Menyongsong Sensus Pertanian 2023

Lahan Pertanian
Sumber :
  • vstory

VIVA – Indonesia akan melaksanakan sensus pertanian pada bulan Juni hingga Juli 2023. Sensus pertanian tersebut merupakan sensus pertanian ke-7 dalam sejarah Indonesia yang dimulai sejak tahun 1963. Unit usaha pertanian yang tercakup dalam sensus tersebut adalah rumah tangga usaha pertanian, non rumah tangga pertanian, dan perusahaan pertanian dengan melibatkan lebih dari 350 ribu petugas di seluruh Indonesia.

Jika ditelisik lebih dalam, sektor pertanian bukanlah sektor unggulan di Indonesia. Hal tersebut dapat dilihat dari besarnya kontribusi sektor pertanian dalam struktur PDB Indonesia setiap tahunnya. Kontribusi sektor pertanian cenderung terus menurun setiap tahunnya, di mana pada tahun 2010, sumbangsih sektor pertanian adalah sebesar 13,93 persen terhadap PDB Indonesia, sedangkan pada tahun 2021, kontribusi sektor pertanian menurun menjadi 13,28 persen. Kontribusi terbesar dalam struktur PDB Indonesia adalah sektor industri pengolahan yang konsisten berada dalam rentang 19-22 persen setiap tahunnya.

Lantas, mengapa Indonesia masih memerlukan sensus pertanian?

Meskipun sektor pertanian bukanlah sektor unggulan dalam sumbangsihnya terhadap PDB Indonesia, namun sebagian besar penduduk Indonesia bekerja pada sektor pertanian. Data tahun 2022 mencatat bahwa jumlah pekerja di sektor pertanian mencapai 40,6 juta (29,96 persen) dari seluruh penduduk Indonesia berusia 15 tahun yang bekerja. Lebih dari 1 dekade terakhir, jumlah pekerja di sektor pertanian selalu menempati peringkat pertama dibandingkan sektor lainnya di Indonesia. Namun, dari banyaknya pekerja di sektor pertanian tersebut, lebih dari setengahnya hanya menamatkan pendidikan hingga jenjang Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP), bahkan lebih dari 10 juta pekerja sektor pertanian tidak menamatkan pendidikan SD.

Selain itu sektor pertanian juga menjadi penyumbang terbesar rumah tangga miskin di Indonesia, lebih dari 49 persen rumah tangga miskin bekerja di sektor pertanian. Faktanya, petani skala kecil di Indonesia hanya mampu meraup pendapatan bersih sebesar 5,2 juta rupiah dalam setahun. Rendahnya pendapatan bersih tersebut, disebabkan besarnya pengeluaran untuk menjalankan usaha pertaniannya. Di samping itu, petani skala kecil memiliki produktivitas yang rendah dibanding petani skala besar dengan pendapatan sebesar 215.000 rupiah per hari kerja. Rendahnya produktivitas tersebut menyebabkan rendahnya produksi yang dihasilkan. Salah satu penyebabnya adalah belum banyaknya pemanfaatan teknologi dalam produksi pertanian.

Padahal produk sektor pertanian merupakan kebutuhan utama setiap penduduk di dunia, termasuk Indonesia. Apabila produksi pertanian terus menurun dan jumlah penduduk terus bertambah, maka di masa depan setiap manusia akan terancam mengalami kelangkaan bahan pangan dan kelaparan. Dari berbagai persoalan tersebut, kehadiran sensus pertanian akan menjawab berbagai tantangan global pertanian dengan menyediakan data faktual mengenai kondisi pertanian di Indonesia.

Secara umum, sensus pertanian 2023 bertujuan untuk memberikan gambaran secara komprehensif mengenai kondisi pertanian di Indonesia, selain itu untuk meningkatkan kualitas statistik pertanian sebagai kerangka sampel berbagai survei pertanian, dan mereformasi kualitas desain kebijakan khususnya di sektor pertanian dalam mewujudkan sistem ketahanan pangan yang terintegrasi.

Indonesia melaksanakan sensus pertanian berpegang teguh kepada pedoman Food Agriculture Organization (FAO) mengenai World Program of the Census of Agriculture (WCA), sehingga data yang dihasilkan terstandarisasi dan dapat dibandingkan antar negara. Sensus Pertanian 2023 akan sedikit berbeda dengan Sensus Pertanian sebelumnya, di mana akan ada 4 tujuan yang hendak dipenuhi, yaitu tersedianya data struktur pertanian dan indikator SDGs pertanian, petani kecil, geospasial pertanian, dan manajemen pertanian. Selain itu, proses pengumpulan data akan menggunakan Computer Assisted Personal Interview dan Computer-Assisted Web Interviewing di daerah perkotaan dan sebagaian provinsi di Indonesia.

Hingga saat ini, beberapa indikator SDGs di sektor pertanian Indonesia belum terpenuhi secara komprehensif, seperti indikator proporsi lahan pertanian di bawah kriteria lahan produktif dan berkelanjutan (2.4.1), proporsi penduduk pertanian dengan kepemilikan atas lahan pertanian  (5.a.1), dan volume produksi per unit tenaga kerja untuk petani skala kecil (2.3.1). Sensus pertanian 2023 akan menjawab kebutuhan indikator SDGs sektor pertanian. Selain itu, berperan sebagai kerangka sampel survei ekonomi pertanian yang akan dilaksanakan pada akhir 2023 dan survei produksi dan lingkungan pertanian yang akan berlangsung pada tahun 2024.

Sensus Pertanian 2023 juga akan membawa pembaharuan konsep dan definisi petani kecil di Indonesia. FAO mengklasifikasikan petani kecil ke dalam 2 ukuran, yaitu ukuran fisik dan ukuran ekonomi. Ukuran fisik meliputi lahan pertanian yang dikelola dan jumlah ternak yang diperlihara. Apabila seorang petani mengelola lahan pertanian kurang dari 2 hektar, maka petani tersebut memenuhi kriteria petani kecil, sedangkan untuk jumlah ternak yang dipelihara, satuan yang akan digunakan adalah Tropical Livestock Unit (TLU), dimana TLU dihitung dengan membagi berat hidup setiap ternak dengan berat hidup ternak terbesar di Indonesia, 1 TLU setara dengan 1 ekor sapi. Berdasarkan definisi FAO, petani yang memelihara ternak kurang dari 3 TLU akan diklasifikasikan sebagai petani kecil. Pada ukuran ekonomi, petani yang memiliki pendapatan kurang dari 18,8 juta rupiah dalam setahun akan dikategorikan sebagai petani kecil.

Sensus pertanian 2023 juga akan menjadi kesempatan pertama bagi Indonesia dalam mengumpulkan data geospasial unit usaha pertanian. Data geospasial tersebut, yaitu data lokasi koordinat dan foto rumah unit usaha pertanian. Data geospasial tersebut akan menjadi pelengkap dalam pengumpulan informasi unit usaha pertanian.

Selanjutnya, cakupan baru yang juga akan tersedia di dalam sensus pertanian 2023 adalah manajemen dalam unit usaha pertanian. Data tersebut bertujuan untuk mengumpulkan informasi mengenai penyuluhan yang pernah diperoleh, penggunaan teknologi dalam pertanian, pencatatan kegiatan usaha pertanian, hingga bentuk asuransi pertanian yang pernah diikuti. Data-data tersebut bermanfaat untuk mengetahui sistem manajemen pertanian dalam mengukur keberlanjutan sistem pertanian di Indonesia. Selain itu, untuk wilayah perkotaan, terdapat juga pertanyaan mengetahui implementasi urban farming seperti hidroponik, aquaponik, vertikulture, dan media terpal.

Sensus Pertanian 2023 akan menjawab isu pertanian global seperti ketahanan pangan, kelangkaan pangan, pertanian berkelanjutan, penggunaan teknologi pertanian dan aging farmers di Indonesia, sehingga menghasilkan data pertanian yang komprehensif dan terintegrasi sebagai langkah awal peningkatan kualitas pertanian di Indonesia.

 

Disclaimer: Artikel ini adalah kiriman dari pengguna VIVA.co.id yang diposting di kanal VStory yang berbasis user generate content (UGC). Semua isi tulisan dan konten di dalamnya sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis atau pengguna.