UMKM Menggunakan E-Commerce, Memang Perlu?

Ilustrasi E-commerce
Sumber :
  • vstory

VIVA – Usaha mikro, kecil, dan menengah merupakan hal yang sedang trend akhir-akhir ini, apalagi pemerintah Indonesia melalui Kementerian Koperasi dan UKM terus mendorong masyarakat untuk memulai bisnisnya sendiri.

Nampaknya masyarakat Indonesia kini bahkan sudah tidak malu karena bisnisnya terbilang “kecil”, karena keberadaan trend UMKM ini, berbeda dengan beberapa tahun silam ketika bisnis UMKM belum seberapa mainstream di telinga masyarakat.

Lalu, mengapa pemerintah sangat mendukung keberlangsungan roda UMKM ini? Tak lain tak bukan adalah sektor UMKM memiliki peran yang besar dalam menyumbang PDB Indonesia, terhitung pada tahun 2019 sektor UMKM berkontribusi akan 60?ri keseluruhan pendapatan nasional.

Tak hanya itu, UMKM juga turut serta dalam program pemberantasan pengangguran. Selain itu, pertumbuhan UMKM yang masif ini tampaknya tidak bisa dipisahkan dari ketersediaan platform E-Commerce yang semakin banyak pilihannya, lalu, seberapa signifikan peran E-Commerce ini? Apakah perlu sebuah UMKM melakukan jual-beli di E-Commerce? Mari kita bahas hal tersebut.

  • E-Commerce Tidak Membantu UMKM

Banyak yang berpendapat bahwa e-commerce sangat membantu UMKM, padahal tidak sepenuhnya benar. Di dalam e-commerce terdapat banyak pedagang dan tidak jarang barang yang mereka perdagangkan memiliki spesifikasi yang mirip atau bahkan sama. Maka dari itu, e-commerce menjadi tidak berguna bagi UMKM yang tidak memiliki unique selling point.

  • E-Commerce Membuat Kerja UMKM Menjadi Ribet

Karena kebanyakkan pembeli di platform e-commerce merupakan orang yang lokasinya jauh dari penjual, maka ini akan menjadi pekerjaan tambahan dari penjual. Bagaimana tidak, mereka harus repot-repot membungkus barang dagangan dan mengirimnya melalui jasa pengiriman barang. Jadi, penggunaan e-commerce ini tidak cocok bagi pemilik UMKM yang malas melakukan hal repot tersebut.

  • Tidak Terlalu Cocok Untuk Produk Basah

Bagi UMKM yang menjual produk basah, atau produk yang mudah kadaluarsa, nampaknya tidak semua e-commerce cocok untuk memperdagangkan produknya. Karena proses pengiriman barang yang memakan waktu yang lama, tetapi kembali lagi seberapa jauh jarak pembeli dan penjual tersebut.

Itulah hal-hal yang kurang lebih harus diperhatikan bagi UMKM sebelum akhirnya membuka toko di platform E-Commerce. Selain itu, penggunaan E-Commerce nampaknya kurang cocok bagi pemilik UMKM yang malas membuka gadget-nya untuk memeriksa pesanan dan menanggapi keluh kesah dari pelanggannya, belum lagi jika pembeli meminta return barang.

Jadi, tidak selamanya E-Commerce itu membantu UMKM dan tidak selamanya pula UMKM perlu untuk menggunakan platform tersebut, bergantung dari jenis produk yang dijual dan target pasarnya. (Bagas Aji Prasetyo, Mahasiswa Manajemen Kelas Internasional, FEB, Unsoed 2018)

Disclaimer: Artikel ini adalah kiriman dari pengguna VIVA.co.id yang diposting di kanal VStory yang berbasis user generate content (UGC). Semua isi tulisan dan konten di dalamnya sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis atau pengguna.