7 Bola Kekuasaan, Kapital Dipegang Konglomerat

Ilustrasi bangunan Meikarta
Sumber :
  • vstory

VIVA – Komunitas Peduli Konsumen Meikarta kembali mengadukan permasalahan proyek mangkrak besutan PT Mahkota Sentosa Utama (MSU), kali ini melalui Rapat Dengar Pendapat Umum (RDPU) dengan Komisi VI DPR RI dan Badan Perlindungan Konsumen Nasional (BPKN).

Tak hanya perihal pembelian unit apartemen yang tak kunjung diserahterimakan sejak 2017, konsumen Meikarta mengaku telah menerima gugatan senilai Rp56 miliar dari PT MSU. Sebab, anak usaha PT Lippo Cikarang Tbk. (LPCK) itu merasa dirugikan atas pemberitaan terkait dengan proyeknya.

Ketua KPKM, Aep Mulyana, menyampaikan usai melakukan unjuk rasa untuk meminta kejelasan status unit apartemen, pihaknya justru mendapatkan somasi dan dijadikan tergugat oleh PT MSU.

"Kami merasa hak kami terabaikan. Namun apa tindakan Meikarta? Bukannya sadar, mereka malah menggugat kami dengan tuntutan kerugian materiil dan imateriil dengan nominal yang fantastis. Kami dituntut balik Rp56 miliar," kata Aep.

Ini pelajaran dalam hal ilmu kekuasaan.

1. Penguasa adalah secara de facto memegang tongkat kuasa. Dalam hal terjadi Kooptasi penjajahan kapital, pemilik kapital adalah penguasa.

Dipikir dengan berkumpul berkelompok Komunitas Peduli Konsumen Meikarta KPKMK bisa punya kekuatan. Tidak. Malah dituntut Rp 56 M.

Dipikir bisa lapor DPR.

Jadi masalahnya melebar persis puding buyar ambyar.

Contoh lain, korban Indosurya ribuan orang, sedangkan terdakwa bebas. Terdakwa kasus dugaan penipuan dan penggelapan dana Koperasi Simpan Pinjam atau KSP Indosurya, June Indira, telah divonis bebas. Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan (Menko Polhukam) Mahfud MD mengaku kecewa. Namun demikian, Mahfud berkata pertimbangan hakim harus tetap dihormati.

2. Bola kekuasaan, yaitu (duit) kapital dipegang Konglomerat, ibarat dia 'the hand who rocks the cradle' tangan (baby sitter) yang menggoyang ranjang bayi. Bayi (duit) dia yang pegang, dia yang kuasa terhadap kita.

Hal ini yang kita belum paham.

3. Dalam kondisi faktual, kenyataan, bayi (duit) kita dipegang Konglomerat.

Oleh karena itu, bahkan Konglomerat pun yang hartanya Rp70 triliun dibuat tak berdaya, terjepit, terinjak oleh lawan .

Lawan mereka ya yang punya (duit) kuasa.

4. Oleh karena itu, kita perlu jaksa, polisi, TNI, Hakim. Masalahnya, rakyat kita 200 juta rasio polisi adalah 400:1 setiap 400 orang dilayani 1 polisi.

Jadi jumlah APH sangat terbatas. Apalagi jaksa. Jumlah rasio jaksa adalah 20.000:1.

5. Sehingga lawan oligarki Konglomerat itu hampir mustahil.

Tapi tentu ada caranya.

Bedanya kita dengan mereka adalah seperti ibarat kancil lawan buaya. Ya, ekosistem habitat mereka predator.

6. Salah satu sifat predator adalah persis ikan hiu dia top predator, sejak janin, janin hiu memakan telur saudaranya.

Oleh karena itu, power ikan hiu adalah berkelompok. Bilamana kita tidak tahu peta kelompok siapa lawan siapa, otomatis kita cuma melongo lihat hiu pesta ikan. Mereka makan ikan persis seperti makan seafood.

7. Kita ibarat kancil hidupnya merasa bebas, relax, tidak fokus, tidak ada kebutuhan untuk memburu. Lah rumput tersedia seadanya di mana-mana. iyalah.

Sedangkan setiap predator, siapapun dia hidupnya saling gigit, dan tanpa masuk ke lingkaran pertandingan bola, kita tidak pernah dapat bola.

Kesalahan orang yang tak disadari bahwa

1. Dia ingin bebas.
Pak boleh minta nomor jenderal A?
Ada ini 081xxxxxxxxx tapi jangan bilang dari saya
Kenapa pak?
Saya tidak ingin terlibat

Alhasil beberapa bulan kemudian dia pensiun dan tidak terlibat apa pun alias di rumah saja.

2. Dia tidak mau terikat. Istilahnya low trust low relationship low interaction. Mana ada Konglomerat yang mau low trust?

3. Tidak paham bahwa koneksitas Konglomerat adalah melalui pengaman berlapis.

Ada seorang Mayor di sebuah kementerian..
Pak saya ada job (proyek)
Apa pak?
Kenal Brigjen anu, di staff irjen
Tidak pak
Lo job nya bareng beliau

Jadi orang tidak paham koneksitas Konglomerat itu saling kontrol

Gak ada orang yang bermaksud mikirin Anda tentu konglomerat mikirin cekikan dia sendiri, karena ini kritikal dan urgent, dia bayar Anda sedikit. Tapi bukan demi Anda.

Pada kondisi ada 11 orang bermain bertanding setiap pemain pernah kena tendang, pegang bola, terjepit, tercekik. Dan otomatis, kita mulai bisa menendang bola, walaupun harus tendang kaki lawan. Berkelompok persis kelompok singa.

 

Disclaimer: Artikel ini adalah kiriman dari pengguna VIVA.co.id yang diposting di kanal VStory yang berbasis user generate content (UGC). Semua isi tulisan dan konten di dalamnya sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis atau pengguna.