Mengenal Falsafah Bugis Makassar yang Menginspirasi
- vstory
VIVA -- "Elo ande tea eco". Ini ungkapan versi mulut anak kecil yang masih cadel, dalam bahasa Makassar, di Kota Daeng, Sulsel.
Kalau mulut orang dewasa, mungkin ungkapannya begini, "Ero annganre tapi teai akkareso". Artinya, mau makan tapi tidak mau kerja. Maunya cuma makan tidur, dan "pup" aja.. hehehe...
Ungkapan bernada sindiran ini, ditujukan kepada orang yang pemalas, yang hanya mau enaknya saja, maunya jadi bos, tidak mau jadi anak buah. Maunya tetap di atas, tak mau turun tahta hahaha...
Maunya cuma "mejeng", narsis, selfie-selfiean, tapi tidak pernah mau ikut turun tangan membantu kesusahan orang lain. Apa kek..apa kek gitu, misalnya...addeh..
Tapi ungkapan di atas, meski bernada sinis, tapi sekaligus bisa menginspirasi bagi generasi Milenial. Terutama mereka yang mau maju, sukses, dan "ogah" berpangku tangan.
Padahal, orangtua leluhur kita sudah berpesan dalam ungkapan bahasa Bugis :
”Resopa temmangingngi, malomo naletei pammase dewata". Artinya, hanya dengan kerja keras dan ketekunan, maka akan mudah mendapatkan ridho oleh Tuhan.
Ungkapan di atas, pernah juga dikutip dalam pidato kenegaraan Presiden Joko Widodo pada sidang Tahunan MPR Tahun 2018 di Gedung MPR/DPR/DPD Senayan Jakarta, Kamis (16/8/2018) didampingi Wakil Presiden (waktu itu masih M Jusuf Kalla).
Pidato Jokowi itu sendiri, mendapat sambutan luar biasa oleh peserta sidang tahunan di gedung rakyat Senayan itu.
Tentu Jokowi berharap agar menjadi penyemangat sebagai wujud dan tekad bulat untuk tidak pantang menyerah dan gigih dalam berusaha.
Selain itu, ungkapan tersebut juga perlu untuk selalu dipegang kuat sebagai pemicu semangat dalam keberhasilan.
Juga sebagai motivasi bagi mereka yang meninggalkan tanah Bugis Makassar ke tempat perantauan. Atau bak ungkapan orang Minang: "Kampuang nan jauh di mato".
Akhirnya, salam sehat selalu dan semangat setiap hari. Jangan lupa bahagia, sekalipun kita harus pura-pura bahagia hahahaha....(Nur Terbit)