Fenomena Pengobatan Gratis Ida Dayak, Potret Kemiskinan Indonesia

Pengobatan gratis Ida Dayak
Sumber :
  • vstory

VIVA - Viral pengobatan alternatif ala Ida Dayak yang banjir peminat. Tidak sedikit warga rela jauh-jauh datang hanya untuk mendapatkan penanganan dari Ida Dayak yang dianggap mampu mengobati segala macam penyakit.

Beberapa masyarakat mengatakan ingin berobat ke Ida Dayak karena tidak dipungut biaya. Mereka juga mengeluhkan kendala pengurusan BPJS Kesehatan yang sulit.

Fenomena pengobatan ibu Ida Dayak

Adalah potret kemiskinan Indonesia. Betapa banyak orang, terutama anak lahir cacat yang tidak diobati. Bayangkan sejak bayi lahir hingga dewasa orang mengalami kecelakaan, misal patah tulang, keseleo.

Ternyata banyak sekali, ibarat Indonesia jaraknya 9 jam penerbangan Aceh Jayapura, jumlah penduduk Indonesia setara Eropa, dari Inggris sampai Turki. Jarak Indonesia setara dengan wilayah Romawi.

Tapi karena kemiskinan, maka rakyat tak manpu menyelesaikan masalah kecelakaan atau patah tulang. Ditumpuk bertahun-tahun hingga 20 tahun alhasil banyak sekali korban kecelakaan patah tulang.

Biasa mereka main sepak bola, atau kecelakaan sepeda motor patah tulang, alhasil rumah sakit kewalahan. Akibatnya mereka korban ke dukun urut patah tulang.

Di setiap kabupaten ada dukun patah tulang. Tapi yang berani mengobati di depan umum hanya ibu Ida Dayak.

Biasanya dukun patah tulang menyembunyikan pengobatan patah tulang karena di antara saksi, kemungkinan ada yang bisa dan tidak bisa terobati.

Kedua, kemampuan dukun patah tulang kemungkinan ada unsur blasphemous penistaan agama. Karena kecelakaan patah tulang bersifat fatal, parah. Orang menyangka itu akibat kesaktian dukun.

Ibu Ida Dayak mungkin dulu oleh gurunya tidak diwanti-wanti menjaga unsur kerahasiaan atau kehati-hatian. Atau juga gara gara medsos rahasia dukun patah tulang jadi viral.

Kenapa kok dengan sistem kapitalis orang semakin kaya?

Di sekolah orang diajari teori Philip Kotler suplai dan demand.

Ada orang tanam pisang, panel pisang, ada yang tanam ubi, singkong. Masing-masing bawa ke pasar, dijual ke pasar. Loh, kenapa kok ada yang semakin kaya?

Katakan begini, yang jual pisang satu sisir dapat beras 2 KG. Tapi tahun berikutnya satu sisir dapat 1.9 KG, tahun depan lagi dapat 1.8 KG genap setelah lima tahun dapat nya 1.5 KG. Jadi pasar tidak berimbang. Nilai tukar uang, atau nilai integritas uang menurun.

Maka setelah satu dua generasi, uang yang dulu belanja seminggu segala macam cukup Rp 50.000 sekarang hanya dapat coklat silverqueen dan satu susu ultra.

Jadi pasar tidak berimbang. Oleh karena itu ilmu ekonomi yang diajarkan sekolah ketinggalan jauh. Ekonomi bukan melayani demand. Pasar sudah terdistorsi adanya unsur penurunan nilai uang.

Ilmu ekonomi sekarang harusnya bukan menawarkan peluang, melayani suplai dan demand. Tapi ilmu domina. Anda harus tahu caranya domina, pihak yang dominan.

1. Waktu

Misal, Anda ketemu jenderal. Pada saat beliau sisa 6 bulan, posisi Anda berkemungkinan menjadi domina. Iyalah.

Anda ketemu jenderal yang usia 57 tahun, beda dengan yang usia 52 tahun. Ini disebut unsur waktu sebagai domina, faktor dominan.

2. Tekanan

Menurut hukum Archimedes perbedaan permukaan bejana berhubungan yang lebih tinggi akan turun ke permukaan bejana yang lebih rendah.

Misal, saya menawarkan lukisan sebagai akses ke jenderal. Tapi karena awal mulanya lukisan saya kirim ke Andika, secara tekanan, saya punya faktor domina. Otomatis setelah dikirim ke 30 jenderal, almost everyone mau menerima lukisan. Itu adanya unsur akses ke kekuasaan sebagai faktor domina.

3. Mandat

Kekuasaan itu bukan seperti pohon taoge. Anda tidak bisa asal menanam, jadi pohon trembesi. Tidak.

Menanam Trembesi beda dengan menanam taoge. Harus paham benih bibit bobot bebet, dulunya ada yang menanam marwah atau mandat sehingga depan rumah anda rindang karena ada pohon trembesi. Ada marwah sebelumnya. Ini adanya faktor domina.

Persis seperti marwah lukisan saya ke 30 jenderal. Marwah sejarah kekuasaan perlu dipelajari.

Misal, akses Anda ke konglomerat, itu percuma tak berguna. Percuma. Karena tidak ada faktor domina.

Tapi karena adanya unsur kedekatan dengan mereka, entah karena usia mereka uzur, atau adanya tekanan dari kompetitor sehingga kita diberitahu adanya unsur regret, penyesalan mereka atas adanya tekanan kompetitor, membuat kita punya akses ke kekuasaan, itu disebut faktor domina.

Jadi sudut pandang dari sisi seorang raja, dia tidak akan tertarik dengan semua peluang, orang kaya tidak lagi tertarik uang. Tapi dia raja melihat pada akhirnya setiap orang lebih takut kepada neraka. Dia melihat nerakanya orang-orang dan memberitahu pengampunan Rahman.

Misal, tahun 1965 Soekarno ketemu peristiwa 30 September 1965. Pagi subuh, Soekarno telepon Raja Sanjoyo Hamijoyo Suparto, besan beliau. Oleh Sanjoyo disuruh ke Istana Bogor. Di sana Soekarno diamankan dari neraka.

Saat tahun 2008 tanggal 27 Januari, Soeharto meninggal dunia. Beliau berusaha ketemu Sanjoyo Hamijoyo Suparto sebagai permohonan maaf kepada paman Hartinah. Menghindari neraka. Karena dulu pernah berupaya membunuh Sanjoyo, dan menguasai warisan raja Mangkunegoro. Kerabat Hartinah.

Kembali ke akses ke kekuasaan konglomerat, kita bisa mendapatkan akses dari faktor domina. Itu kuncinya kekayaan sebagai bentuk kekuasaan.

 

Disclaimer: Artikel ini adalah kiriman dari pengguna VIVA.co.id yang diposting di kanal VStory yang berbasis user generate content (UGC). Semua isi tulisan dan konten di dalamnya sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis atau pengguna.