Gerakan Cinta Budaya, Memakai Udeng Pacul Gowang

Udeng pacul gowang khas Sidoarjo
Sumber :
  • vstory

VIVA  – Pemerintah Kabupaten Sidoarjo mendukung gerakan cinta budaya melalui pembuatan udeng pacul gowang yang menjadi ciri khas daerah setempat. Bahkan, beberapa bulan sebelumnya, mewajibkan seluruh PNS Sidoarjo untuk mengenakan udang pacul gowang bagi pria setiap hari Rabu dan mengenakan selendang batik khas Sidoarjo bagi kaum wanita.

Bupati Sidoarjo Ahmad Muhdlor, yang akrab dipanggil Gus Muhdlor itu mengatakan udeng pacul gowang menjadi salah satu identitas budaya Kabupaten Sidoarjo.
Menurut dia, budaya Sidoarjo seperti ini harus terus dilestarikan salah satunya dengan mengenalkannya langsung kepada generasi muda.

"Tidak ada ceritanya bangsa itu kuat kalau tidak menghidupi apa yang menjadi identitasnya," katanya.

Ia mengatakan mempertahankan kelestarian budaya di tengah gempuran globalisasi dan digitalisasi saat ini menjadi tantangan yang cukup berat.

"Dengan kekayaan budaya yang kita miliki, jati diri Sidoarjo tidak akan mudah diterpa oleh apapun, termasuk digitalisasi saat ini," ucapnya.

Ke depan Gus Muhdlor berencana lebih mengenalkan ikon Sidoarjo lewat pembangunan, salah satunya melalui model tiang PJU yang berbentuk udang dan bandeng.

Kabupaten Sidoarjo mempunyai blangkon atau ikat kepala yang khas. Namanya adalah Udeng Pacul Gowang, penutup kepala dengan ciri khas ada lubang di atas, dilengkapi variasi di bagian belakang berupa dua lipatan yang berdiri seperti Pacul Gowang atau cangkul yang sudah gupil.

Udeng dalam Bahasa Jawa penutup kepala dari kain merupakan bagian kelengkapan sehari-hari pria di pulau Jawa dan Bali. Penggunaan ikat bagi pria akil balig pada masa lalu menjadi keharusan karena dipercaya melindungi mereka dari roh-roh jahat, selain untuk fungsi-fungsi praktis seperti wadah /pembungkus, selimut, bantalan untuk mengangkut beban di kepala dsb, sedangkan saat ini lebih diperuntukkan sebagai aksesoris dan upaya melestarikan budaya. Udeng merupakan ikat kepala yang sering digunakan bersama dengan pakaian adat tertentu dan juga digunakan sebagai pelengkap pakaian pengantin pria seperti yang dipakai orang-orang saat itu pada masa Kerajaan Jenggala.

Bahan baku utama Udeng Pacul Gowang harus menggunakan motif batik khas Sidoarjo. Udeng Pacul Gowang ini memiliki arti penuh makna. Kewibawaan, berilmu tinggi, rendah diri dan senantiasa bertaqwa merupakan gambaran bagi lelaki Sidoarjo yang mengenakan udeng.

Tiap sisi dari udeng pun memiliki ciri yang istimewa. Filosofi Udeng Pacul Gowang yaitu penutup kepala gowang yang artinya tertutupnya sebagian kepala melambangkan keseimbangan antara terbukanya pikiran prajurit dan upaya merahasiakan atau menutup keburukan dirinya untuk kewibawaannya.

Dua cungkup bentuk segitiga lancip ke atas ini menunjukkan bahwa prajurit selalu ingat kepada Tuhan YME dan selalu sigap, berani dalam menghadapi segala mara bahaya.

Buncen runcing bentuk yang menyerupai gunung melambangkan jiwa teguh dan kokoh, selain itu seorang prajurit harus pandai, cerdas dan berilmu tinggi. Buncen tumpul melambangkan sifat seorang prajurit harus rendah diri dan andap asor untuk dapat menyatu dengan masyarakatnya.

Penutup tengkuk melambangkan tertutupnya tengkuk. Prajurit harus dapat melihat kesalahan dirinya sendiri sebelum menyalahkan orang lain. Tengkuk (jithok) merupakan simbol dari diri kita.

Disclaimer: Artikel ini adalah kiriman dari pengguna VIVA.co.id yang diposting di kanal VStory yang berbasis user generate content (UGC). Semua isi tulisan dan konten di dalamnya sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis atau pengguna.