Bahaya Persepsi bagi Otak Kita
- vstory
VIVA – Pernahkah kamu ketika di pagi hari dalam perjalanan berangkat kerja menggunakan angkutan umum tiba-tiba mau minum kopi? Atau ketika kamu sedang berangkat kuliah tiba-tiba insecure dengan penampilanmu? Atau bahkan ketika melihat riasan orang lain kamu merasa ingin mengikuti gaya riasannya? Jika jawabannya iya, ini warning buat kamu dan baca artikel ini sampai habis karena otakmu dalam bahaya.
Marilah kita kembali memutar waktu sambil mengingat kejadian yang pernah kamu alami secara tiba-tiba. Ketika sedang di angkutan umum, masuk ke dalam bioskop atau ketika melewati rumah makan. Tentunya ada banyak kejadian yang membuat otak kamu memerintahkan seluruh organ tubuh untuk melakukan hal yang di luar tujuan kita bukan? Tiba-tiba kamu berpikir membeli parfum yang wanginya sama dengan orang yang kamu temui secara random, tiba-tiba kamu berpikir membeli popcorn atau tiba-tiba kamu mampir beli ayam bakar yang awalnya kamu mau beli ikan kembung. Jangan sebut penulis peramal, karena memang inilah yang umumnya terjadi namun ternyata berbahaya lho untuk otak kita.
Otak pada umumnya akan membuat perintah melalui saraf lainnya ketika mendapat rangsangan sensorik. Ketika ada rangsangan yang datang, maka pasti ada penerima dari rangsangan ini. Pastinya kamu sudah tau lima indra pada tubuh kita yang bertugas sebagai penerima rangsangan bukan? Nah, penerima rangsangan sensorik ini di antaranya ada mata untuk melihat, telinga untuk mendengar, hidung untuk mencium, mulut untuk mengecap dan kulit untuk meraba. Kemudian sumber dari rangsangan sensorik ini dapat berasal dari pemandangan, suara, penciuman, rasa dan tekstur. Jika kamu sudah siap, mari kita bahas satu persatu rangsangan tersebut untuk mengetahui apa sih sebenarnya bahaya yang berkepanjangan bagi otak kita.
1. Pemandangan
Biasanya hal pertama yang berada di pikiran kita saat seseorang mengatakan pemandangan, maka akan langsung tergambar pemandangan gunung dengan matahari terbenam dan juga hamparan sawah yang luas seperti yang kita gambar saat masih kecil. Namun kenyataannya dan perlu untuk digarisbawahi adalah pemandangan bukan hanya tentang alam, namun segala hal yang kamu lihat ketika membuka mata. Misalnya, pemandangan suasana bus, pemandangan minimarket dekat rumah, pemandangan ruang belajar, pemandangan perpustakaan, pemandangan suasana taman di hari minggu, pemandangan tulisan yang indah ketika kamu baca tulisan ini dan pemandangan lainnya yang kamu lihat.
Secara sederhana rumusnya yaitu saat ada pemandangan di depan kita, maka kita akan menggunakan mata untuk memandanginya. Masalahnya yang dapat kita temukan adalah ketika mata digunakan, banyak sekali saraf yang langsung terhubung dengan otak untuk menangkap sinyal ataupun gambar kemudian otak bekerja melakukan analisis, mendeskripsikan dan juga membuat kesimpulan dari apa yang kita lihat. Setelah melauli banyak hal yang kita lewati di kehidupan dan banyak memori dari penglihatan kita yang terekam oleh otak, maka secara tidak sadar terkadang otak akan membuat keputusan secara tiba-tiba menyimpulkan ‘suka’ atau ‘tidak suka’.
Sebagaimana yang sering kita lihat dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya saja kita naik kereta, kemudian melihat pemandangan suasana ramainya orang dengan kesibukannya masing-masing di dalam kereta. Ada yang sibuk bermain handphone, mendengarkan musik, melihat pemandangan di luar jendela kereta atau bahkan melamun memikirkan banyak hal di dalam otaknya.
Dari semua hal yang kita lihat di dalam kereta tiba-tiba saja fokus pada satu hal. Rasa ketertarikan muncul dengan tiba-tiba dengan kacamata yang dipakai oleh orang yang sedang berdiri di sisi kiri kereta, kacamata itu berbentuk segi enam dan membuat orang itu menjadi lebih cantik dan unik. Kemudian suatu ketika pergi ke toko kacamata, namun hal yang dicari pertama kali adalah kacamata segi enam. Nah hal ini secara tidak sadar ternyata melalui pemandangan yang diterima oleh mata langsung direkam oleh otak sebagai bentuk ketertarikan kita terhadap sesuatu.
2. Suara
Kemudian lanjut pada poin kedua dari sumber rangsangan yaitu suara. Umumnya suara dihasilkan oleh adanya getaran yang sampai ke gendang telinga kita dan ditangkap oleh otak menjadi informasi yang dapat membuat kita tertarik atau sebaliknya. Namun pernahkah kamu memejamkan mata dan fokus dengan suara yang ada di sekitarmu?
Pada poin ini, terkadang suara yang direkam oleh otak kita tiba-tiba mengambil kesimpulan ini bagus atau ini buruk dan menjadi berkelanjutan. Misalnya ketika kita sedang ngobrol dengan teman, kemudian teman kita menceritakan bahwa dia baru selesai nonton film dan mendeskripsikan sedikit alur cerita dari film tersebut. Meskipun teman kita tidak mengatakan film itu seru atau tidak, namun dengan mendengar dari cara pembawaan cerita teman kita, maka suara yang diterima dan direkam akan dianalisis otak dan menyimpulkan bahwa film itu seru atau tidak.
Kemudian, suatu ketika kita pergi untuk menonton film. Meskipun teman kita tidak menyuruh atau merekomendasikan film tersebut, namun karena kita penasaran dengan alur cerita yang sudah diberitahu separuhnya oleh teman kita, maka kita akan menonton film tersebut dan membuktikan sendiri dari hasil kesimpulan yang telah dibuat terhadap penggalan cerita yang pernah diceritakan oleh teman kita.
3. Penciuman
Pada dasarnya indra penciuman dapat dikendalikan dengan mengambil pilihan menghirup atau tidak. Indra penciuman ini terjadi ketika adanya udara yang dihirup dan masuk melalui hidung dan disampaikan ke otak untuk dicari tau hal-hal yang terdeteksi dari hasil dari penciuman tersebut. Hasil tersebut dapat terjadi ketika adanya pengalaman yang sudah pernah dilalui dan didefinisikan arti dari bau tersebut. Sebut saja bau bunga, sebelum adanya pengalaman menghirup bau bunga maka sampai kapan pun otak tidak akan merespons atau memberitahu hasil dari arti penghirupan tersebut.
Misalnya saja kita pergi ke bioskop, namun pada awalnya kita hanya berniat untuk nonton bioskop saja tanpa membeli makanan. Namun otak kita merespons lain ketika kita mencium bau popcorn yang begitu menggoda. Secara tidak sadar otak akan memerintahkan kaki untuk melangkah ke arah tempat popcorn dan hasilnya adalah kita memutuskan untuk membeli popcorn juga sebagai pelengkap menonton film.
4. Rasa
Selagi membahas sumber rangsangan pada poin empat ini yaitu rasa, pernahkah kamu makan mie instan? atau minum kopi? jika jawabannya iya, mari kita lanjutkan pembahasan ini yang menjadikannya faktor yang berbahaya bagi otak kita. Sumber rangsangan ini pada hakikatnya akan diterima oleh mulut yang bertugas sebagai pengecap rasa.
Rasa yang diidentifikasi ada banyak variasinya, manis, asam, asin, pedas dan pahit. Biasanya kita akan mengernyitkan dahi ketika kita merasa asam, atau tiba-tiba garuk-garuk kepala saat merasa kepedasan. Bahkan yang lebih ekstrem adalah rasa itu menjadi candu bagi yang pernah mencobanya, salah satunya adalah mie instan.
Mie instan merupakan makanan populer yang sangat cocok dilidah dan menjadi candu bagi jutaan orang yang sudah menyicipinya. Semua saraf yang ada di lidah menerima semua rasa yang sudah diracik sedemikian rupa dan dikirim ke otak dan membuat otak kita sangat senang dengan rasa yang dapat memanjakan lidah. Otak akan menganalisis semua informasi yang didapat, mulai dari rasa, kemudian mencari tahu merek mie instan tersebut yang berujung menjadikan otak akan menolak produk serupa dengan merek yang berbeda. Sehingga hal ini menyebabkan secara tidak sadar otak akan mengeliminasi merek lain dan menjadikan merek mie instan yang sudah terekam menjadi prioritas utama.
5. Tekstur
Pada sumber rangsangan yang terakhir yaitu tekstur, hal ini merujuk pada penerima rangsangan yaitu kulit. Saat sedang berjalan-jalan di toko baju kita pasti meraba baju-baju dan merasakan tekstur kain dari baju-baju tersebut. Hal lain juga terjadi ketika kita sudah selesai menggunakan handbody, kita dapat merasakan kehalusan kulit kita.
Masalah yang terjadi adalah ketika kita sudah menyukai produk-produk yang bagi kita cocok dan hasil perabaan di kulit enak tidak menyakiti kulit, maka biasanya kita akan merekam merek produk tersebut menjadi prioritas utama meskipun sebenarnya di luar sana masih banyak produk dengan kualitas yang lebih bagus namun kita menolak untuk mencoba kembali. Semua ini dapat direkam oleh otak kita dan ketika kita belanja kebutuhan kulit, maka handbody dengan merek tertentu yang sudah biasa kita pakailah yang akan selalu masuk keranjang kita. Meskipun pada awalnya kita melakukan percobaan berkali-kali untuk merek yang lain namun tetap kita pasti akan mempertimbangkan dua hingga tiga kali untuk memutuskan membeli produk lain.
Ketika sudah melalui semua rangsangan dan diterima oleh indra kita, maka kita sebagai konsumen akan mulai terpapar oleh semua informasi yang didapat. Semua pesan yang dapat ditangkap oleh otak kita bisa disebut dengan persepsi. Solomon et al (2006) berpendapat bahwa persepsi adalah proses di mana sensasi fisik seperti penglihatan, bunyi, dan indra penciuman yan dipilih, terorganisir dan diinterpretasikan. Ke depannya kita akan mendapat perhatian yang menyebabkan kita menjadi fokus pada merek tertentu. Kemudian kita akan memiliki pandangan bahwa setiap produk dimiliki oleh merek yang sudah berulang kali kita gunakan.
Namun, apakah kamu menyadari sesuatu yang terlewat? sejauh ini kamu sadar tidak bahwa semua hal yang kamu baca ternyata sudah memasuki alam bawah sadar kamu? Dimulai dari pemandangan bukan hanya tentang alam namun ada hal lain yang dapat membuat kamu tertarik, suara dari mulut ke mulut menjadi efek besar keberlanjutan pengambilan keputusan pembelian, bau yang sangat menarik menjadi prioritas kamu dibandingkan tujuan awal, rasa yang menjadi candu serta tekstur pada merek tertentu dapat menyingkirkan merek lain. Nah rasa tiba-tiba yang suka terjadi dalam kehidupan kita untuk mengambil keputusan dalam pembelian ini dalam bahasa ilmiahnya dapat disebut subliminal perception atau persepsi alam bawah sadar.
Oleh karena itu, dari penjelasan kelima sumber rangsangan sensorik dan juga penerimanya tersebut menyadarkan kita betapa bahayanya otak kita saat ini. Semua jejak dari kelima indra kita yang kita rasakan sudah terekam di otak. Hal terburuk yang dapat terjadi adalah ketika itu semua menjadi candu dan penggunaan berlebihan sehingga dapat berdampak pada kerusakan organ tubuh ataupun kerusakan mental yang menyerang pikiran kita jika hasilnya di luar ekspektasi. (Nurmalinda Rahmawati, Mahasiswa Magister Manajemen, Universitas Bakrie)