RI Tak Terpengaruh Revisi IMF
VIVAnews - Meski pertumbuhan ekonomia dunia direvisi, pemerintah bersikukuh tetap mempertahankan indikator ekonomi makro Indonesia dalam draf APBN-P 2009.
Kepala Badan Kebijakan Fiskal Anggito Abimanyu mengatakan, belum ada perubahan signifikan. Menurutnya untuk sementara, pertumbuhan ekonomi Indonesia masih dikisaran 4-5 persen.
"Meski IMF merevisi pertumbuhan ekonomi dunia dari minus 0,5 persen menjadi minus 1,3 persen, tapi indikasi penurunan tajam aktivitas ekonomi kita belum ada," katanya di Hotel Bidakara, Jakarta, Rabu 6 Mei 2009.
Anggito mengatakan, pemerintah akan tetap mempertahankan ekonomi Indonesia agar bisa tumbuh positif. "Kita yakin itu, apalagi perbaikan ekonomi dunia sudah mulai memasuki tahap awal," katanya.
Perbaikan ekonomi ini antara lain telah disampaikan oleh Menteri Keuangan Jepang dan Menteri Keuangan China ketika bertemu dengan Menteri Keuangan Indonesia di Bali. Kedua negara sudah melakukan peningkatan produksi beberapa produk untuk menambah stok.
Perbaikan terjadi seperti di elektronik, barang-barang rumah tangga, harga-harga saham seperti tambang yang harganya mulai naik. "Artinya indikator perbaikan sudah ada," katanya.
Namun untuk APBN P ini, hasil akhirnya masih menunggu indikator penerimaan yang keluar pada April. Outlook penerimaan sampai April, menggambarkan bagaimana kondisi imbas krisis global.
Sementara perubahan asumsi makro yang diusulkan antara lain mencakup pertumbuhan ekonomi menjadi 4,5 persen dari semula 6 persen, nilai tukar dikoreksi dari Rp 9.400/US$ menjadi Rp 11.000/US$, harga minyak dari US$ 80 per barel menjadi US$ 45 per barel. Sementara asumsi makro lain seperti inflasi tetap dipertahankan 6 persen, SBI 7,5 persen dan lifting 960 ribu barel per hari.