Ekonomi Kreatif Bisa Jadi Angin Segar Perdagangan RI
- Dusep Malik/VIVA.co.id
VIVA – Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suhariyanto mengatakan, produk-produk ekonomi kreatif dapat menggenjot nilai ekspor Indonesia di masa depan.
Sebab menurutnya, saat ini produk-produk sektor tersebut sangat diminati oleh pasar-pasar global khususnya yang non-tradisional.
"Intinya kita harus mampu eksplorasi kebutuhan pasar non-tradisional, apa saja. Kalau itu di selesaikan dengan kemasan yang bagus dan promosi yang bagus, yakinlah produk kita bisa diterima," ujar Suhariyanto di Jakarta, Kamis 15 Februari 2018.
Menurut dia, pemerintah saat ini perlu melakukan diverisifikasi produk ekspor dan tidak lagi bertumpu pada produk lama seperti komoditas. Sebab, harganya cenderung tidak stabil dan tidak punya nilai tambah. "Kalau itu bisa dilakukan bisa membuka lapangan kerja, bisa meningkatkan ekspor kita," ujarnya menambahkan.
Dia menjelaskan, penurunan nilai ekspor pada Januari 2018 yang sebesar US$14,46 miliar atau turun 2,81 persen dibandingkan Desember 2017, dipengaruhi penurunan ekspor barang komoditas seperti pertanian dan pertambangan. Hal itu merupakan sinyal yang kuat untuk pemerintah mengubah produk ekspor yang diprioritaskan.
"Ekspor Januari 2018 turun 2,81 persen dibandingkan Desember 2017 disebabkan ekspor pertanian dan tambang turun (dibandingkan Desember 2017). Tapi, industri pengolahan kita naik, saya pikir wajar komoditas alami penurunan."
BPS mencatat, nilai ekspor pertanian pada Januari 2018 sebesar US$260 juta, turun 6,76 persen dibandingkan Desember 2017. Sementara, dibandingkan Januari 2017 juga turun 8,27 persen.
Untuk ekspor pertambangan pada Januari 2018 sebesar US$2,35 miliar, turun 12,20 persen dibandingkan Desember 2017. Sementara dibandingkan Januari 2017 naik 19,64 persen. Sedangkan, industri pengolahan tercatat sebesar US$10,56 miliar, naik 1,46 persen dibandingkan Desember 2017. Sementara dibandingkan Januari 2017 juga naik 6,85 persen. (mus)