Cegah Investasi Bodong, Ini Tipsnya

Ilustrasi.
Sumber :
  • VIVA.co.id/Muhamad Solihin

VIVA – Jumlah investor pasar modal di Indonesia masih terbilang minim. Per Desember 2017, investor pasar modal Indonesia baru 1,11 juta. Padahal, berinvestasi di pasar modal di negara maju, merupakan pilihan utama, karena memiliki keuntungan cukup tinggi di banding investasi lain.

Penjelasan OIKN soal Heboh Aguan Investasi di IKN Demi Selamatkan Jokowi

Kendati demikian, masyarakat tetap diminta untuk waspada dengan berbagai tawaran investasi bodong.

Nah, supaya tidak tergiur tawaran investasi bodong, Direktur Reliance Sekuritas Indonesia, Sriwidjaja Rauf menyarankan, agar pahami dan pelajari dulu produk investasi yang akan dibeli. Pastikan juga, apakah produk tersebut mempunyai legalitas yang disetujui oleh pihak otoritas baik Otoritas Jasa Keuangan (OJK) maupun Bursa Efek Indonesia.

Kelas Menengah Wajib Tahu! Ini 6 Kebiasaan Orang Super Tajir Kelola Keuanganya

Kemudian, cari informasi secara lengkap, perusahaan yang menjual produk investasi tersebut. Jangan sungkan, untuk tanyakan langsung ke OJK maupun BEI. Tak kalah penting, jangan percaya dengan penawaran return yang tinggi.

"Setiap investasi selalu ada risiko. Semakin tinggi investasi, semakin tinggi pula risikonya. Di pasar modal, semua sales yang ditugaskan menjual produk investasi harus mempunyai izin dari OJK. Jadi, calon investor harus berani menanyakan legalitas izin tersebut," tegas Sriwidjaja, seperti dikutip dari keterangannya, Rabu 14 Februari 2018.

Dukung Kesejahteraan Buruh, Anindya Bakrie: Kenaikan Upah Seiring Peningkatan Produktivitas

Tak kalah penting, lanjutnya, baca juga kontrak pembukaan rekening dengan baik, agar tahu hak dan kewajiban sebagai investor. Di sisi lain, kewajiban perusahaan harus menjelaskan dengan benar apapun produk investasi tersebut. Sementara itu, jika terdeteksi ada unsur penipuan yang dilakukan oleh sales, dapat langsung mengadu ke Perusahaan Efek.

“Tentu saja, posisikan sebagai investor cerdas. Selalu pelajari dan pahami produk (saham) yang akan dibeli secara fundamental maupun teknikal,” ujarnya.

Pelajari juga karakter diri sendiri. Apakah masuk tipe investor moderat, konservatif atau spekulatif.  Kemudian, pilihan investasi yang diambil apakah untuk jangka pangjang atau jangka pendek.

Terakhir, jangan simpan telur dalam satu kerajang. Artinya, dalam berinvestasi, investor harus menyebarkan investasi ke dalam beberapa produk dan portofolio, agar dapat meminimalkan risiko. Pilih mana saham untuk jangka panjang. Mana untuk trading.

"Jangan pernah malu untuk belajar. Cari informasi dari riset. Setiap perusahaan efek yang baik, pasti ada tim riset yang dapat membantu investor mengambil keputusan," tegas Sriwidjaja.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya