5 Tips Penting Bitcoin Anda Tak Dibobol Hacker
- REUTERS/Dado Ruvic
VIVA – Pertumbuhan mata uang virtual, Bitcoin, yang makin berkembang dan diburu banyak orang di dunia beberapa tahun terakhir, dipandang menarik para penjahat siber atau hacker. Di balik potensinya yang menggiurkan, Bitcoin juga menyimpan bahaya besar di belakangnya.
Beberapa kali hacker berhasil membobol bank uang virtual. Seperti pada September 2012, pertukaran dan penjualan mata uang virtual, Bitfloor, berhasil diserang hacker. Mereka berhasil mencuri Bitcoin mencapai US$250 ribu atau sekitar Rp3,4 miliar hingga Bitfloor terpaksa tutup pada tahun yang sama.
Kasus pembobolan mata uang virtual kembali terjadi. Dua pekan lalu, pertukaran mata uang virtual, Coincheck di Jepang dibobol 53 miliar yen atau sekitar Rp6,5 triliun.
Laboratorium perusahaan keamanan Kaspersky menyatakan, serangan malware mengintai transaksi uang Bitcoin tersebut. Malware yang disebarkan hacker itu mampu meretas Bitcoin wallet dan mencurinya menggunakan botnet serta virus trojan.
Selain itu, botnet bisa masuk ke komputer pengguna Bitcoin dan menggunakannya seakan si korban sedang bertransaksi Bitcoin.
Kasperky Lab merekomendasikan, pertama, agar pengguna Bitcoin tidak menyimpan semua mata uang virtual di bank online atau layanan bursa mata uang virtual. Tempat-tempat tersebut walaupun memiliki reputasi dan aman kemungkinan untuk diretas masih sangat besar.
Penting juga bagi pemilik Bitcoin memperhatikan kedua tempat tersebut tidak bisa menjamin akan bisa mengembalikan uang pelanggan yang hilang tercuri. Selain itu, Kaspersky menyarankan untuk menggunakan Bitcoin wallet secara offline. Saran kedua, pengguna sebaiknya menggunakan layanan offline.
"Gunakan layanan offline Bitcoin wallet seperti Electrum atau Armory yang memungkinkan Anda menyimpan mata uang virtual Anda dalam brankas terenkripsi dengan kuat pada hard drive milik Anda sendiri. Ketiga, gunakan juga password yang kuat untuk memberikan perlindungan ganda," jelas Kasperksy Lab dalam rilisnya, Rabu 7 Februari 2018.
Selanjutnya, Kaspersky Lab menuturkan, sandi pada Bitcoin wallet sebaiknya dibuat dengan software open-source yang bisa menghasilkan kata kunci. Selain itu, saran kelima yakni pisahkan tempat menyimpan offline wallet dengan komputer tempat bertransaksi yang terhubung internet.
Pengguna bisa menyimpannya pada hard drive atau komputer yang tidak terhubung internet.