Kenapa Pendidikan Gagal Membuat Ilmu Ekonomi Bisa Mengerti Bisnis?

Ilustrasi sarjana
Sumber :
  • vstory

VIVA - Ilmu ekonomi yang diajarkan di sekolah sangat ketinggalan ditinjau dari hanya 25% lulusan sarjana yang dapat lowongan, banyak usaha bukan dibuka, tapi malah tutup.

Logikanya seorang sarjana diajarkan untuk memenuhi kebutuhan konsumen, namun kenapa yang usaha resto, kopi, kuliner, atau sekadar produk online shop, herbal, atau jasa gocar, gojek sekarang sulit mendapatkan income?

Karena yang diajarkan ilmu ekonomi itu ada kesalahan fatal. Dunia tidak ada levelling field.

Bahkan Coca cola pun bangkrut, General Motors, Ford di Indonesia gagal. Kenapa?

Tidak ada levelling field, tidak ada lapangan yang datar balance. Lapangannya miring. Lebih tinggi pada sisi kapital.

Misal, Anda jual hape, tentu banyak yang butuh hape.

1. Di Roxy, di Glodok, Ratu Plaza, dan seluruh ITC, penjual hape tidak bayar pajak, dan cukai. Mereka importir bodong tidak bayar cukai, yang ada IMEI. IMEI itu pun di recycled, IMEI hape bekas dicetak sticker hape baru.

Cukai hape Apple inc iPhones disebut Android (murah) tidak bayar cukai. Bahkan pegawai cukai yang protes. 21 Pegawai Bea Cukai Terbukti Curang Soal Pendaftaran IMEI. Demikian menurut CNBC Indonesia, 27/03/2023.

Jadi gara gara satu dua produk non pajak, non PPN, maka pasar terdistorsi. Saat Anda jual jam tangan di taman anggrek, selisih pajak toko Anda dengan toko sebelah selisih 15%.

2. Lalu Anda telisik, siapa yang impor bodong di siang bolong tanpa zonder cukai apalagi pajak?

Si komo ternyata oligarki angkatan bersenjata. Yah, jaksa mana yang berani? Alhasil maksimum hukuman hanya administratif PTDH.

3. Hampir semua barang zonder cukai. Anda diajari lubang celah inkopad, mulai barang baju bekas, ramen noodles, toko korea Mu Gung Hua satu toko zonder cukai, zonder BPOM, zonder pajak.

4. Si komo bayar pajak, katakan se triliun, tapi dia makan anggaran jaminan kesehatan nasional, setara dua puluh triliun. Semua usaha mereka zonder IMB, zonder HGB, zonder bayar pajak, zonder bayar konsumen contohnya Mei sukarta. Mereka jual kopi Max. Jual hypermarket. Semua barang yang ada di sana tidak bisa dijual di toko sekitar mall mereka. Alhasil Anda hanya bisa jual sepeda.

Dengan demikian asumsi ilmu ekonomi itu tidak mampu membuat mengerti trik monopoli bisnis.

Satu satunya cara bisnis Anda adalah akses ke konglomerat. Mungkin Anda afiliasi ke Honda, Kalbe, atau Toyota. Anda jual accuu untuk Honda. Anda selamat.

Oleh karena itu, seperti Anda tanding tennis tapi lawan Anda ada di atas. Persis Anda ketemu Mike Tyson.

Ilmu ekonomi terlalu naif diajarkan ahli mikro, makro atau ahli ekonomi akuntan.

Mereka konsultan akuntan McKenzie yang ajari si komo Asia pulp and paper yang default.

Ekonomi terlalu naif, seharusnya ilmu ekonomi dibuka oleh ahli perang, ahli monopoli, ahli uang, ahli ponzi, ahli saham, ahli asasin, infiltrate, sabotage, ahli politics karena uang sudah jadi alat kekuasaan.

 

Disclaimer: Artikel ini adalah kiriman dari pengguna VIVA.co.id yang diposting di kanal VStory yang berbasis user generate content (UGC). Semua isi tulisan dan konten di dalamnya sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis atau pengguna.