Twitter, Media Sosial Penyebar Hoax Terbesar
- ANTARA FOTO/Yudhi Mahatma
VIVA – Twitter dituding sebagai media sosial penyebar berita palsu atau hoax terbesar. Penyebab banyaknya hoax ini karena maraknya pengguna memakai akun palsu atau bot.
Sebuah studi yang dilakukan periset dari Lab Media Institute of Technology Massachusetts, Amerika Serikat, yang meneliti sekitar 126 ribu cerita yang dimiliki oleh sekitar 3 juta pengguna Twitter sejak 2016-2017.
Mereka menemukan bahwa hoax mendominasi media sosial tersebut sekitar 70 persen. Parahnya, akun palsu ini di-retweet lebih banyak pengguna ketimbang berita aslinya.
Studi yang dipublikasikan di Science Journal ini merupakan salah satu upaya paling komprehensif untuk menilai dinamika di balik bagaimana hoax beredar di media sosial.
Twitter bersama raksasa media sosial lainnya seperti Facebook telah mendapat sorotan dari Senat AS dan sejumlah negara di dunia karena hanya bertindak 'seenaknya' dalam upaya mencegah penyebaran konten palsu atau negatif.
Penelitian ini ditinjau oleh enam organisasi pengecekan fakta independen, seperti Snopes dan Politifact, untuk menilai kebenaran mereka.
Meski demikian, para periset Media Institute of Technology Massachusetts ini menemukan bahwa bot milik Twitter tersebut bekerja karena ada yang mengendalikan, yaitu manusia atau admin.
Artinya, cepat atau tidaknya hoax dan berita asli tersebar merupakan tanggung jawab admin. Peneliti Soroush Vosoughi mengatakan bahwa kecenderungan orang me-retweet hoax karena beritanya yang sensasional dan menarik perhatian netizen.
"Salah satu alasan mengapa hoax dipilih adalah karena hal itu bertentangan dengan harapan masyarakat dunia. Jika seseorang membuat rumor yang bertentangan dengan apa yang mereka harapkan, kemungkinan besar Anda akan meneruskannya (menyebarkan di Twitter)," ungkapnya, seperti dikutip Reuters, Jumat, 9 Maret 2018.
Menanggapi tudingan ini, CEO Twitter Jack Dorsey berjanji untuk meningkatkan kesehatan, keterbukaan, dan kesopanan percakapan kolektif, dan untuk menjaga akuntabilitas publik.
Ia juga akan membuat semua pengguna Twitter untuk memiliki centang biru atau terverifikasi. Di mana sebelumnya hanya orang terkenal seperti selebriti, pejabat, hingga jurnalis yang bisa terverifikasi.
"Keinginan kami agar semua bisa terverifikasi. Dan untuk melakukannya Twitter tidak menghalanginya. Orang bisa memverifikasi lebih banyak fakta tentang dirinya dan kami tidak punya hak untuk menilai atau menyiratkan suka atau tidaknya," kata dia, dari situs The Verge.
Namun, Dorsey tidak mengatakan lebih lanjut tentang bagaimana proses verifikasi tersebut. Contoh yang sudah melakukan hal yang sama adalah Airbnb. Penggguna diminta memasukkan profile Facebook nomor telepon, alamat email, atau foto KTP.
Menurutnya, identitas menjadi hal penting bagi Twitter, termasuk juga anonimitas. Ia menginginkan platformnya menjadi tempat yang aman untuk penggunanya bisa berkomentar apapun tanpa memberikan infomasi tentang identitas pengguna.
"Masalah utamanya adalah kami menggunakannya sebagai identitas. Pengguna berpikir sebagai kredibilitas. Twitter berdiri di belakang mereka dan apa yang mereka katakan sangat bagus dan asli. Bukan hal itu yang kami maksud," paparnya.