Antara Remaja Masjid, Jusuf Kalla, dan Perdamaian Dunia
- vstory
VIVA – Perhimpunan Remaja Masjid (PRIMA) Dewan Masjid Indonesia (DMI) senantiasa berkontribusi aktif dalam usaha-usaha mewujudkan perdamaian dunia dan memelihara ketertiban global. Antara lain melalui pendekatan edukatif berbasis literasi ilmiah serta penggunaan teknologi audio visual berbasis media massa elektronik.
Hal ini menjadi amanat konstitusi, sebagaimana tertulis dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar (UUD) Negara Republik Indonesia (RI) Tahun 1945 alinea keempat. Tepatnya pada kalimat berikut: “....dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial...” Sejumlah isu perdamaian dunia pun dibahas secara konsisten dan berkelanjutan oleh Pimpinan Pusat (PP) PRIMA DMI.
Misalnya penjajahan zionis Israel terhadap bangsa Palestina, konflik dan perang berlarut-larut di Afghanistan, perang terbuka antara Federasi Rusia versus Republik Ukraina, dan konflik sosial dan politik di Timur Tengah. Masalah-masalah lainnya juga dibahas seperti intervensi militer Amerika Serikat dan North Atlantic Treaty Organization (NATO) di sejumlah negara seperti Afghanistan, Iraq, Libya, Iran dan Suriah, serta pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) terhadap etnik minoritas Muslim Uyghur di Provinsi Xinjiang, Republik Rakyat China (RRC).
Sebagai Ketua Bidang (Kabid) Luar Negeri dan Kemitraan Internasional PP PRIMA DMI, penulis berpendapat bahwa Pembukaan UUD Negara RI Tahun 1945 pada alinea keempat itu merupakan pengejawantahan dari firman Allah Subhanahu Wa Ta’ala (SWT) dalam kitab suci Al-Qur’an, Surat Al-Hujurat Ayat 13, yakni:
Artinya: "Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling takwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal."
Dengan demikian, sesuai amanat Pembukaan UUD Negara RI Tahun 1945 pada alinea keempat, maka perdamaian abadi menjadi salah satu fondasi utama dari terwujudnya ketertiban dunia, bersama-sama dengan dua fondasi utama lainnya, yakni kemerdekaan dan keadilan sosial. Tiga fondasi ini mustahil terwujud tanpa adanya rasa saling kenal-mengenal antar suku dan antar bangsa yang berbeda-beda di dunia.
Sesuai dengan firman Allah SWT dalam Al-Qur’an, Surat Al-Hujurat Ayat 13, maka munculnya aneka ragam suku dan bangsa di dunia ini merupakan kehendak Allah SWT. Tujuannya agar antar suku dan bangsa dapat saling kenal-mengenal, guna menjalin silaturahmi antar sesama manusia, ukhuwah Insaniyah. Penyebabnya, seluruh suku dan bangsa itu berasal dari satu keturunan yang sama, yakni Nabi Adam Alaihis Salam (AS) dan ibunda Siti Hawa. Konsekuensi logisnya, setiap suku dan bangsa memiliki derajat yang sama di hadapan Allah SWT, tidak ada diskriminasi dan keistimewaan khusus hanya karena perbedaan ras, adat istiadat, budaya, suku bangsa, dan negara. Satu-satunya hal yang membedakan setiap manusia di hadapan Allah SWT ialah derajat iman dan takwa kepada-Nya, bukan keunggulan tertentu berdasarkan ras, budaya, adat-istiadat, suku bangsa, dan negara.
Selain itu, terkait kontribusi aktif untuk mewujudkan perdamaian dunia dan memelihara ketertiban global, PRIMA DMI berpegang teguh kepada Nilai Keislaman dan Nilai Keilmuan, sebagaimana tertulis dalam Mukadimah Anggaran Dasar (AD) PRIMA DMI.
Dalam penjelasan tentang ‘Nilai Keislaman”, tertulis: “Menegakkan dan menjunjung tinggi nilai-nilai ajaran Islam. Islam yang dimaksud adalah agama rahmatan lil a’lamin yang membawa kebenaran, keadilan, kesejahteraan, dan ketentraman bagi seluruh umat manusia yang bersumber dari Al-Qur’an dan as-Sunnah......”. Sedangkan dalam definisi ‘Nilai Keilmuan,’ tertulis: “Terbentuknya remaja Muslim yang berilmu. Nilai ini menunjukkan bahwa PRIMA DMI memiliki perhatian serius terhadap ilmu pengetahuan. Dengan ilmu pengetahuan kita akan mengetahui dunia secara luas, tidak hanya sebagian saja. Karena dari waktu ke waktu, ilmu pengetahuan akan terus berkembang dan berubah. PRIMA DMI berkeyakinan, ilmu pengetahuan adalah jendela dunia”.
Dalam konteks ikhtiar mewujudkan perdamaian dunia dan memelihara ketertiban global, PRIMA DMI berusaha maksimal untuk menerjemahkan nilai-nilai Keislaman dan Keilmuan dalam bentuk program kerja. Terkait hal ini, penulis berpandangan bahwa perdamaian dan ketertiban dunia merupakan konsekuensi logis dari karakteristik agama Islam yang rahmatan lil a’lamin, yakni agama yang menjadi rahmat, kasih sayang, karunia dan berkah serta nikmat luar biasa bagi seluruh alam semesta. Agama Islam bersumber dari kitab suci Al-Qur’an dan as-Sunnah yang membawa kebenaran, keadilan, kesejahteraan dan ketentraman bagi seluruh umat manusia. Dengan demikian, perdamaian dan ketertiban dunia mustahil terwujud tanpa tegaknya kebenaran dan keadilan di dalam suatu tatanan masyarakat, suku bangsa dan negara.
Lalu perdamaian dunia menjadi prasyarat utama dalam mewujudkan kesejahteraan dan ketentraman masyarakat global. Empat karakteristik ini telah tercakup dan tertulis jelas dalam ajaran agama Islam yang bersifat rahmatan lil a’lamin, sebagaimana diajarkan oleh Rasulullah Muhammad Shallallahu A’laihi Wa Sallam (SAW) kepada para sahabatnya. Keempat karakteristik itu juga terkait erat dengan ikhtiar PRIMA DMI dalam mewujudkan perdamaian dunia dan ketertiban global.
Lebih lanjut, sosok Ketua Umum PP DMI, Dr. (H.C.) Drs. H. Muhammad Jusuf Kalla, M.B.A., dikenal luas sebagai tokoh perdamaian global yang telah berkontribusi aktif dalam proses perjanjian dan negosiasi damai di Aceh, Ambon, Poso dan Afghanistan, serta Palestina. Ia menjadi penggagas dan pelopor perdamaian dengan para pihak yang awalnya ingin memisahkan diri dari Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), serta dengan pihak-pihak yang saling konflik akibat kesenjangan ekonomi dan konflik berlatar belakang sosial politik.
Wakil Presiden (Wapres) RI Ke-10 dan Ke-12 ini juga mengemban amanat sebagai Ketua Umum Palang Merah Indonesia (PMI) Pusat. PMI menjadi salah satu organisasi terdepan yang terjun langsung ke lapangan saat terjadi bencana alam. Tujuannya pun sangat mulia, yakni menolong para korban yang tertimpa bencana, baik luka ringan maupun luka berat, serta mengevakuasi para korban yang telah meninggal dunia.
Terkait masalah konflik dan perdamaian dunia, penulis teringat dengan kata-kata mutiara yang pernah diucapkan oleh tokoh nasional kelahiran Kecamatan Watampone, Kabupaten Bone, Provinsi Sulawesi Selatan, pada 15 Mei 1942 silam. Tepatnya saat Daeng Ucu, panggilan akrab Muhammad Jusuf Kalla (JK), meresmikan bentang ruang Masjid Raya Baiturrahman di Kota Banda Aceh, Provinsi Aceh. “Itulah saya selalu sampaikan, tujuan kita adalah kemakmuran dan kesejahteraan, tapi tidak ada kesejahteraan tanpa keamanan, tanpa kedamaian, dan tidak ada kedamaian tanpa keadilan, semuanya harus bersama-sama kita lakukan. Masjid menjadi pengingat kita akan hal tersebut,” tutur JK yang juga Ketua Dewan Etik Korps Alumni Himpunan Mahasiswa Islam (KAHMI) itu pada Sabtu, 13 Mei 2017, seperti dikutip dari laman https://www.antaranews.com/berita/629046/kata-jusuf-kalla-soal-mesjid-dan-perdamaian. Menurutnya, kedamaian adalah modal pokok. Namun di atas kedamaian, hal yang juga penting adalah keadilan.
Kemudian penulis pun merasa sangat bersyukur kepada Allah SWT. Alhamdulillahi Rabbil A’lamin, atas izin dan kehendak-Mu Ya Allah, PRIMA DMI telah menjalin kerja sama erat dan kemitraan strategis dengan TAWAF TV, khususnya dalam program siaran ‘Khazanah Timur Tengah’ yang telah berlangsung sejak akhir 2019 lalu. Bahkan hingga kini, telah berlangsung proses pengambilan video sebanyak 83 episode yang terbagi dalam lima sesi (tahapan), dengan jumlah total 36 narasumber.
Setiap episode memiliki durasi 30 menit dan terbagi atas tiga segmen, yakni segmen pembuka, pembahasan, dan penutup. Dalam program ini, penulis menjadi pembawa acara (host) dan memiliki kewenangan luas untuk menentukan narasumber dan tema acara, tentu saja dengan sikap terbuka dalam menerima usul, saran dan kritik dari berbagai pihak. Secara umum, setiap narasumber mengisi acara untuk dua episode, meskipun ada juga narasumber yang mengisi acara sebanyak lima episode, empat episode, tiga episode, dan satu episode.
Bahkan Ketua Umum PP PRIMA DMI, Ahmad Arafat Aminullah, S.T., telah menjadi narasumber untuk dua episode dengan tema: “Refleksi Perjalanan Menuju Baitullah Bagi Remaja Masjid” dan “Sikap Remaja Masjid Terhadap Konflik Timur Tengah”. Narasumber lainnya Ketua Pimpinan Wilayah (PW) PRIMA DMI Provinsi Jawa Barat, Dr. Pandu Hyangsewu, S.T.H.I., M.Ag., yang mengisi dua episode dengan tema: “Sistem Pendidikan Islam di Mesir” dan “Toleransi Antar Umat Beragama di Mesir”.
Program siaran ‘Khazanah Timur Tengah’ di Tawaf TV merupakan ikhtiar sungguh-sungguh PRIMA DMI untuk berkontribusi aktif dalam melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial. Dalam prosesnya, PRIMA DMI berkolaborasi dan menjalin kemitraan strategis dengan Tawaf TV dalam rangka meningkatkan literasi umat terhadap isu-isu perdamaian dunia secara akurat dan terpercaya. Dalam konteks ini, masjid menjadi elemen penting dalam diplomasi Indonesia dengan negara-negara anggota Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) yang berpenduduk Mayoritas Muslim, misalnya Kerajaan Arab Saudi, Republik Turki, dan Republik Arab Mesir. Sebagai negara berpenduduk Muslim terbesar di dunia, Indonesia memiliki lebih dari 800 ribu masjid dan musholla yang tersebar dari wilayah Sabang sampai Merauke, serta dari Pulau Miangas hingga Pulau Rote. Terkait hal ini, Pendiri dan Penggagas PRIMA DMI, Ustaz Drs. H. Muhammad Natsir Zubaidi, yang juga Ketua PP DMI, telah menjadi narasumber dalam program ‘Khazanah Timur Tengah’ sebanyak dua episode. Adapun tema yang dibahas yakni: “Dunia Islam Abad Ke-21: Peradaban Masjid,” dan tema: “Dunia Islam Abad Ke-21: Organisasi Masjid”.
Narasumber lainnya dalam program ‘Khazanah Timur Tengah’ di Tawaf TV ialah Wakil Ketua Umum PP DMI, Komisaris Jenderal (Komjen) Polisi (Pol.) (Purn.) Dr. (H.C.) Drs. H. Syafruddin Kambo, M.Si. Beliau menjadi narasumber untuk satu episode dengan tema: “Dunia Islam Abad Ke-21: Prospek Hubungan Indonesia – Timur Tengah”. Sebagai negara berpenduduk Muslim terbesar di dunia, anggota OKI, dan negara yang melaksanakan sistem demokrasi, Indonesia memiliki peran penting dan strategis dalam hubungan kerja sama dengan negara-negara di kawasan Timur Tengah. Kerja sama dan hubungan diplomatik ini sangat luas, meliputi bidang politik, ekonomi, pendidikan, sosial budaya dan keagamaan Islam. Misalnya, atas nama solidaritas moral dan kemanusiaan, serta dukungan penuh terhadap perjuangan kemerdekaan Palestina, Indonesia tidak pernah membuka hubungan diplomatik dengan Israel hingga kini.
Indonesia juga telah membangun kampus Universitas Islam Internasional Indonesia (UIII). Bahkan Pemerintah RI, khususnya Kementerian Agama (Kemenag) RI, telah membangun kemitraan strategis untuk mengembangkan dan memajukan sistem pendidikan di Kampus UIII, misalnya dengan sejumlah perguruan tinggi seperti Universitas Al-Azhar di Mesir, Universitas Qurawiyyin di Maroko, dan Universitas Sousse di Tunisia. Dalam konteks ini, Wapres RI ke-10 dan ke-12, Muhammad Jusuf Kalla, yang juga Ketua Umum PP DMI, telah terlibat sangat aktif dalam proses pembangunan Kampus UIII sejak awal. Jejak langkah itu terlihat jelas dalam proses komunikasi aktif dan konstruktif antara Wapres JK dengan para penggagas berdirinya UIII seperti almarhum Prof. Dr. Bachtiar Effendi. Selain itu, DMI sedang dalam proses membangun Museum Sejarah Nabi Muhammad SAW dan Peradaban Islam, bekerja sama dengan Liga Dunia Islam atau Rabithah al-Alam al-Islami dan Yayasan Waqaf as-Salam Makkah al-Mukarramah.
Terkait pembangunan Kampus UIII, Wakil Ketua Umum PP DMI, Komjen Pol. (Purn.) Dr. (H.C.) Drs. H. Syafruddin, M.Si., menyatakan bahwa: “Diplomasi tangan di atas dari bangsa Indonesia, khususnya umat Islam, menjadi filosofi mendasar dan semangat awal dari para perintis, penggagas dan pendiri Kampus UIII di Kota Depok, Provinsi Jawa Barat”. Beliau menyatakan hal ini pada Jumat siang, 8 April 2022, sewaktu menjadi narasumber dalam program ‘Khazanah Timur Tengah’ di Tawaf TV. Menurutnya, terdapat pemikiran agar di masa depan, para pelajar Muslim dari luar negeri dapat menempuh pendidikan tinggi di Kampus UIII dengan beasiswa penuh dari pemerintah Indonesia. “Diplomasi tangan di atas harus diutamakan oleh bangsa Indonesia, khususnya dalam bidang pendidikan,” paparnya.
Menyikapi pernyataan Waketum PP DMI, penulis sangat setuju dengan ide dan gagasan dasar agar bangsa Indonesia, khususnya umat Islam, mengutamakan diplomasi tangan di atas dalam pergaulan internasional, termasuk saat menjalin hubungan luar negeri dan kemitraan internasional dengan negara-negara sahabat dan entitas asing lainnya. PRIMA DMI berpendapat bahwa ikhtiar ‘Diplomasi Tangan di Atas’ oleh bangsa Indonesia meliputi kontribusi aktif, strategis dan konstruktif pemerintah dan masyarakat dalam upaya memelihara ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial. Hal ini menjadi pengejawantahan dari konsep politik luar negeri bebas aktif yang telah dijalankan secara konsisten oleh bangsa Indonesia sejak memproklamasikan kemerdekaannya pada 17 Agustus 1945. (Muhammad Ibrahim Hamdani, S.I.P., M.Si., Ketua Bidang Luar Negeri dan Kemitraan Internasional PP PRIMA DMI)