Beras Penyumbang Terbesar Garis Kemiskinan Indonesia

Gerakan berbagi membantu sesama dengan memberi beras
Sumber :
  • vstory

VIVA – Berdasarkan Berita Resmi Statistik (BRS) yang dirilis Badan Pusat Statistik (BPS) pada 16 Januari 2023 tentang Profil Kemiskinan Indonesia September 2022 disebutkan bahwa Persentase Penduduk Miskin September 2022 naik menjadi 9,57 persen. Angka ini meningkat 0,03 persen terhadap Maret 2022 (9,54 persen) namun menurun 0,14 persen terhadap September 2021 (9,71 persen).

Pada September 2022, komoditas makanan yang memberikan sumbangan terbesar pada Garis Kemiskinan (GK), baik di perkotaan maupun di perdesaan adalah komoditas beras. Beras memberi sumbangan terbesar GK di perkotaan sebesar 18,98 persen, dan di perdesaan sebesar 22,96 persen. Hal ini menunjukkan bahwa beras adalah komoditas yang sangat strategis untuk selalu dipantau karena bahan makanan pokok yang konsumsi terbesar masyarakat termasuk masyarakat miskin, yang dipantau juga gejolak harganya berkaitan dengan naik turunnya inflasi nasional.

Dengan demikian sudah menjadi tugas negara untuk menjamin keberadaan, keamanan stok beras nasional dan juga stabilitas harga yang harus dipantau setiap saat baik pada level pusat sampai daerah. Tugas kita semua untuk membantu mengentaskan saudara-saudara yang masih berada di bawah garis kemiskinan menjadi keluar dari jerat kemiskinan. Dimulai dari pola pikir yang yang harus diubah, bahwa Tuhan sudah memberikan kekayaan dan kecukupan pada setiap hambanya, jadi kita diciptakan Tuhan sudah dengan fasilitas sarana dan prasarana yang tidak terhitung. Tidak ada kata miskin tapi cukup. 

Kesadaran warga masyarakat yang timbul dari dalam baik dalam wadah yang kecil keluarga dengan membantu keluarga di sekitarnya yang masih membutuhkan bantuan kanan kiri inilah yang bisa dientaskan, kalau mempunyai anak yang masih sekolah dibantu untuk bisa sampai selesai pendidikannya dan mendapatkan pekerjaan sehingga keluarganya sudah bisa keluar dari lingkaran setan kemiskinan.

Kalau ditanggung satu keluarga dirasa berat bisa gabungan beberapa keluarga. Lebih luas lagi misalnya komunitas yang dibentuk jemaah haji di satu dusun atau desa untuk mengentaskan warga miskin yang ada daerah tersebut. Takmir masjid mengentaskan jemaahnya yang masih membutuhkan bantuan, meskipun warga tidak minta karena dia sudah merasa cukup tapi takmir berpandangan agar lebih sejahtera warga jemaah masjidnya.

Selain di atas, misalnya yang sudah menjadi ASN baik sendiri atau beberapa ASN menjadi orang tua asuh bagi anak-anak yang membutuhkan bantuan untuk pendidikan sampai selesai pendidikannya, sehingga tugas anak-anak hanya khusus belajar mendapatkan ilmu dan pengalaman, sedangkan biaya konsumsi dan pendidikan sudah dicukupi orang tua asuhnya.

BUMN, BUMD, Pengusaha, Perusahaan, Pabrik yang menyisihkan CSR bisa mengalokasikannya untuk turut mengentaskan warga miskin yang ada di sekitar pabrik, atau tempat yang jauh yang belum dijamah bantuan, tugas pemerintah juga memastikan ketepatan data penerima bantuan, dan memilah mana saja yang sudah diberi bantuan dan mana yang belum, agar jangan sampai masyarakat yang membutuhkan mendapat bantuan yang menumpuk berlimpah dan mana yang belum tersentuh bantuan. Tentu dengan kesadaran masyarakat penerima bantuan juga jujur memberikan data yang sebenarnya dana apa adanya, dan kalau sudah menerima bantuan, memberitahu sudah ada yang membantu dan menyampaikan bahwa masih warga yang lebih membutuhkan untuk bisa dibantu, sehingga penerima bisa bantuan merata.

Selain beras, rokok kretek filter ternyata memberikan sumbangan terbesar kedua terhadap Garis Kemiskinan di perkotaan sebesar 11,10 persen dan 10,48 persen di perdesaan. Sehingga perlu dibangun pemahaman warga miskin untuk mengurangi kebiasaan merokok dan menggantinya dengan yang lain yang lebih banyak manfaatnya. Komoditas lainnya adalah daging ayam ras (4,43 persen di perkotaan dan 3,03 persen di perdesaan), telur ayam ras (4,10 persen di perkotaan dan 3,47 persen di perdesaan), mie instan menyumbang GK 2,44 persen di perkotaan dan 2,22 persen di perdesaan), gula pasir (1,82 persen di perkotaan dan 2,51 persen di perdesaan.

Adapun komoditas bukan makanan yang memberikan sumbangan terbesar baik pada GK perkotaan dan perdesaan adalah perumahan yakni 9,12 persen di perkotaan dan 8,51 di perdesaan, selanjutnya bensin menyumbang kenaikan GK  3,91 persen di perkotaan dan 3,57 persen di perdesaan. Kemudian listrik menyumbang kenaikan GK sebesar 2,85 persen di perkotaan dan 1,57 persen di perdesaan.

Untuk mengukur kemiskinan, BPS  menggunakan konsep kebutuhan dasar (basic needs approach) Handbook on Poverty and Inequality: The World Bank, 2009. Dengan pendekatan ini, kemiskinan dipandang sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi dasar makanan dan bukan makanan yang diukur menurut garis kemiskinan  (makanan dan bukan makanan). Garis kemiskinan makanan adalah nilai pengeluaran kebutuhan minimum makanan (setara 2100 kalori per kapita per hari). Sedangkan garis kemiskinan bukan makanan adalah nilai minimum pengeluaran untuk perumahan, sandang, pendidikan, kesehatan, dan kebutuhan pokok non makanan lainnya. Penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan di bawah Garis Kemiskinan.

Jumlah penduduk miskin pada September 2022 sebesar 26,36 juta, sedangkan jumlah penduduk miskin di D.I. Yogyakarta pada September 2022 sebesar 463,63 ribu orang. Persentase penduduk miskin pada September 2022 sebesar 11,49 persen.

Garis kemiskinan pada September 2022 tercatat sebesar Rp 535.547,00/kapita/bulan dengan komposisi Garis Kemiskinan Makanan (GKM) sebesar Rp 397.125,00 (74,15 persen) dan Garis Kemiskinan Bukan Makanan (GKBM) sebesar Rp 138.422,00 (25,85 persen). Sedangkan GK DIY sebesar Rp 551.342,00/kapita/bulan. GKM DIY sebesar Rp 398.363,00 (72,25 persen) dan GKBM sebesar Rp 152.979,00 (27,75 persen).

Pada September 2022, secara rata-rata rumah tangga miskin Indonesia memiliki 4,34 orang anggota rumah tangga. Dengan demikian, besarnya Garis Kemiskinan per rumah tangga miskin secara rata-rata sebesar Rp 2.324.274,00/rumah tangga miskin/bulan. Sedangkan di DIY rata-rata 1 rumah tangga miskin di DIY memiliki 4,20 anggota rumah tangga, sehingga GK DIY sebesar Rp 2.315.636,00/ruta miskin/bulan.

Disclaimer: Artikel ini adalah kiriman dari pengguna VIVA.co.id yang diposting di kanal VStory yang berbasis user generate content (UGC). Semua isi tulisan dan konten di dalamnya sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis atau pengguna.