DPR kalau ingin membahas undang-undang. Orang sudah tanya, ini undang-undang sponsornya siapa? Kan begitu. Ini kan yang menjadi masalah. Sedih kita kalau melihat seperti itu. Dan, ini yang kita ingin potong ke depan, kita potong diakarnya.

Anda yakin partai anda ini dapat lolos presidential threshold pada Pemilu 2019 nanti?

Haqqul Yakin, harus yakin.

Termasuk bersaing dengan partai-partai politik yang baru lainnya?

Mau dengan partai baru, partai besar lainnya, kita sangat yakin kita mampu bersaing dengan mereka. Ini barang baru, ini kocok ulang pak. Pemilu itu kan kocok ulang. Dan itu yang harus diingat, pemilu kocok ulang. Bukan berarti yang mereka sekarang di atas, akan terus di atas. Nanti mereka turun, begitu juga sebaliknya. Bukan berarti yang sekarang di bawah itu tidak bisa naik ke atas. Pemilu 2019 ini semua dari nol, semuanya mulai dari garis yang sama, tidak ada yang beda. Siapa yang paling diawal? Tidak ada!

Bahkan, kami berani bersaing dengan partai yang anggotanya sudah stabil. Dengan mereka yang menggunakan fasilitas yang mereka punya, katakan lah misalnya yang saat ini berkuasa sebagai gubernur, bupati, wali kota itu juga tidak bisa main-main, kita kan juga bisa meniupkan peluit ke mereka kalau mereka main-main. Tapi saya kira, masyarakat kita sekarang ini sudah pintar lah. Masyarakat kita pascareformasi sudah semakin terbuka dan sadar akan politik, bahkan mereka sudah bisa menilai sendiri. Mereka itu ngerti mana yang rusak, mana yang tidak, saya kira masyarakat sudah sangat mengerti dan mengenal itu.

Apa yang Anda harapkan dari Partai Garuda?

Saya ingin mewakafkan Partai Garuda ini kepada rakyat Indonesia, untuk mencapai cita-cita bangsa Indonesia ini agar menjadi lebih baik lagi. (asp)

Menko Polhukam Hadi Tjahjanto konferensi pers terkait situasi Pemilu 2024

KPU Punya Kuasa Jalankan Putusan MA soal Batas Usia Calon Kepala Daerah, Menurut Menkopolkam

Menkopolkam Hadi Tjahjanto mengatakan KPU mempunyai wewenang penuh untuk menjalankan putusan MA soal batas usia calon kepala daerah.

img_title
VIVA.co.id
5 Juni 2024