Calon Gubernur Jawa Tengah, Sudirman Said

Saya Ingin Mengembalikan Politik pada Harkatnya

Sudirman Said
Sumber :

VIVA – Sejumlah kalangan menyebut Sudirman Said nekad saat mencalonkan diri sebagai calon gubernur Jawa Tengah. Mantan menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) tersebut dinilai tidak akan mampu bersaing dengan Ganjar Pranowo, calon petahana asal PDI Perjuangan.

Duel Panas 'Perang Bintang' di Pilkada Jateng: 3 Lembaga Survei Ungkap Persaingan Ketat Andika Perkasa vs Ahmad Luthfi

Namun, pria asal Brebes, Jawa Tengah ini tak ambil pusing. Baginya, maju dalam Pilkada adalah bagian dari ikhtiar guna memperbaiki kondisi ‘kampung’ nya. Sebentuk pengabdian setelah sekian lama ia meninggalkan kampung halaman.

Sadar elektabilitasnya kalah jauh dari kandidat petahana, Sudirman rajin menyambangi masyarakat Jawa Tengah dari beragam kalangan. Bersama calon wakilnya, Ida Fauziah pria yang akrab disapa SS ini terus berkeliling memperkenalkan diri. Juga menawarkan program dan perubahan.

Survei Indikator soal Gubernur Pilihan Warga Jateng, Ahmad Luthfi Ungguli Andika Perkasa

Di sela-sela kesibukannya, VIVA berhasil menemui kandidat gubernur yang diusung oleh Partai Gerindra, PKB, PAN dan PKS ini. Wawancara dilakukan di Kota Tegal, Jawa Tengah. Demikian petikan wawancaranya.

Apa yang membuat Anda tertarik ikut berlaga di Pilkada Jawa Tengah ini?

Sarapan Bareng Paslon Luthfi-Yasin dan Raffi Ahmad, Jokowi Ngaku Tak Diundang Kampanye di Solo

Saya mengawali profesi sebagai seorang profesional, pegawai negeri. Tamat dari STAN tahun ‘84 sebagai Auditor. Tahun 1990 menyelesaikan sarjana kemudian jadi dosen dan mendapatkan beasiswa untuk sekolah lagi. Sesudah dari kampus banyak opsi yang bisa dikerjakan. Mengurus profesi, menjadi akuntan. Kemudian masuk ke BUMN ditugasi membenahi bisnis TNI.

Lalu, apa yang membuat banting setir terjun ke politik?

Di kabinet saya belajar, kalau kita punya niat yang tulus, punya fikiran yang lurus  ingin berbenah bagi kepentingan masyarakat luas, politik adalah jalan yang paling efektif. Itu yang mendorong saya mempertimbangkan pada waktu terjadi dialog kemungkinan untuk masuk ke Jawa Tengah. Ketika beberapa partai politik mendorong, dan juga sejumlah rekan-rekan aktivis juga mendorong, dan saya mencoba menjalaninya, dan sampailah pada titik ini. 

Maju di Pilkada Jateng, inisiatif pribadi atau karena diminta sama orang?

Pertama-tama didorong, diminta oleh teman-teman. Tapi rasanya itu kan tidak fair kalau dari diri sendiri juga tidak ada keinginan. Jadi harus ada kesamaan sehingga kita juga ada tanggung jawab.

Artinya?

Ada niat juga. Kemudian yang punya partai atau pimpinan partai memberikan kesempatan. Jadi ada proses dialog dua arah, dan akhirnya kita bersepakat.

Partai apa yang mendorong?

Semua berawal ketika saya berinteraksi dengan tiga partai, Gerindra, PKS, dan PAN, karena posisi saya sebagai Ketua Tim Sinkronisasi Pak Anies dan Pak Sandi. Dengan mereka saya berinteraksi kemudian kita bersepakat.

Jadi keinginan terjun ke politik sesudah Pilkada Jakarta atau sebelumnya?

Politik sebagai sebuah aktivitas sudah lama ya saya geluti. Cuma memang ada hal baru ketika saya mencoba masuk atau terlibat dalam politik praktis, berkompetisi secara terbuka.

Saya ingin mengembalikan politik pada harkatnya. Politik sebagai perjuangan, politik untuk melayani masyarakat, dan politik sebagai jalan menuju keadilan sosial.

Pengukuhan dan konsolidasi Tim Pemenangan Sudirman Said-Ida Fauziyah.

Mengapa memilih Jawa Tengah?

Sederhana, karena saya orang Jawa Tengah. Saya lahir di Jawa Tengah tepatnya di Brebes. Saya juga besar di Jawa Tengah.

Selain itu?

Menurut saya di Jawa Tengah tidak ada yang masuk (calon pemimpin yang pas). Dari seluruh tokoh-tokoh yang kemarin sempat dibicarakan, kok ujungnya sepi. Kebetulan juga partai membutuhkan.

Apa bekal Anda maju di Pilkada Jawa Tengah?

Meskipun saya tidak pernah berkarir atau beraktivitas lama di Jawa Tengah, tapi rasanya sebagai warga Jawa Tengah saya cukup mengikuti perkembangan di sini. Bagaimana tantangannya, bagaimana peluang perbaikannya. Dan kebetulan saya kira-kira punya 7 kali penugasan yang semuanya temanya ‘Beberes’ dari mulai urus Pindad, ke Aceh ketika Tsunami, bicara korupsi di KPK, bicara minyak di Pertamina, dan lain sebagainya. Siapa tahu bekal itu bisa kita bawa ke Jawa Tengah.

Artinya Anda ingin membenahi Jawa Tengah?

Insya Allah

Lawan Anda adalah petahana. Bagaimana Anda bisa bersaing dengannya?

Saya tahu di mana-mana incumbent atau petahana itu ratingnya selalu lebih tinggi. Akan tetapi di mana-mana banyak juga terjadi perubahan. Apalagi kalau satu institusi dipimpin oleh orang yang sama secara terus menerus, biasanya di situ masyarakat menginginkan penyegaran. Dan saya percaya, dari hasil keliling Jawa Tengah, suasana menginginkan perubahan itu muncul di masyarakat. Itu menjadi peluang bagi saya untuk masuk dan memberikan tawaran yang lebih baik kepada masyarakat.

Apa yang membuat Anda yakin masyarakat Jawa Tengah butuh figur baru?

Saya sudah berbicara dengan banyak kalangan. Akademisi, tokoh-tokoh di kampus, pengusaha lokal, para ulama, tokoh-tokoh masyarakat. Banyak orang menilai progres pembangunan di Jawa Tengah lima tahun terakhir ini tidak terlalu banyak. 

Contohnya?

Kemampuan untuk menyelesaikan masalah kemiskinan semakin hari semakin lemah. Jadi tahun-tahun awal pemerintahan ini katanya satu persen pertahun, tapi sekarang ini makin kecil yaitu hanya 0,2 persen. Angka pengangguran masih tinggi. Kita masih punya 15 kabupaten/kota yang disebut sebagai wilayah merah yang artinya angka kemiskinannya di atas 20 persen.

Apa dampaknya?

Implikasinya luas sekali. Soal pengangguran, soal petani yang semakin tertekan karena lahannya semakin sempit dan harga komoditi tiap panen itu makin tidak bisa dikontrol. Mereka sangat menderita karena tidak mendapatkan nilai tambah yang cukup.

Selain itu?

Soal pelayanan publik, seperti kesehatan, pendidikan itu masih banyak yang harus kita perbaiki. Dan juga soal pemerataan infrastruktur. Orang selalu banyak mengatakan, di selatan itu cukup ketinggalan untuk pembangunan infrastrukturnya, sementara di utara cukup masif. Belum lagi yang nyambung antara selatan dan utara. Jadi ini semua menurut saya tantangan sekaligus peluang untuk menawarkan perbaikan.

Anda yakin bisa menyelesaikan beragam masalah itu?

Kalau ada masalah yang stag terus menerus seperti tak terurai, yang bisa mengurai itu seperti polisi lalu lintas. Orang yang datang dari luar yang bisa mengurai berbagai persoalan itu. Saya ingin menggunakan kesempatan itu. Karena kebiasaan saya sebagai tukang beberes. Masuk ke suatu institusi, melihat persoalan, kemudian mendefinisikan apa saja permasalahannya lalu dicari solusinya.

Calon gubernur Jateng nomor urut 2 Sudirman Said berdialog dengan pedagang.

Apakah Anda akan menggunakan strategi yang sama dengan Anies-Sandi di Pilkada Jakarta?  

Jawa Tengah berbeda dengan DKI Jakarta. Luasnya berbeda, kompleksitasnya berbeda, masyarakatnya juga berbeda. Jadi konfrontasi mungkin tidak cukup laku di Jawa Tengah. Ada kelompok minoritas, kelompok mayoritas tentu harus kita hargai semuanya. Saya datang ke Jawa Tengah untuk maju dalam kontestasi ini karena ingin mendorong persatuan, merajut kemajemukan. Karena saya yakin, institusi yang besar itu adalah institusi yang dipimpin oleh orang yang memiliki kemampuan merajut berbagai warna, bukan malah mempertentangkannya. Jadi saya tidak percaya pada pendekatan permusuhan. Tapi saya percaya pada pendekatan yang lebih kepada sharing, berbagi cerita, berbagi pengalaman.

PKB awalnya mendorong Marwan Jafar. Tapi kenapa Ida Fauziah yang maju?

Kalau bahasa teman-teman itu lah politik. Saya dekat sekali dengan Pak Marwan. Dari awal waktu kita sama-sama jalan juga kita sering ngobrol. Saya di awal bilang ke beliau, mas kita jalan bareng saja, nanti kita lihat siapa yang diminta sama masyarakat siapa yang akan maju. 

Terus terang masuknya PKB ini sesuatu yang sejak dulu kita harapkan. Tapi kita tahu PKB kan ada di pemerintahan. Tapi ternyata takdir berbicara lain, PKB bergabung dan yang ditunjuk oleh PKB adalah seorang politisi senior yang matang, dan kebetulan perempuan. Mas Marwan tidak ada masalah. Pada saat PKB memutuskan Mba Ida Mas Marwan ikut terlibat.

Mba Ida itu pilihan PKB atau usulan Anda? 

Pilihan PKB lah. Itu kan di hari-hari terakhir. Konon ada ungkapan Mba Ida di dalam, kalau dengan Pak Dirman saya bersedia, kalau sama yang lain saya belum tentu bersedia. 

Bagaimana Anda menilai kapasitas Mbak Ida?

Mbak Ida itu Ketua Fatayat NU dua periode berturut-turut. Anggota DPR RI sejak tahun ‘99. Beliau juga Ketua Fraksi di DPR, Ketua Kaukus Perempuan. Pasti orang ini matang. Sejak pertemuan pertama sebelum terakhir pengumuman itu saya langsung cocok dengan Mba Ida.

Langsung ketemu chemistrynya?

Iya, langsung ketemu chemistrynya. Walaupun tidak selalu bersama-sama, tapi kalau ketemu di forum dengan beliau yaa langsung nyambung aja. Dan itu suatu pertanda bahwa beliau adalah satu jalan dan bisa kompak dengan saya.

Selain silaturahmi, apa saja yang sudah Anda lakukan?

Tantangan terbesar adalah masyarakat bawah yang belum tahu. Saya menggunakan banyak waktu saya untuk ketemu para tokoh agar para tokoh itu bisa mengendorse saya. Kedua saya mulai bertemu langsung dengan masyarakat bawah. 

Selain itu?

Saya mesti mendengar banyak stakeholders, banyak kepentingan, terutama tentang masalah-masalah Jawa Tengah. Ketemu ahli pertanian, ketemu ahli infrastruktur, ahli ekonomi, ahli perhutanan, dan lain sebagainya. 

Untuk apa?

Guna menyerap masukan mereka dan akhirnya menjadi satu visi misi atau platform bagaimana membangun Jawa Tengah ke depan. 

Bagaimana interaksi dengan partai pengusung?

Kita coba merangkai koalisi di berbagai daerah di Jawa Tengah. Alhamdulillah semuanya berjalan dengan lancar. Di samping itu saya juga harus menjaga hubungan dengan teman-teman di Jakarta. Karena biar bagaimana pun mereka punya peran juga. 

Program apa saja yang Anda tawarkan? 

Kita terus membangun, menajamkan dalam soal pendidikan. Itu yang paling banyak kita mendapatkan masukan, agar bagaimana pendidikan agama informal itu dikuatkan. Madrasah Diniyah itu banyak yang tidak mendapatkan support dari pemerintah. Apalagi pendidikan informal seperti pengajian sore. Kemudian, kesejahteraan untuk para ustaz atau guru agama itu juga termasuk yang ketinggalan. Kedua dari segi konten pendidikan. Dua hal yang mereka harapkan betul. Satu, soal akhlak, soal pendidikan karakter. Kedua, keterampilan vokasi, terutama menghadapi ekonomi baru yang serba otomatis, serba digital.

Selain itu?

Soal pertanian. Nilai tambah dari hasil pertanian semakin turun, lahan makin sempit, petani makin susah, untuk mendapatkan pupuk saja juga tidak selalu gampang. Ini juga yang menjadi perhatian saya. Ketiga masalah lapangan kerja dan pengangguran yang masih cukup besar. 

Anda sering menyampaikan ingin jadi gubernurnya orang miskin. Kenapa?

Karena kalau kita dandani dari yang bawah, maka orang-orang yang atas itu pasti akan terangkat. 

Dengan beragam persoalan itu, apa solusi yang Anda tawarkan?

Saya punya beberapa tawaran. Misalnya untuk mendorong pembangunan di 7809 desa, dan 750 kelurahan itu kita akan bikin akademi perangkat desa. 

Untuk apa?

Untuk menjadi camat, kapolsek, danramil dan lain sebagainya itu ada sekolahnya. Tapi kalau mau menjadi kepala desa atau perangkat desa tidak ada sekolahnya. Padahal, perangkat desa adalah garda terdepan dalam pembangunan bangsa.

Teknisnya seperti apa?

Kita masukkan mereka dalam diklat beberapa bulan. Kita berikan mereka pemahaman undang-undang desa, undang-undang pemerintahan. Kita bekali dengan manajemen proyek, manajemen keuangan, pengetahuan tentang hukum dan yang lain. Sehingga ketika mereka menerima bantuan dana desa yang semakin lama semakin tinggi, mereka bisa lebih nyaman. 

Selain itu?

Kita ingin menghidupkan lagi Gerakan Lumbung Desa. Gerakan lumbung desa itu adalah bagaimana setiap desa bisa memenuhi kebutuhan pangan. Karena sebenarnya banyak sekali tempat-tempat yang berpotensi untuk menjadi kantong-kantong pangan, tetapi kemampuan mengelola pascapanen tidak ada. Bahkan tempat menjemur saja tidak ada, apalagi mesin giling. Nah, kalau itu kita ratakan di seluruh desa, maka desa akan bisa mandiri secara pangan, dan desa dapat menjadi penopang kebutuhan provinsi. 

Saya juga akan membuat sekolah vokasi bagi anak-anak muda guna menyongsong ekonomi baru. Saya bayangkan kalau di tiap kecamatan itu bisa menghasilkan 100 unit usaha baru dalam lima tahun. Jadi nanti saya akan sebut itu apa namanya itu program SKS (Satu Kecamatan Seratus unit usaha). 

Seperti program Oke Oce?

Iya mirip ok oce lah. Yang lain-lain tentu saya ingin fokus di infrastruktur bagian selatan. Tentu saja ada norma-norma RPJMD yang mesti kita kerjakan, bagaimana birokrasi itu lebih melayani, mendapatkan trust dari masyarakat, dan ujungnya adalah kepemimpinan yang bersih. Kalau pemimpinnya lurus, bersih, dan jujur, maka semua birokrasi akan ikut bersih. 

Sandiaga di  di Sekretariat Bersama Relawan Sudirman Said - Ida Fauziyah.

Guna mencegah korupsi, apa yang akan Anda lakukan?

Korupsi ini kan bisa didekati dengan tiga sistem atau cara. Pertama mengubah sistem atau cara kerja. Kedua mengubah orang dengan cara membangun SDM dan lain sebagainya. Ketiga membangun budaya. Masyarakat kita ini kan melihat pemimpinnya, patron. Jadi kalau gubernurnya itu menunjukkan keteladanan, maka di bawah juga akan mikir-mikir untuk korupsi. 

Cara yang lain?

Kita akan melakukan pendekatan pada partai. Karena entertainment atau meladeni kepentingan partai yang merusak sistem itu mau tidak mau dilakukan oleh eksekutif. Saya ingin duduk bareng dengan partai-partai, nanti kita tanyakan, berapa sih kebutuhan kalian dalam setahun atau lima tahun begitu. Kita cari cara yang halal atau yang baik. Karena begitu kebutuhan partai dicukupi maka sebetulnya dorongan untuk menjebol APBD, dorongan untuk mengurangi proyek itu akan turun.

Dan menerapkan reward and punishment. Bagi yang bersih, yang taat, yang berprestasi kita kasih penghargaan. Bagi yang tidak ya dikasih sanksi. 

Di daerah sering saling sandera antara eksekutif dan legislatif. Bagaimana Anda menghadapi ini?

Saling sandera itu kan terjadi bagi yang mencuri. Kalau kita tidak mencuri ya tidak perlu takut disandera. 

Apa yang akan Anda lakukan untuk mengatasi polusi atau kerusakan alam di Jawa Tengah?

Regulasi harus dibenahi. Saya mendengar bahwa sudah lama RTRW kita tidak ditinjau.

Warga Pati dan Rembang menolak pembangunan pabrik semen. Bagaimana tanggapan Anda?

Saya mendengar banyak versi tentang itu. Masyarakat Rembang bicara lain, masyarakat Pati bicara lain. Bahkan orang-orang Rembang mengatakan, yang ribut ini bukan orang-orang Rembang, tetapi orang-orang dari luar daerah. Saya tidak ingin membuat adjustment apapun meskipun saya tahu itu. Tapi pengalaman saya biasanya policy atau kebijakan pemerintah yang menimbulkan persoalan di belakang biasanya diambilnya dengan cara tidak transparan. 

Apa solusi yang akan Anda tawarkan terkait masalah itu?

Saya akan telusuri, sebetulnya dulu itu apa yang terjadi? Kalau orang menolak pembangunan itu rasanya tidak mungkin. Industri semen itu kan runtutannya banyak sekali, ada bisnis, industri dan yang lain. Jadi agak tidak masuk akal masyarakat menolak kalau tidak ada sesuatu. Jadi semua harus kita dengar dengan baik.  

Soal PLTU Batang?

PLTU Batang memang sempat tertunda tiga tahun. Sempat ada 1-2 persen lahan yang dipermasalahkan. Menurut saya itu treatmentnya yang salah. Jadi yang seharusnya sederhana, menjadi rumit. Salah satu tugas saya di Kementerian ESDM waktu itu saya menangani itu. Dan waktu itu kuncinya ya dialog, kita temui lurahnya, kita temui warganya, kita dengar apa yang mereka inginkan. Dan mereka tidak minta yang aneh-aneh kok.

Sudirman Said dan Ida Fauziah

Apa harapan?

Pertama, saya meyakini ini kompetisi bukan permusuhan. Lebih tepatnya lagi kompetisi berbuat baik atau fastabiqul khairat. Saya bersama Mba Ida ini kepingin betul mendorong, merajut persatuan dan kesatuan. Dan saya yakin Mas Ganjar dan Gus Yasin juga menginginkan hal yang sama. Jadi mari kita membuat suasana adem di Pilgub Jateng ini. 

Jawa Tengah ini sering dibilang sebagai tulang punggung republik. 32 pahlawan nasional dari 150 pahlawan itu dari Jawa Tengah. Dan sumber-sumber bersejarah, budaya besar juga ada di Jawa Tengah. Alam geografis segala macamnya di Jawa Tengah juga sangat luar biasa. Saya yakin Jawa Tengah bisa lebih maju dari provinsi-provinsi yang lain. Kalau nanti dipercaya oleh masyarakat, saya akan membuat lompatan supaya Jateng itu betul-betul sejajar atau lebih baik dari provinsi lain. 

Anda yakin akan memenangi pertarungan ini?

Harus yakin, harus yakin. Dan ini kan kita bicara kebaikan. Saya pernah menulis ‘kalau yang kita perjuangkan adalah nilai-nilai yang prinsip, maka tidak akan ada kata kalah. Karena ide-ide itu dapat diperjuangkan oleh siapa saja. Tapi, kalau yang kita perjuangkan adalah jabatan atau kedudukan memang kadang kala ada yang namanya kalah dan menang’.

Saya sekarang ini sedang mendorong supaya semuanya memahami bahwa yang kita perjuangkan adalah nilai-nilai atau prinsip untuk memajukan Jawa Tengah.  

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya