Gerak Pendidikan Indonesia Lakukan Trasformasi Digital

ilustrasi oleh : pixabay.com
Sumber :
  • vstory

VIVA – Berbicara dunia digital tidak lepas dari berbagai aspek yang terpengaruh masuk dalam ranah digital salah satunya adalah pendidikan, lalu apakah kita harus anti dengan situasi ini atau beradaptasi dengan keadaan yang dinamis berkembang pesat.

Kita perlu melihat bersama bahwa perlahan tapi pasti semua aktivitas pindah ke platform digital. Aktivitas yang pada mulanya berlangsung secara konvensional dan dengan alat yang seadanya, seiring kemajuan zaman dan tuntutan kebutuhan yang serba semakin kuat, akses dan manfaat teknologi semakin perlu dilakukan.

Dalam dunia yang semakin berkembang ini, persaingan bukan lagi dalam lingkup kecil namun telah masuk era globalisasi, apalagi dalam dunia pendidikan, kita perlu menjadikan siswa sebagai mereka yang lahir langsung berhadapan dengan internet yang serba sudah tersedia. Namun demi keberhasilan digitalisasi pendidikan Indonesia masih butuh kesiapan dari setiap aspek, dari lembaganya maupun sumber daya manusianya. Meski gagasan tentang transformasi digital sudah tersebar luas sejak wabah pandemi Covid -19 merundung masyarakat global diawal tahun 2020.

Pada dasarnya, penggunaan TIK dalam proses pembelajaran memang sudah bukan hal yang asing lagi dalam era globalisasi seperti sekarang ini. Adanya jejaring internet memungkinkan kita untuk dapat belajar kapan dan di mana saja dengan lingkup yang sangat luas. Misalnya, dengan fasilitas email, chatting, e-book, e-library dan lain sebagainya. Kita dapat saling berbagi informasi tanpa harus bertatap muka langsung dengan sumber informasi tersebut. Karena, semua informasi yang kita inginkan dapat kita peroleh hanya dengan mengakses internet.

Pada saat ini juga, teknologi informasi dan komunikasi (TIK) tengah memegang peranan yang sangat penting dalam bidang pendidikan. Salah satu penerapannya antara lain sebagai pemanfaatan sarana multimedia dan media internet dalam proses pembelajaran. Pemanfaatan sarana multimedia dalam proses pembelajaran diwujudkan melalui modul-modul pembelajaran yang lebih interaktif dan menarik minat pembelajar, misalnya penggunaan flash, adanya penjelasan melalui media suara/audio dan penambahan fitur-fitur yang dapat meningkatkan partisipasi aktif dari siswa.

Lalu apakah dalam hal ini pendidikan kita siap untuk beradaptasi secara merata? Rektor Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Mochamad Ashari mengatakan, perkembangan dunia teknologi di Indonesia belum merata. Begitu pula pemanfaatannya di dunia pendidikan, sehingga pendidikan digital masih sebatas pelengkap di Indonesia. "Sekarang teknologi itu sangat belum merata, diversity (keberagaman) bedanya jauh sekali, jangankan komunikasi ya, listrik saja yang menjadi kebutuhan dasar itu masih banyak saudara-saudara kita yang belum mendapatkan," ujar Ashari dalam Bincang Perspektif Trakindo

Namun untuk wilayah kota, belajar dengan memanfaatkan perkembangan teknologi yang begitu cepat, sangat mungkin dilakukan. "Di kota itu yang infrastrukturnya sudah cukup lengkap, itu suatu kebutuhan. Yang hidup di kota, begitu menggunakan HP dan baterainya habis, itu hilang gaya, tapi anak-anak kita yang di 3T itu, jangankan mikir masalah charger, masih belum punya bayangan," tutupnya Ashari.

Memang dengan begitu luas dan masih sulitnya akses menuju wilayah di Negara ini, transformasi digital tidak hanya menjadi substitusi, tetap yang konvensional masih akan tetap karena belum meratanya infrastruktur. Mengutip kompas.id, Bantuan perangkat TIK untuk sekolah-sekolah melalui program digitalisasi pendidikan yang tahun ini oleh pemerintah melalui Kemendikbudristek dianggarkan Rp 3,7 triliun (Kompas, 4/8/2021)

Bagamaina usaha Kemendikbudristek dalam upaya untuk perlahan melakukan trasformasi pendidikan, dengan menurunkan anggaran yang begitu banyak dalam penunjang fasilitas. Ada harapan di sini untuk kemajuan pendidikan di samping ada ketimpangan yang semakin jauh. Sulitnya dalam melaksanakan pendidikan dikarenakan jalan menuju lokasi jauh, jalan rusak,dan perubahan iklim yang tidak menentu menjadi kendala.

Menurut Levin (2003, p. 7) ada dua hal yang terpenting pada pemerataan pendidikan, yaitu access dan participation. Belcastro (2015, p. 429) menambahkan negara yang tidak sanggup menjaga quality education opportunities for all children merupakan sebuah kegagalan dalam demokrasi. Pemerataan pendidikan jika dilihat dari pelaksanaannya terbagi menjadi tiga kategori yang paling penting dalam pendidikan, yaitu kesempatan belajar atau sekolah, mutu atau kualitas pendidikan, dan akses yang merata.

Usaha pemerintah dalam memajukan trasformasi digital dalam proses peningkatan dengan banyaknya pemasangan kabel optik, Menteri Kominfo Johnny G. Plate  menegaskan, pembangunan the last mile berupa base transceiver station (BTS) juga ditargetkan rampung seluruhnya pada 2022. "Kita akan membangun BTS untuk melengkapi seluruh desa dan kelurahan di Indonesia yang totalnya sebanyak 83.218 desa dan kelurahan. Pasalnya, 12.548 di antaranya itu masih blankspot," ujar Johnny G. Plate.

Tercatat dari total 12.548 desa dan kelurahan yang belum terjangkau layanan telekomunikasi, sebanyak 3.435 di antaranya berada di wilayah komersial dan sisanya 9.113 di wilayah terluar, terpencil, dan terdepan (3T) atau nonkomersial. Diharapkan di akhir 2022 seluruh desa dan kelurahan yang blankspot itu sudah terlayani dengan sinyal 4G.

Dalam acara virtual Amazon Web Services (AWS) bersama Kemendikbud Ristek, Nizam menyampaikan bahwa transformasi digital di Indonesia merupakan salah satu yang tercepat di dunia. Saat ini pengguna internet di Indonesia sudah mencapai lebih dari 200 juta pengguna. Bahkan, rata-rata setiap pengguna mengakses internet selama 8 jam 36 menit sehari.

Semakin pesatnya pengguna internet dan mereka yang menikmati fasilitas teknologi di Indonesia, mirisnya tidak semuanya dapat menikmati karena masih ada ketimpangan. Di antara tujuan Indonesia merdeka adalah mencerdaskan kehidupan bangsa dan mewujudkan kesejahteraan umum. Amanat konstitusi ini begitu jelas dan tegas tercantum dalam pembukaan UUD 1945. Sehingga menjiwai seluruh bangsa Indonesia. Bahkan dalam amandemen UUD 1945, secara tegas disebutkan bahwa negara wajib menyediakan 20 persen dari total APBN untuk pendidikan. Hal ini tentu saja dimaksudkan agar seluruh rakyat Indonesia menjadi cerdas dan berkualitas, sehingga mampu mengangkat derajat diri, keluarga, dan bangsa.

Peluang Indonesia untuk berkembang pesat dalam teknologi digital memang tidak mustahil dengan banyaknya dana yang diturunkan dalam berbagai pembangunan peningkatan internet di samping itu juga di imbang dengan adanya bantuan fisik dan non fisik ke sekolah-sekolah dalam ranah TIK. tinggal bagaimana mereka yang memiliki amanah untuk membangun bisa amanah tanpa adanya kecurangan atau curi-curi keuntungan, maka dari itu perlunya ada pengawasan dari kita, meski tidak sedikit orang orang yang masih tidak setuju dengan perkembangan teknologi yang begitu masif.

 

 

 

Disclaimer: Artikel ini adalah kiriman dari pengguna VIVA.co.id yang diposting di kanal VStory yang berbasis user generate content (UGC). Semua isi tulisan dan konten di dalamnya sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis atau pengguna.