Cerita Jokowi Ogah Duduk di Pojokan Saat Pertemuan Dunia
- VIVA.co.id/Fajar GM
VIVA – Presiden Joko Widodo mengaku enggan untuk duduk di pojok atau luput dari sasaran perhatian utama di setiap perhelatan internasional yang juga dihadiri pemimpin negara-negara besar.
Jokowi mengatakan, hal itu dikarenakan ia mewakili Indonesia yang saat ini sudah masuk dalam klasifikasi negara besar yang tak kalah maju dengan negara lain seperti Amerika Serikat (AS) dan negara-negara Eropa.
Â
Jokowi ingin senantiasa terlihat sejajar dengan pemimpin negara-negara itu, utamanya dalam sesi yang mendapat sorotan utama media internasional seperti makan malam dan foto bersama.
"Dalam summit, konferensi, saya selalu minta pada Bu Menlu, pada Dubes (di negara) yang kita mau (menghadiri) konferensi, nanti makan malam saya minta duduknya di sebelah tuan rumah. Kita ini negara besar, jangan di pojokan, enggak mau saya," ujar Jokowi, di Kementerian Luar Negeri, Jakarta, Senin, 12 Februari 2018.
Mantan Gubernur DKI ini mengklaim, hal itu tidak dilakukan demi citranya di dunia internasional, melainkan demi bangsa Indonesia.
Menurut Jokowi, sejak 2014, Indonesia sudah tergabung dalam G20, atau forum dunia yang beranggotakan negara-negara dengan pertumbuhan ekonomi terdepan. Prestasi itu perlu dicerminkan dengan sikap dominan Indonesia juga dalam kancah diplomasi internasional.
"Kita ini negara besar. Ekonomi kita juga pertumbuhannya baik. Mungkin juga di G20 (pertumbuhan ekonomi Indonesia) nomor tiga atau nomor empat. PDB, GDP kita juga besar. Kalau kita masih merasa inferior, bagaimana kita mau gagah," ujarnya menegaskan.
Â
Jokowi menambahkan, Indonesia harus menunjukkan posisinya sebagai negara besar dengan mengurangi permohonan pemberian bantuan ke dunia internasional. Ia ingin Indonesia justru menunjukkan kedigdayaannya dengan menjadi negara donor bagi negara lain yang tengah mengalami kesulitan di dunia saat ini.
"Jadi sekali lagi, untuk menunjukkan itu kita harus merasa besar. Kok masih merasa kecil? Memerlukan bantuan-bantuan. Ndak saya bilang. Kalau perlu kita bantu negara-negara yang memerlukan bantuan. Kita bantu. Kita datang. Kemarin negara-negara di Pasifik juga kita bantu." (mus)