Kisah Carita dan Geowisata untuk Mendukung Geopark Ujung Kulon

Sosok karang yang terdampar di daratan akibat tsunami 1883
Sumber :
  • vstory

VIVA – Geopark merupakan kawasan yang memiliki unsur-unsur geologi yang unik/khas di mana masyarakat setempat diajak berperan serta untuk melindungi dan meningkatkan fungsi warisan alam, termasuk nilai arkeologi, ekologi dan budaya yang ada di dalamnya.

Menurut seorang sumber dari Dinas Pariwisata Kabupaten Pandeglang, kawasan Geopark Ujung Kulon meliputi 8 wilayah kecamatan yaitu Kecamatan Sumur, Cimanggu, Panimbang, Cigeulis, Sukaresmi, Pagelaran, Labuan, dan Carita, termasuk didalamnya adalah kawasan TN. Ujung Kulon, di antaranya adalah Pulau Panaitan, yang masuk dalam kawasan TN. Ujung Kulon.  

Ada beberapa peninggalan geologis yang signifikan, seperti sandstone, batuan yang terbentuk dari pasir pantai yang mengeras, yang merupakan fenomena geologi yang langka, serta keberadaan bukti-bukti sejarah letusan Gunung Krakatau pada tahun 1883 di Tanjung Layar.

Pada sekitar 20 juta tahun yang lalu, wilayah ini merupakan gunung api purba yang juga mungkin memiliki bukti-bukti kebudayaan yang mendukungnya. Saat ini,  menurut keterangan sumber, di Pulau Panaitan, misalnya dapat ditemukan peninggalan arkeologi berupa patung Ganesha. 

Disebutkan dalam laman Pusat Survei Geologi, pada Juni 2023, Geopark Ujung Kulon telah mendapatkan rekomendasi dari Tim Verifikasi Geopark Nasional (TVGN) untuk selanjutnya ditetapkan menjadi Geopark Nasional oleh Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral.

Oleh karena itulah, pemerintah menghimbau pada seluruh personel Badan Pengelola Geopark Ujungkulon agar mengambil peran sesuai institusinya masing-masing dalam pengembangan geopark yang sudah dituangkan dalam Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Pandeglang (RIPARKAB) Tahun 2023-2025.

Kemudian, dalam konteks geopark sebagai destinasi pariwisata, pemerintah berharap adanya peningkatan pelayanan dan sinergitas dengan para pemangku kepentingan di kawasan geopark, sehingga dapat meningkatkan kenyamanan dan lama tinggal wisatawan di kawasan Geopark Ujung Kulon. 

Warisan geologi Ujung Kulon sudah siap menjadi geopark nasional, seperti dibahas di https://www.viva.co.id/gaya-hidup/travel/1135904-ujung-kulon-siap-jadi-geopark-nasional-kampung-wisata-menggeliat-lagi. Namun, yang kemudian perlu dipastikan adalah keterlibatan masyarakat setempat, apakah mereka sudah memahami corak pariwisata khusus dan siap melaksanakannya dalam rangka mendukung penetapan sebagai geopark nasional.

Geowisata ditujukan untuk wisata minat khusus bidang geologi. Menurut Kusumahdibrata (1998), geowisata adalah kegiatan wisata yang memanfaatkan fenomena kebumian dan lingkungannya yang menjadi daya tarik utama. Mengingat Bumi mempunyai sifat yang selalu bergerak sebagai usaha menuju ke bentuk keseimbangan geologis baru, terdapat fenomena yang terjadi di permukaan dan terekspresikan ke dalam bentuk proses geologi. Keadaan tatanan geologi di Indonesia yang khas, berupa busur kepulauan yang diapit oleh samudera luas, menciptakan aneka bentang alam dan sumber daya yang menjadi cikal bakal objek dan menjadi daya tarik geowisata.

Pada pangamatan Penulis dan tim di Desa Sukarame, Kecamatan Carita, kecakapan para pemandu untuk wisata bawah laut cukup dapat diandalkan. Kendati demikian, ada beberapa catatan untuk koreksi bersama, yang masih dapat dimaklumi karena kondisi daerah masih dalam pengembangan.

Atraksi dan program diharapkan dapat menuju ke arah wisata minat khusus yang berkualitas sehingga kondisi alam dapat lebih terjaga.Wisata minat khusus itu adalah pada konservasi dan edukasi peninggalan-peninggalan geologis.  Saat ini, faktor jumlah pengunjung masih menjadi tolok ukur, sehingga kurang terseleksi untuk tujuan konservasi dan kualitas lingkungan.

Wisatawan yang padat menyebabkannya faktor edukasi tidak dapat disampaikan dengan baik. Kondisi ini misalnya menyebabkan atraksi snorkeling di air keruh, masalah sampah, dan kualitas pelayanan juga kurang terkontrol. Oleh sebab itu, diperlukan tinjauan khusus yang dapat mengoreksi dan merekomendasikan pelayanan wisata yang lebih berkualitas, misalnya pada penyediaan homestay yang harus dikelola berdasarkan standar-standar tertentu.

Pengamatan Penulis dilaksanakan dalam rangka pelaksanaan program Pengabdian kepada Masyarakat dari Hibah Internal Universitas Bakrie tahun 2023 dengan judul Pengembangan Kapasitas Organisasi Desa Wisata Sukarame dalam Program Geowisata di Kabupaten Pandeglang. Salah satu pelatihan dan pendampingan yang dilakukan adalah storytelling dalam konteks komunikasi digital.

Penguatan program geowisata juga didasarkan pada kemampuan storytelling. Carita punya cerita, seharusnya menjadi jargon yang dilaksanakan dengan menarik dan menyenangkan, bagi semua pihak. Carita, dalam bahasa Sunda, merujuk kepada ‘cerita’. Mengisahkan Carita adalah kisah itu sendiri, menelisik mengapa daerah ini bernama Carita. Demikian dalam konsep geowisata, kekuatan storytelling adalah ini inti dari pembentukan realitas wisata berbasis peninggalan geologi ini. Oleh karena, selain kemampuan teknis para pemandu wisata berbasis atraksi bawah laut, perlu dibekali juga kemampuan mengisahkan secara menarik dan informatif mengenai keunggulan-keunggulan peninggalan geologi di daerahnya.

Geopark Ujung Kulon dengan wilayah merentang luas dengan berbagai geosite yang menarik dan beragam memerlukan usaha dan kesungguhan untuk mengurai kisah demi kisah, sejak Badak Jawa di Taman Nasional Ujung Kulon hingga warisan Bumi di Panaitan dan Pulau Peucang. Konsep kisah yang ditata dengan baik, disajikan dengan menarik, dan dilaksanakan sesuai dengan janji dalam proses branding. Janji ini penting untuk ditepati supaya tercapai brand-equity dan kesetiaan pelanggan yang akan kembali dan kembali lagi demi tempat dan kisah yang dia sukai dan dari kunjungan ke tempat itu dia merasa mendapatkan kepuasan. (Penulis adalah dosen Magister Ilmu Komunikasi dan Kepala Pusat Studi Geopark Universitas Bakrie)

Disclaimer: Artikel ini adalah kiriman dari pengguna VIVA.co.id yang diposting di kanal VStory yang berbasis user generate content (UGC). Semua isi tulisan dan konten di dalamnya sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis atau pengguna.