Jokowi Marah Ekspor Indonesia Kalah Jauh dari Tetangga
- VIVA.co.id/Agus Rahmat
VIVA – Presiden Joko Widodo meluapkan kekesalannya saat membuka rapat kerja Kementerian Perdagangan di Istana Negara, Jakarta, Rabu 31 Januari 2018. Hal itu lantaran nilai ekspor RI ketinggalan jauh dari negara-negara tetangga.
"Ini fakta, dan angka itu ada. Dengan Thailand, Vietnam, Malaysia. Kalau kita terus begini bisa kalah dengan Kamboja dan Laos," tegas Presiden Jokowi.
Dia mencontohkan, Thailand saja bisa menghasilkan US$231 Miliar dari ekspor. Tertinggi di Asia Tenggara. Malaysia US$184 miliar, dan Vietnam mencapai US$160 miliar. Sementara Indonesia, hanya US$145 miliar.
Jokowi juga membandingkan jumlah penduduk negara-negara tersebut. Thailand hanya 68,86 juta jiwa, Malaysia 31,19 juta jiwa, dan Vietnam 92,7 juta jiwa.
"Baru merdeka sudah bisa ekspor US$160 miliar. Ini banyak yang keliru dari rutinitas kita lakukan bertahun-tahun tanpa perubahan. Kita merasa bekerja tapi kalau dibandingkan hasilnya, ini ngomong apa adanya," jelas Jokowi.
Ia mengatakan, Thailand saja yang penduduknya seperempat dari Indonesia, hasil ekspor 1,5 kali ekspor dari kita. Malaysia juga demikian, nilai ekspornya di atas Indonesia.
"Ada yang keliru ini. Pasti ada yang keliru," katanya.
Lanjut Presiden, salah satu yang kembali disoroti adalah pasar. Di mana, tegas Jokowi, bertahun-tahun hanya mengurusi pasar yang sudah ada. Padahal, negara lain sudah mulai melakukan pelebaran sayap untuk mencari pasar baru.
"Kita terlalu monoton ngurus pasar tradisional kita. Sudah bertahun-tahun kita ditinggal negara lain yang mulai menusuk intervensi pasar baru. Kita enggak pernah tengok pasar baru," katanya.
Seperti Pakistan, lanjut Presiden, tidak pernah Indonesia menengok pasar di sana. "Dibiarkan tidak kita urus," katanya.
Begitu juga dengan Bangladesh. Padahal, kata Jokowi, jumlah penduduknya bukan angka kecil, yakni 160 juta. "Ini pasar besar meskipun kita sudah surplus tapi masih terlalu kecil angkanya," katanya.
Begitu juga dengan pasar Afrika, menurutnya juga tidak pernah diperhatikan, padahal potensinya besar. "Padahal di Bangladesh ada expo kita enggak ikut. Kesalahan seperti ini yang rutin kita ulang dan enggak diperbaiki," katanya.
Disinggung soal marahnya, Jokowi mengatakan bahwa sikapnya itu adalah hal biasa yang dilakukan untuk para bawahannya. "Ya biasa saja. Dengan semua menteri, semua staf semua dirjen biasa saja," katanya.
Menurutnya, semua harus dievaluasi apa yang sudah dilakukan, sehingga bisa lebih baik ke depannya.
"Kalau bekerja enggak dievaluasi, dikoreksi, diawasi ya gimana, yang terjadi rutinitas saja, monoton semua. Yang belum baik saya perintah untuk diperbaiki, pasti itu," katanya. (ase)