Tantangan Gojek Masuk Singapura, Tidak Mudah

Helm khas Gojek
Sumber :
  • REUTERS/Beawiharta

VIVA – Akuisi Grab atas operasional Uber mendatangkan peluang bagi bagi Gojek. Sebagaimana sudah diketahui, beriringan dengan akuisisi Grab tersebut, Gojek siap meluncurkan ekspansi layanan mereka di luar pasar Indonesia. Salah satu pasar yang berhembus bakal kehadiran layanan Gojek yakni Thailand, Filipina, Vietnam sampai Singapura.

Grab Pertemukan 4 Startup Lokal Ini ke 100 Calon Investor Potensial

Perusahaan layanan transportasi daring besutan Nadiem Makarim itu dinilai bisa masuk ke Singapura, untuk 'mendampingi' Grab pada pasar Negeri Singa tersebut. Gojek bisa memanfaatkan momentum susah Grab usai akuisisi Uber di Negeri Singa. Aksi korporasi Grab itu sedang terganjal Komisi Pengawas Persaingan Usaha Singapura.

Komisi tersebut sedang menyelidiki transaksi akusisi kedua penyedia layanan berbagi kendaraan atau ride hailing tersebut. Penyelidikan dilakukan untuk memastikan merger tersebut tak melanggar regulasi undang-undang persaingan usaha setempat.

Siap-siap, Driver Grab Bakal Dapat Ini

Namun untuk mengaspalkan layanan Singapura, Gojek tidak akan mudah. Ada sejumlah tantangan yang dihadapi layanan asal Indonesia tersebut. 

Dikutip dari Marketing-interactive, Selasa 3 April 2018, President of Southeast Asia Pacific and Japan Landor, Nick Foley, hal yang umum dari merger dua layanan atau produk, konsumen akan menginginkan kompetisi pasar yang lebih. 

Grab Hadirkan Beragam Inovasi Baru

Dalam kasus merger Grab dan Uber, konsumen khawatir dengan tarif dan kualitas layanan. Kondisi konsumen yang skeptis dengan merger Grab dan Uber itu bisa dimanfaatkan oleh Gojek. 

"Gojek merupakan posisi yang pas untuk mengapitalisasi hal ini dan membangun penawaran (layanan) di Singapura," kata Foley. 

Layanan Gojek.

Menurutnya, Gojek punya modal untuk menjajaki pasar Singapura. Layanan tersebut sudah berhasil melayani pasar yang mirip dengan Singapura, yakni menawarkan banyak ragam pilihan kepada pelanggan. 

"Apa yang berhasil di jalanan pusat kota Jakarta bakal berbeda dengan Singapura. Layanan utama yang ditawarkan Gojek sangat berbeda dari Uber dan Grab," jelasnya.

Sedangkan untuk menghadirkan layanan di Kuala Lumpur, tantangan Gojek lebih mudah di banding di Singapura.  

Foley berpandangan, untuk pasar baru luar Indonesia, Gojek harus memosisikan berbeda dengan Uber dan Grab. 

Managing director of DIA Brands, Dinesh Sandhu menyatakan skeptis dengan ekspansi Gojek di Negeri Singa. Keinginan Gojek hadir di Singapura itu akan terbentur dengan kebijakan pemerintah Singapura untuk mengurangi kemacetan dan polusi udara. Apalagi Singapura bukan surga kendaraan roda dua.

"Singapura berniat mengurangi jejak karbon dan populasi kendaraannya dari waktu ke waktu, jadi langkah untuk memungkinkan Gojek masuk ke pasar Singapura rasanya tidak mungkin," kata dia. 

Ojek online Uber dan Grab.

Singapura memang cukup tegas dengan penggunaan sepeda motor. Otoritas Transportasi Darat Singapura (LTA) mengatakan sepeda motor tidak boleh digunakan untuk layanan transportasi point-to-point, tidak seperti taksi dan mobil pribadi.

Kunci Grab

Kesuksesan Grab hadir di berbagai pasar luar kandang mereka, menurut Chief Executive Officer APD Singapore, Tobias Wilson, lantaran Grab bisa memanfaatkan sentuhan budaya lokal pada layanan mereka. Dengan pendekatan ini, kata Wilson, pengguna serasa melihat Grab adalah produk yang tumbuh secara lokal. 

Namun Wilson menuturkan, tantangan Grab setelah mengakuisisi Uber adalah kekhawatiran konsumen yang cemas layanan Grab berubah. "Ini merupakan peluang besar bagi Gojek," ujarnya. 

Wilson menuturkan, Gojek bisa bermain dengan nuansa budaya lokal di tiap pasar baru dan membuat kuku bisnisnya makin kuat di pasar luar Indonesia.  

"Gojek bakal punya peluang bagus mengambil bagian dari pasar Singapura," kata dia.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya