Co-location Bantu Perusahaan Susah Bangun Data Center

President Director Teradata, Erwin Sukiato (kiri)
Sumber :
  • VIVA/Novina Putri Bestari

VIVA – Aturan untuk membangun pusat data atau data center di Indonesia sudah keluar enam tahun lalu melalui Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Sistem Transaksi Elektronik. Aturan ini mewajibkan semua perusahaan yang melibatkan transaksi elektronik harus menanamkan data center mereka di Indonesia.

Delta Electronics Siap Hadirkan Inovasi Data Center dan Energi Terbarukan di Indonesia

Namun, enam tahun berjalan, belum semua perusahaan mampu membangun pusat datanya masing-masing. Beberapa perusahaan lebih memilih menyewa data center yang telah ada di Indonesia atau disebut co-location. Pola ini sudah menjadi jamak dilakukan perusahaan. 

"Co-location itu adalah perusahaan-perusahaan yang enggak punya data center kemudian sewa tempat di data center," kata Presiden Direktur Teradata, Erwin Sukiato kepada VIVA, Rabu 7 Februari 2018.

Telkom Perluas Layanan Data Center

Ia menuturkan, dalam menjalankan bisnis sewa data center, Teradata diminta kliennya untuk mengelola data perusahaan tersebut di lokasi data center yang dimiliki Teradata. Erwin menuturkan, perusahaannya akan memberikan arahan kepada para pelanggan yang belum memiliki data center untuk melakukan co-location tersebut. 

"Misalnya saya ke Teradata 'saya punya masalah ini tapi saya enggak punya data center', Teradata bisa kasih nasihat taruh di co-location salah satu data center," tuturnya.

Budi Arie 'Membaca' Sektor Digital Indonesia 10 Tahun Lagi

Ilustrasi data center

Minim ilmuwan data

Semakin banyaknya pihak yang membutuhkan jasa pengolahan data, semakin banyak pula membutuhkan seorang ilmuwan data. Tapi, di Indonesia, ilmuwan data terbilang masih sedikit. 

"Jadi pengolahan data cukup besar. Permintaannya kami tinggi, tapi pasokannya rendah," kata Erwin.

Menurutnya, sumber daya untuk menjadi ilmuwan data masih sedikit. Ia mencontohkan, kampus harusnya bisa menghasilkan ilmuwan data lebih banyak lagi.

Kebutuhan tersebut seharusnya bisa segera terpenuhi. Menurut Erwin, saat ini data merupakan ujung tombak sebuah perusahaan. Olah data juga menjadi faktor unggulan sebuah perusahaan.

"Dulu kami ngomong prediktif. Data itu ke depannya seperti apa diprediksi. Sekarang sudah masuk perspektif. Saya sakit apa nih, data-data itu nanti memberikan Anda sakit ini, Anda harus melakukan ini, gitu. Arahnya sudah lebih jauh lagi," ujarnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya