Monopoli Sebagai Pintu Masuk Koneksitas Konglomerat
- vstory
VIVA – Sekali lagi pintu masuk ke dalam konglomerat adalah melalui kaca mata monopoli. Kenapa? Monopoli adalah kesepakatan jahat.
Sifatnya monopoli adalah membunuh kompetitor. Otomatis adanya monopoli membuka friksi gejolak antar kompetitor. Korbannya banyak.
Monopoli adalah kejahatan. Buktinya ada pengadilan khusus monopoli yaitu Komisi Pengawasan Persaingan Usaha (KPPU). Tapi KPPU ini sedikit mandul. Mereka punya penyidik, penuntut sendiri dalam satu kantor. Jaksa KPPU tidak dibantu koneksitas dengan kejaksaan agung.
Sehingga kasus kejahatan monopoli sayup-sayup nyaris tak terdengar.
Bisnis di Indonesia sangat liberal termasuk dibandingkan dengan USA.
Di Amerika monopoli diawasi oleh penyidik federal FBI. Hanya di Indonesia monopoli bebas jalan tol bebas hambatan.
Cara cepat untuk mendalami peta konglomerat, adalah gunakan indikator monopoli. Hampir di setiap sektor produksi, ada monopoli. Indikator monopoli paling cepat mempelajari peta koneksitas konglomerat.
Pada buku ini PETA KONEKSITAS KONGLOMERAT, ada terdapat ulasan 20 jenis monopoli terjadi di Indonesia. Indikator monopoli ini merupakan pintu masuk ke dunia konglomerat.
(Download di sini https://drive.google.com/file/d/15xLfo2OaWmnMeB0kr2VndyqofNT-LS0t/view?usp=drivesdk)
Monopoli ditutupi
Kenapa kok monopoli ini bisa tumbuh subur di Indonesia seperti jamur di musim hujan? Karena monopoli ini ditutupi bahkan oleh korban persaingan usaha.
Misalnya, katakan perusahaan Sasa, bumbu masak. Perusahaan ini ya baik baik saja, indikatonya terlihat dari monopoli deterjen Kao bersama dengan Wings, Salim group, UIC Unggul indah corporation.
Korban dari monopoli deterjen adalah di antaranya pabrik deterjen zaman jadul Sinar Antjol yang memproduksi merek Deterjen B29.
Korban dari monopoli deterjen merembet ke monopoli mie instan. Korbannya banyak lagi. Pabrk Mie Gaga, Mie ABC, mie President. Mie President ini merupakan pemain industri besar mie instan di Taiwan. Di Indonesia kalah telak.
Oleh karena monopoli ini sudah berjalan 40 tahun, mulai dari generasi pertama sekarang sudah generasi ketiga, mereka cucunya konglomerat tidak sadar bahwa kekayaannya dari monopoli. Setelah 40 tahun tidak lagi jengah pamer kekayaannya.
Tahun 1994 sebuah Group konglomerat monopoli deterjen mengalami mental, buruh demo uang makan, tidak dituruti mobil-mobil Mercedes Benz dibalik-balikin massa.
Akibatnya policy kendaraan direktur maximum adalah Honda Accord bekas. Sekarang jalan 25 tahun kemudian cucunya beli Lamborghini.
Apakah praktik monopoli ini terus ditutupi?
Tentu tidak. Ibarat jejak, masa lalu itu terus tersimpan. Sampai kemudian sekarang terbukti.