Februari 2018, Petani dan Peternak Merugi
- ANTARA FOTO/Aji Styawan
VIVA – Badan Pusat Statistik mencatat Nilai Tukar petani (NTP) turun sebesar 0,57 persen dibanding bulan sebelumnya. Di mana pada Januari 2018 sebesar 102,92 dan Februari 2018 sebesar 102,33.
Kepala Badan Pusat Statistik, Suhariyanto, menerangkan, penurunan ini disebabkan indeks harga yang diterima petani (It) atau pendapatan, turun sebesar 0,20 persen. Sedangkan indeks yang dibayar petani (Ib) atau modal yang harus dikeluarkan naik sebesar 0,38 persen.
"Penurunan NTP Februari 2018 disebabkan indeks harga hasil produksi pertanian mengalami penurunan sedangkan indeks harga barang dan jasa yang dikonsumsi oleh rumah tangga maupun untuk keperluan produksi pertanian mengalami kenaikan," kata Suhariyanto di kantornya, 1 Maret 2018.
Suhariyanto memaparkan, penurunan NTP dipengaruhi oleh turunnya NTP pada subsektor tanaman pangan sebesar 1,22 persen, subsektor hortikultura sebesar 0,69 persen, dan sub sektor peternakan sebesar 0,46 persen.
Menururnya, menurunnya It sub sektor petani tanaman pangan disebabkan adanya penurunan harga kelompok padi sebesar 0,79 persen dan kelompok palawija (khusunya komoditas jagung) turun sebesar 0,66 persen.
Adapun untuk petani hortikultura mengalami penurunan It disebabkan turunnya harga berbagai komoditas di kelompok buah-buahan (khususnya jeruk dan durian) yang turun rata-rata sebesar 0,44 persen.
Sedangkan subsektor petani peternakan mengalami penurunan It disebabkan turunnya indeks kelompok ternak besar sebesar 0,41 persen dan kelompok ternak kecil sebesar 0,63 persen.
"Komoditas yang menyebabkan penurunan indeks terbesar pada subsektor peternakan yaitu sapi potong dan kambing," ujarnya menambahkan.
Peternak sapi.
Dia juga menerangkan, jika ditinjau dari wilayah provinsi, penurunan NTP terbesar pada Februari 2018 terjadi di Nusa Tenggara Barat sebesar 1,66 persen sedangkan kenaikan NTP tertinggi terjadi di Provinsi Riau sebesar 1,16 persen.
"Penurunan terbesar NTP di NTB disebabkam penurunan subsektor petani tanaman pangan khusunya komoditas jagung sebesar 5,46 persen, sedangkan kenaikan NTP di Riau dikarenakan naiknya subsektor petani tanaman lerkebunan rakyat khususnya kelapa sawit sebesar 4,69 persen," ujarnya.