Puisi: Antara Metafora dan Istilah
- vstory
VIVA – Ada istilah yang menarik berkaitan dengan puisi, yaitu istilah "cah senja" di medsos, yang konotasinya adalah mereka yang muisi ( menulis puisi di medsos ) ketika menjelang senja.
Terkadang menjadi semacam joke: "wah...udah jelang senja, saatnya muisi". Terus biasanya ada yang berkomentar: "wuih...dah jadi cah senja".
Hal ini menjadi menarik ketika kita membicarakan metafora senja, karena metafora senja itu banyak sekali dalam diksi puisi dan lirik lagu. Seperti puisinya Chairil Anwar, Senja di Pelabuhan Kecil. Rendra pun dalam sajaknya :
Sajak Seorang Tua di Bawah Pohon
Senjakala yang menyala !
Singkat tapi menggetarkan hati !
Lalu sebentar lagi orang akan mencari bulan dan bintang-bintang !
Senja menjadi metafora yang menarik untuk menyampaikan sesuatu, bisa untuk menggambarkan sesuatu yang fana, kesunyian, pergantian waktu, dan lain-lain.
Sebagaimana arti puisi, Puisi” berasal dari kata Yunani “poiesis”—“poiein”, yang artinya “menemukan”—“menciptakan”. Sebagai penemuan-penciptaan, puisi tentu soal penghayatan, pertanyaan terhadap realitas dalam diri maupun di luar diri. dan bagaimana mencari jawabannya.
Hal ini membuat puisi selalu relevan bagi kehidupan, bahkan signifikan atau penting. Jawaban-jawaban atau realitas-realitas baru yang ditemukan dalam proses penghayatan itu tentu belum terbahasakan, sehingga dibutuhkan metafor-metafor yang diciptakan melalui penukaran, pengubahan tanda, atau analogi dari aset bahasa berdasarkan prinsip-prinsip similaritas-dissimilaritas, yang ketepatan dan kebermaknaan merupakan taruhannya.
Penggunaan metafora dan ironi menurut Sapardi Djoko Damono adalah kreativitas penyair dalam menulis puisi, hal inilah terletak inti puisi, Sapardi menyebutnya sebagai : “bilang begini, maksudnya begitu”.
Penyair menyampaikan sesuatu gagasan tetapi cara penyampaiannya dengan menggunakan peranti bahasa yang berupa metafora, personifikasi, dan ironi sehingga pembaca harus menafsirkan makna yang tersirat dari larik larik puisi tersebut.
Senja sebagai metafora tentu menjadi menarik, sebagaimana pengertian metafora adalah majas (gaya bahasa) yg membandingkan sesuatu dengan yang lain secara langsung.
Metafora adalah gaya bahasa perbandingan. Dengan kalimat yang singkat, metafora adalah mengungkapkan ungkapan secara tidak langsung berupa perbandingan analogis.
Tentunya jika ingin menulis puisi, tidak selalu menggunakan metafora senja saja, juga tidak selalu menulisnya saat jelang senja, agar metafora senja tidak menjadi klise dan miskin makna.
Karena metafora juga bisa juga digunakan untuk menceritakan penderitaan, di kebudayaan manapun di belahan dunia ini puisi banyak ditulis sebagai bagian dari simpati kepada orang susah. Sebagai contoh puisi Toto Sudarto Bachtiar “Gadis peminta-minta”.
Setiap kita bertemu, gadis kecil berkaleng kecil
Senyummu terlalu kekal untuk kenal duka
….........................
Duniamu lebih tinggi dari menara katedral
Melintas-lintas di atas air kotor, tetapi yang begitu kau hafal
Jiwa begitu murni, terlalu murni
Untuk membagi dukaku
Memang jika berbicara tentang puisi tentu tidak pernah lepas tentang tema cinta, pengalaman yang sangat merepotkan kita, hingga para penyair manapun sejak penciptaan puisi klasik sampai sekarang sering menciptakan metafora puisi dengan tema cinta.
Seperti Puisi Legendaris Karya Sapardi Djoko Damono ini, dengan metafora kayu, api dan abu.
aku ingin mencintaimu dengan sederhana;
dengan kata yang tak sempat diucapkan
kayu kepada api yang menjadikannya abu
Metafora juga bisa digunakan oleh penyairnya untuk memperlihatkan sikap hidupnya, baik dengan teknik menggunakan gaya ungkap prosa liris atau puisi tentang peristiwa. Maka bebaskan imajinasi, temukan metafora-metafora yang indah dan menarik untuk menyampaikan gagasan, mari rayakan hidup dengan puisi. (Arif Gumantia, Ketua Majelis Sastra Madiun)