Euforia Politik Indonesia
- ANTARA FOTO/Nova Wahyudi
VIVA – Pemilu masih dilaksanakan dua tahun lagi, tetapi pembicaraan tentang politik menjadi bahan yang hangat untuk dibahas dan diperdebatkan. Komentar dan hujatan silih berganti muncul di media masa. Dari orang yang paham politik, hingga orang yang tidak paham politik, kini menjadi ikut-ikutan karena terpengaruhnya dengan aroma politik yang makin menyengat publik.
Hal inilah yang sering disebut orang sebagai 'euforia! Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) 'euforia' berarti perasaan nyaman atau perasaan gembira yang berlebihan. Perasaan gembira yang berlebihan yang sifatnya sementara. Biasanya yang terjadi pada acara tertentu dan bila acara itu sudah selesai maka kenangan hanyalah sebatas kenangan saja.
Seperti pesta demokrasi yang akan berlangsung 24 Februari 2024 nanti. Mendadak banyak masyarakat yang terdiri dari anak muda, ibu-ibu, bapak-bapak, petani dan berbagai kalangan ikut peduli dan ikut mengomentari berbagai kondisi politik saat ini. Berbagai cara yang mereka lakukan untuk menunjuk kan bahwa mereka juga bisa dan mengerti dengan dunia politik saat ini.
Salah satunya perang pendapat mereka mengenai siapa Paslon Capres dan Cawapres di dunia maya. Banyak yang berkomentar baik hingga buruk di dunia maya tersebut. Hal ini tentu tidak akan berhenti sampai pesta politik di Indonesia benar-benar berakhir nantinya.
Polemik-polemik dan komentar-komentar masyarakat akan terus bermunculan, serta semakin mengasyikkan tentunya. Karena perang akan semakin hangat. Relawan dan tim sukses setiap partai akan sibuk dengan berbagai cara untuk memikat hati rakyat. Semakin banyak hal yang dilakukan, komentar publik pun tidak akan berhenti begitu saja.
Ada hal baru, tentu ada juga komentar baru yang muncul. Karena sedang panas, hal apapun yang berbau politik yang muncul ke permukaan publik akan dikomentari. Karena memang sedang masanya, jadi tidak bisa para politikus dan elit politik mengelak dari berbagai argumen masyarakat tentunya. Semua yang baru pasti akan dikomentari dan akan terus begitu sampai Pemilu 2024 ini usai. Akan ada saja cara publik menghubung hubungkan masalah yang muncul dengan perpolitikan.
Misalnya saja, beberapa tokoh yang digadang-gadang ikut dalam kontestasi tahun 2024 hadir ke tengah masyarakat untuk berkunjung dan menyapa masyarakat saat ini. Tentunya masyarakat akan menilai hal ini adalah sebuah pencitraan. Apa pun yang dilakukan saat ini, akan menimbulkan pikiran pada masyarakat bahwa calon-calon tersebut sedang menarik simpati masyarakat untuk Pemilu 2024.
Selain itu banyak juga oknum yang sibuk dengan berbagai meme di media sosial yang saling mencibir terhadap mereka yang sedang bersaing di dunia politik ini. Setelah itu para netizen akan sibuk berkomentar, hingga bisa ribut berkomentar di postingan tersebut. Hal itu, karena mereka sedang asyik dan menikmati perpolitikan yang sedang dihadapi Indonesia ini.
Hal ini sebenarnya adalah sebuah perkara terutama dalam ajang besar yang sedang dihadapi Indonesia. Masyarakat memang sedang senang dengan berbagai hal baru yang muncul menjelang pemilu 2024 ini. Hal berbau politik akan semakin disenangi, mereka akan semakin penasaran dengan berbagai cara para elit politik untuk mengayomi partai-partainya. Atau berbagai kebijakan yang kemungkinan akan dikhawatirkan terjadinya manipulasi politik.
Ketakutan manipulasi politik ini juga lah yang marak tampaknya di tengah publik saat ini. Mereka takut, masyarakat tak ingin politik ini keruh. Namun pemerintah pun tak bisa juga meredakan suasana yang sedang panas ini. Karena memang inilah waktunya masyarakat berkomentar dan memberikan opini bebas kepada pemerintah. Calon-calon pemimpin, harus bisa mendengar berbagai keluhan dan mendengarkan keinginan rakyat. Euforia politik inilah yang sedang melanda Indonesia saat ini.
Keasyikan masyarakat menghadapi dunia politik saat ini. Mereka akan tetap heboh, bahkan jika saat tidak ada yang dihebohkan pun. Akan ada saja oknum-oknum yang sengaja mencari kehebohan atau berbau kontroversial demi mengundang perhatian masyarakat. Karena masyarakat menginginkan hasil pemilu yang baik dan berkualitas nantinya.
Masyarakat juga harus mengerti bahwa setiap komentar yang muncul harus dipikirkan dengan baik. Jangan asal mengeluarkan argumen. Jika memang sedang menikmati politik, masyarakat harusnya bisa bersuara dengan baik saat ini. Mengeluarkan aspirasi-aspirasi dengan cara positif. Jangan sampai ada kerugian dan jangan juga ada masyarakat yang tertipu dengan politikus yang menjanjikan uang. Masyarakat juga jangan tergiur dengan hal-hal yang dijanjikan oleh elit partai politik.
Sebagai masyarakat Indonesia yang harus memilih, serta berhak berargumen, jadilah masyarakat yang bijak berpikir saat euforia politik ini sedang berlangsung. Apapun itu yang muncul, dikomentari dengan baik serta memberikan solusi yang baik pula bagi mereka yang mengurusi pesta demokrasi ini.
Karena dengan kritikan masyarakat maka akan banyak hal perubahan yang akan menambah berkualitasnya pemilu ini. Ketakutan masyarakat tentunya politik yang berjalan tidak sehat. Inilah yang harus disikapi masyarakat dengan baik dan bijak. Serta masyarakat bisa menikmati euforia politik ini sambil memberikan opini-opini baik, untuk menjaga netralitas pemilu. Karena segala hal di pemilu ini adalah milik rakyat dan semata-mata untuk kesejahteraan rakyat.